Terima kasih atas insight-nya, Pak Edi! 🙏
Benar sekali, pola asuh dari orang tua generasi sandwich yang penuh tekanan bisa jadi mendorong munculnya pola protektif ala “generasi strawberry” ini.
Tantangannya memang ada di keseimbangan—bagaimana bisa tetap peduli dan mendukung tanpa menghilangkan ruang bagi anak untuk belajar mandiri dan tahan banting.
Mungkin solusinya bukan meninggalkan kepedulian, tapi mengarahkannya jadi bentuk dukungan yang membangun daya juang anak.
Kalau boleh tahu, menurut Bapak, bagaimana cara terbaik agar orang tua bisa tetap dekat dengan anak tanpa terlalu overprotektif?