::
(Washington D.C.) Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan peningkatan impor sejumlah komoditas strategis dari Amerika Serikat. Dalam wawancara dengan CNBC International pekan lalu, Menkeu menyebutkan beberapa komoditas yang menjadi fokus, seperti minyak, gas alam cair (LNG), serta produk pertanian berupa gandum, kedelai, dan jagung.
Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah terus memantau dan mengevaluasi hambatan perdagangan, baik tarif maupun non-tarif, untuk menciptakan iklim perdagangan yang lebih terbuka. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar tarif Indonesia sudah rendah, namun pemerintah tetap mencari ruang untuk melakukan perbaikan agar perdagangan semakin efisien. “Di sisi tarif, sebagian besar tarif Indonesia sebenarnya sangat rendah, tetapi kami akan selalu mengevaluasi dan melihat apakah ada area yang dapat kami tingkatkan disisi tarif,” ungkap Sri Mulyani yang dikutip pada Minggu (27/04).
Di sisi lain, Menkeu mengakui bahwa hambatan non-tarif masih menjadi perhatian, termasuk dalam bentuk prosedur administrasi seperti proses bea cukai, penilaian, perpajakan, hingga karantina produk pertanian. Menurutnya, evaluasi terhadap hambatan ini penting agar proses impor menjadi lebih lancar dan mendukung peningkatan perdagangan internasional.
Sri Mulyani juga menyoroti pentingnya produk pertanian asal Amerika Serikat dalam mendukung ketahanan pangan Indonesia. Ia mengatakan bahwa konsumsi gandum, kedelai, dan jagung di Indonesia cukup besar, dan pemerintah berupaya mempersempit kesenjangan perdagangan untuk memperkuat pasokan dari Amerika Serikat di sektor ini.
Dalam sektor energi, Sri Mulyani menambahkan bahwa meski Indonesia adalah produsen minyak dan gas, kapasitas produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan nasional. Untuk itu, pemerintah membuka peluang memperbesar impor LNG dari Amerika Serikat serta berbagai produk manufaktur lain demi menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. (Rp)