- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 4 days, 19 hours ago by
Lia.
JANGAN PERNAH MENUKAR KEBAHAGIAAN DENGAN KEMEWAHAN
December 18, 2025 at 10:51 am-
-
Up::0
JANGAN PERNAH MENUKAR KEBAHAGIAAN DENGAN KEMEWAHAN
Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja.
Raja ini seharusnya puas dengan kehidupannya, dengan segala harta benda
dan kemewahan yang ia miliki.
Tapi Raja ini tidak seperti itu.
Sang Raja selalu bertanya-tanya mengapa ia tidak pernah puas dengan
kehidupannya.
Tentu saja, ia memiliki perhatian semua orang kemana pun ia pergi,
menghadiri jamuan makan malam dan pesta yang mewah, tetapi, ia tetapi
merasa ada sesuatu yang ku rang dan ia tidak tahu apa sebabnya.Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan
untuk berjalan-jalan di sekitar istananya.
Sang Raja masuk ke dalam ruang tamunya yang luas dan berhenti ketika ia
mendengarkan seseorang bernyanyi dengan riang… dan perhatiannya
tertuju kepada salah satu pembantunya. .. yang bersenandung
gembira dan wajahnya memancarkan sukacita serta kepuasan.
Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun memanggil si hamba masuk
ke dalam ruangannya.Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah
diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang
gembira.
Kemudian, si hamba menjawab,
“Yang Mulia, diri saya tidaklah lebih dari seorang hamba, namun apa yang
saya peroleh cukup untuk menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami
tidak memerlukan banyak, sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya, mereka puas dengan apa yang bisa saya sediakan
walaupun sedikit. Saya bersukacita karena mereka bersukacita. ”
Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian
memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.
Sang Raja berusaha mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan
kisah yang baru saja didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu
alasan mengapa ia seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya
memperoleh sedikit harta tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar.
Dengan penuh perhatian, sang asisten pribadi mendengarkan ucapan sang
Raja dan kemudian menarik kesimpulan.
Ujarnya, “Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum menjadi bagian
dari kelompok 99.”
“Kelompok 99? Apakah itu?” tanya sang Raja.
Kemudian, sang asisten pribadi menjawab,
“Yang Mulia, untuk mengetahui apa itu Kelompok 99,
Yang Mulia harus melakukan hal ini… letakkan 99 koin emas dalam
sebuah kantung dan tinggalkan kantung tersebut di depan rumah si hamba,
setelah itu Yang Mulia akan mengerti apa itu Kelompok 99.”Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang
berisi 99 koin emas di depan rumahnya.
Walaupun ada sedikit keraguan mucul, dan sang Raja ingin memberikan 100
koin emas, namun ia menuruti nasihat si asisten pribadi dan tetapi
meletakkan 99 koin emas.Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya
keluar rumah, matanya melihat sebuah kantung.
Bertanya-tanya dalam hatinya, ia membawa kantung itu masuk ke dalam dan
membukanya.
Ketika melihat begitu banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak
girang.
Koin emas… begitu banyak!
Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia memanggil istri dan anak-anaknya
keluar memperlihatkan temuannya.
Si hamba meletakkan kantung tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh isinya dan mulai menghitung.
Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh.
Dihitungnya kembali, terus menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas.
Si hamba mulai bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi?
Tidak mungkin seseorang hanya meninggalkan 99 koin emas.
Ia pun mulai menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang terakhir.
Setelah ia merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk bekerja lebih
keras lagi untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100 koin
emas.Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak
enak, berteriak-teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari
bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar
ia mampu membeli 1 koin emas.
Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi tidak dengan suasana hati yang
riang, bersiul-siul seperti biasanya.
Dan si hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya
ketika ia melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis,
lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.
Diceritakan apa yang telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap
mendengarkan dengan penuh perhatian.
Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba itu lebih riang karena
ia telah memiliki koin emas.
Jawab si asisten,
“Ah. . tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99.”
Lanjutnya, “Kelompok 99 itu hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada
orang-orang yang telah memiliki semuanya tetapi tidak pernah merasa
puas, dan mereka terus bekerja keras mencoba mencari 1
koin emas yang terakhir agar genap 100 koin emas. Kita harusnya merasa
bersyukur dengan apa yang ada, dan kita bisa hidup dengan sedikit yang kita
miliki. Tetapi ketika kita diberikan yang lebih baik dan lebih banyak,
kita menghendaki lebih!
Tidak menjadi orang yang sama lagi, yang puas dengan apa yang ada,
tetapi kita terus menghendaki lebih dan lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita membayar harga yang tidak kita pun sadari.
Kehilangan waktu tidur, kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang yang berada di sekitar kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri.
Orang-orang seperti itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!”Mendengar hal itu, sang Raja memutuskan bahwa untuk selanjutnya, ia akan
mulai menghargai hal-hal yang kecil dalam hidup.Sahabat, berusaha untuk memiliki lebih itu bagus, tetapi jangan berusaha
terlalu keras sehingga kita kehilangan orang-orang yang dekat dengan
kita, jangan pernah menukar kebahagiaan dengan kemewahan. -
Sebagai pembaca, kisah ini terasa sederhana tapi sangat menohok. Ceritanya mengalir seperti dongeng, namun pesannya sangat relevan dengan kehidupan modern—tentang ketidakpuasan yang sering kali lahir bukan karena kekurangan, melainkan karena keinginan untuk “kurang satu lagi”.
Konsep Kelompok 99 disampaikan dengan cerdas dan mudah diingat. Perubahan sikap si hamba setelah menerima 99 koin emas menggambarkan dengan jelas bagaimana rasa syukur bisa runtuh hanya karena satu hal yang dianggap belum lengkap. Bagian ini membuat saya reflektif: betapa sering kita kehilangan damai, waktu, dan relasi hanya demi mengejar “satu koin terakhir”.
Penutupnya hangat dan membumi. Pesannya tidak melarang ambisi, tetapi mengingatkan tentang harga yang sering kita bayar tanpa sadar. Kisah ini bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk direnungkan—tentang kapan kita perlu terus berjuang, dan kapan kita perlu berhenti sejenak untuk bersyukur.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1
KASPAR PURBAPoints: 75 - #2
Amilia Desi MarthasariPoints: 72 - #3 Edi GunawanPoints: 71
- #4 Agus DjulijantoPoints: 62
- #5
LiaPoints: 55
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- 7 Hari Perjalanan Kecil Menuju Versi Terbaikmu16 September 2025 | General
- Suara Rakyat, Antara Harapan dan Tantangan4 September 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General