- This topic has 14 replies, 3 voices, and was last updated 22 hours, 38 minutes ago by
Lia.
10 PENYAKIT MENTAL MANUSIA
December 18, 2025 at 4:25 pm-
-
Up::1
Siapa kah yang punya salah satu penyakit mental ini, hayoo ngakuu..
berikut ini penjelasannya, check it out..
1. MENYALAHKAN ORANG LAIN
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan orang
lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang
yang sakit, yang Dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet ? Selalu “siapa”
Bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu “apa”
sebabnya, bukan “siapa”. Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain,
itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi
dan jas.Kekanak-kanakan. Kenapa ?
Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh,”
Adik tuh yang salah”, atau ” mbak tuh yang salah”. Anda pakai celana monyet
aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa selalu
akan mencari sebab terjadinya sesuatu.2. MENYALAHKAN DIRI SENDIRI
Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Ini berbeda
dengan MENGAKUI KESALAHAN. Anda pernah mengalaminya ? Kalau anda bilang
tidak pernah, berarti anda bohong. “Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya
jabatan, dia berbakat dsb, Lha saya ini apa ?, wah saya nggak bisa deh. Dia
S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk,
pasti nggak bisa deh”. Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di
dalam mental diri sehingga bisa mencapai “improper guilty feeling”.Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang
“Saya kok yang memang salah, tidak mampu dsb”. Penyakit ini pelan-pelan bisa
membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering
membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga
keberhasilan orang lain dianggap Wajar karena mereka punya sesuatu lebih
yang kita tidak punya.3. TIDAK PUNYA GOAL / CITA-CITA
Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas.
Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target
jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis.
Ilustrasinya kayak gini : Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang
nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci
lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang: “Nah tuh ada
kelinci, kejar aja”. Dia kejar itu kelinci, wesss…., kelinci lari lebih
kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai nggak
dengar / peduli apa-apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar.
Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain.
“Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu
paling kencang”.
“Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk fun
aja sih”.
Kalau “GOAL” kita hanya untuk “FUN”, isi waktu aja, ya hasilnya cuma
terengah-engah saja.4. MEMPUNYAI “GOAL”, TAPI NGAWUR MENCAPAINYA
Biasanya dialami oleh orang yang tidak “teachable”. Goalnya salah, fokus
kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah.
Ilustrasinya kayak gini : ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena
pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan
mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja
ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya :
Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan.5. MENGAMBIL JALAN PINTAS, SHORT CUT
Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak
membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak
mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun
matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis
Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smesh 1000
kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai
sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada ! Kalau anda
disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh?
Nggak mungkin !. Karena hal itu melawan kodrat.6. MENGAMBIL JALAN TERLALU PANJANG, TERLALU SANTAI
Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai
kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take- off, memerlukan
kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya cuma
ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya
lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah
nyungsep iya. Iya kan ?7. MENGABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL
Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak
dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen
yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh,
apalagi mengabaikan orang kecil.8. TERLALU CEPAT MENYERAH
Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan
yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah.
Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah
repot sekali.9. BAYANG BAYANG MASA LALU
Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa ?
Kita selalu penuh memori kan ? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita,
minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi
kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik
lagi ke penyakit nomer-3.
Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan
dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. Memori kita kadang- kadang
sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa
hidup itu maju terus. “Waktu” itu maju kan ?.
Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik ?? Nggak ada kan ?
Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh,
pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori
negatif yang menghalangi kesuksesan.10. MENGHIPNOTIS DIRI DENGAN KESUKSESAN SEMU
Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita
kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana
lagi. Sudah puas dengan sukses kecil tersebut.
Napoleon pernah menyatakan: “Saat yang paling berbahaya datang bersama
dengan kemenangan yang besar”.
Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan.
Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak
sasaran yang besar, goal yang jauh. Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong,
terus takabur.Sudah saatnya kita memperbaiki kehidupan kita. Kesempatan terbuka lebar
untuk siapa saja yang ingin maju.Motivation of the day :
Action may not always bring success, but there is no success without action.
“Usaha dan tindakan tidak selalu menghasilkan keberhasilan/ sukses, tetapi tidak ada keberhasilan dan sukses TANPA usaha dan tindakan.”(Greg Phillips – Benjamin Disraeli).
-
Penutupnya mengingatkan bahwa kunci perubahan selalu ada pada tindakan. Tidak semua usaha langsung berhasil, tapi berhenti berusaha sudah pasti gagal. Tulisan ini layak dibaca ulang, bukan hanya dipahami, tapi dipraktikkan.
-
Bagian soal goal benar-benar menampar. Sibuk bukan berarti bergerak ke arah yang benar. Tanpa tujuan yang jelas dan proses yang benar, energi hanya habis untuk berlari di tempat.
-
Poin tentang menyalahkan orang lain dan menyalahkan diri sendiri sangat kuat. Dua-duanya sama-sama menjauhkan kita dari solusi, karena fokusnya bukan pada sebab dan perbaikan, tapi pada pelarian mental.
-
Terakhir, saya pribadi tersentuh dengan pembahasan bayang-bayang masa lalu. Kegagalan memang seharusnya menjadi bahan evaluasi, bukan penghalang untuk melangkah. Kalimat bahwa hidup dan waktu selalu bergerak maju menjadi pengingat yang kuat.
-
Sekali lagi terima kasih atas motivasi dan pengingatnya, Kak. Semoga sharing seperti ini terus hadir dan menjadi bahan refleksi bagi kita semua untuk terus memperbaiki diri dan tidak berhenti bertumbuh.
-
Saya juga tertarik dengan poin mengenai mengabaikan hal-hal kecil. Dalam praktik sehari-hari, justru konsistensi pada hal sederhana seperti disiplin waktu, komitmen pada tanggung jawab, dan sikap menghargai orang lain sering menjadi pembeda antara orang yang bertumbuh dan yang stagnan. Hal kecil yang dilakukan terus-menerus ternyata membentuk karakter dan kredibilitas jangka panjang.
-
Selain itu, pesan tentang tidak terlalu cepat menyerah menurut saya sangat relevan, khususnya bagi yang sedang berada di fase awal karier atau masa transisi. Banyak orang berhenti bukan karena tidak mampu, tetapi karena belum memberi waktu pada prosesnya sendiri. Pesan ini menjadi pengingat bahwa bertahan dan terus belajar sering kali sama pentingnya dengan memulai langkah pertama.
-
Secara keseluruhan, materi yang Kak Kaspar sampaikan menjadi pengingat bahwa tantangan terbesar sering kali bukan berasal dari luar, melainkan dari pola pikir kita sendiri. Dengan menyadari jebakan-jebakan mental tersebut, saya rasa kita memiliki kesempatan lebih besar untuk memperbaiki arah, memperkuat mental, dan menjalani proses pertumbuhan dengan lebih sadar dan bertanggung jawab.
-
Saya berharap diskusi seperti ini tidak berhenti hanya sebagai bahan bacaan atau motivasi sesaat, tetapi benar-benar mendorong kita untuk melakukan evaluasi diri secara jujur dan berkelanjutan. Dengan begitu, setiap poin yang dibagikan tidak hanya menjadi teori, melainkan bisa diterapkan dalam tindakan nyata, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
-
Bagian tentang jalan pintas dan kesuksesan semu juga menarik. Banyak orang terjebak pada hasil instan atau merasa cukup dengan pencapaian kecil, lalu berhenti bertumbuh. Padahal, seperti yang disampaikan, kesuksesan sejati selalu melibatkan proses yang konsisten dan berkelanjutan.
-
Saya juga sepakat dengan penekanan Kak Kaspar mengenai pentingnya goal yang jelas dan proses yang benar. Di dunia kerja, kita sering terlihat sibuk, tetapi sebenarnya belum tentu bergerak ke arah yang tepat. Analogi tentang goal “fun” versus goal “survive” menurut saya sangat menggambarkan perbedaan antara aktivitas dan produktivitas.
-
Menurut saya, poin tentang menyalahkan diri sendiri secara berlebihan sangat relevan dengan kondisi banyak orang saat ini. Bukan sekadar introspeksi sehat, tetapi sudah sampai pada tahap merasa tidak mampu sebelum mencoba. Padahal, sering kali keterbatasan yang kita rasakan lebih bersumber dari pola pikir, bukan dari kemampuan yang sebenarnya.
-
Terima kasih Kak Kaspar Purba atas sharing materinya, sangat membuka perspektif dan cukup “kena” jika direnungkan lebih dalam. Dari sepuluh poin yang disampaikan, saya merasa banyak di antaranya yang tanpa sadar pernah saya alami sendiri, terutama terkait pola menyalahkan diri sendiri dan bayang-bayang kegagalan masa lalu.
-
Tulisan ini seperti cermin yang jujur—kadang menyakitkan, tapi menyadarkan. Banyak dari “penyakit mental” ini sebenarnya sering kita anggap wajar, padahal diam-diam menghambat pertumbuhan diri.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1
Amilia Desi MarthasariPoints: 72 - #2 Edi GunawanPoints: 71
- #3
KASPAR PURBAPoints: 63 - #4 Agus DjulijantoPoints: 62
- #5
LiaPoints: 55
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- 7 Hari Perjalanan Kecil Menuju Versi Terbaikmu16 September 2025 | General
- Suara Rakyat, Antara Harapan dan Tantangan4 September 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General