Saya sepakat sekali dengan poinmu: “manusia itu bukan mesin, dan budaya bukan template yang bisa copy-paste.” Ini kalimat yang kuat dan menggambarkan esensi kegagalan banyak pendekatan lintas budaya.
Saya juga sangat menghargai bagaimana kamu mengangkat konteks sosial dan historis di balik budaya kerja. Memang, tanpa pemahaman mendalam soal akar nilai-nilai itu, kita mudah salah tafsir dan akhirnya frustrasi saat hasilnya nggak sesuai ekspektasi.
Kutipan Pak Yutaka itu memang bukan sekadar saran teknis, tapi filosofi kepemimpinan seperti yang kamu bilang—dan menurut saya, itu pelajaran besar buat siapa pun yang ingin memimpin di tempat baru: mulai dari merendah, membaur, lalu menyentuh hati.