Home / Topics / Human Resource / Sense of Urgentsi dalam Teamwork
- This topic has 6 replies, 4 voices, and was last updated 4 days, 12 hours ago by
Albert Yosua.
Sense of Urgentsi dalam Teamwork
June 25, 2025 at 3:45 pm-
-
6 replies
27 views
Up::1Menggerakkan Tim dengan Kesadaran dan Kecepatan
Dalam dunia kerja yang serba cepat dan dinamis, memiliki sense of urgency bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan sebuah keharusan. Sense of urgency adalah kesadaran internal bahwa tugas atau tujuan harus diselesaikan dengan segera dan tepat waktu. Namun dalam konteks teamwork, urgensi bukan hanya tanggung jawab individu—ia harus menjadi budaya kolektif.Tanpa rasa urgensi, tim bisa terjebak dalam ritme kerja yang lambat, penundaan yang berulang, dan akhirnya kehilangan momentum. Sebaliknya, tim yang memiliki rasa urgensi yang sehat akan bergerak lincah, responsif, dan produktif, bahkan di bawah tekanan.
“Kecepatan adalah bentuk penghormatan tertinggi terhadap waktu dan orang lain.” – John Kotter
Mengapa Sense of Urgensi Penting dalam Tim?
1. Mencegah Penundaan dan Kemalasan Kolektif
Tim dengan urgensi tinggi tidak menunggu “nanti”, mereka bergerak sekarang.2. Membangun Kepercayaan dan Tanggung Jawab
Rasa urgensi menciptakan budaya saling percaya karena tiap anggota tahu bahwa semua orang bergerak dengan kesadaran yang sama.3. Meningkatkan Efisiensi dan Kualitas Keputusan
Tim yang bergerak cepat cenderung lebih adaptif terhadap perubahan dan cepat dalam merespons masalah.4. Membentuk Budaya Tim yang Progresif
Sense of urgency mendorong pembelajaran cepat, inisiatif, dan perbaikan berkelanjutan.Tips Membangun Sense of Urgensi dalam Tim
1. Komunikasikan Tujuan Secara Jelas
Pastikan seluruh anggota tim tahu apa yang harus dicapai dan kenapa itu penting. Urgensi tidak akan lahir jika tim tidak paham makna dan dampaknya.2. Tetapkan Deadline Realistis Tapi Menantang
Batas waktu yang jelas akan menciptakan tekanan yang sehat dan dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.3. Bangun Kebiasaan Evaluasi Harian atau Mingguan
Review rutin membantu tim mengejar target dengan irama kerja yang terjaga.4. Rayakan Aksi, Bukan Hanya Hasil
Apresiasi terhadap respon cepat dan eksekusi langsung akan menumbuhkan budaya proaktif.5. Jadilah Contoh
Pemimpin atau anggota tim senior harus menjadi teladan dalam menunjukkan urgensi, kedisiplinan waktu, dan inisiatif.6. Gunakan Sistem Monitoring yang Transparan
Visualisasi progres tim melalui dashboard, reminder, atau laporan akan meningkatkan awareness terhadap waktu dan progres.7. Hindari Zona Nyaman dalam Diskusi
Bawa tim keluar dari zona nyaman dengan pertanyaan tajam, tantangan baru, dan penyadaran atas konsekuensi jika terlambat bergerak.Sense of urgency bukan berarti panik atau bekerja tanpa arah. Ia adalah kesadaran bersama bahwa waktu berharga dan tindakan kita hari ini menentukan hasil besok. Dalam tim, membangun urgensi artinya membangun semangat kolektif untuk bergerak sekarang dengan arah yang jelas, ritme yang selaras, dan semangat yang menyala.
Mulailah dari diri sendiri. Gerakkan satu orang. Maka tim pun akan bergerak bersama.
-
Saya setuju bahwa sense of urgency bukan hanya soal kecepatan bekerja, tetapi juga tentang kesadaran kolektif untuk bergerak dengan arah yang jelas dan semangat yang selaras.
Saya pribadi pernah merasakan perbedaan nyata ketika berada di tim yang memiliki urgensi tinggi—proses kerja jadi terasa lebih dinamis, fokus, dan penuh energi. Namun memang, membangun budaya seperti ini bukan hal yang instan dan sering kali terganjal oleh kebiasaan lama atau zona nyaman.
Saya juga sangat tertarik dengan poin tentang “merayakan aksi, bukan hanya hasil”. Kadang, kita terlalu fokus pada output akhir dan lupa menghargai proses serta kecepatan respon dalam eksekusi. Ini jadi pengingat penting buat saya pribadi.
Pertanyaan untuk diskusi:
Dalam membangun sense of urgency yang sehat dalam tim, bagaimana cara terbaik untuk menyeimbangkan antara tekanan waktu dengan kualitas kerja? Apakah ada strategi khusus agar urgensi tidak berubah menjadi stres yang kontraproduktif
-
Menurut saya Sense of urgency perlu ada dalam diri kita dan team kita. Tujuannya adalah supaya kerjaan bisa tepat waktu tidak ada kata menunda apalagi TARSOK
-
Saya setuju, budaya “tarsok” (entar, besok) memang sering jadi penghambat utama dalam membentuk sense of urgency yang sehat. Tapi menurut saya, urgensi tidak harus selalu datang dalam bentuk “tekanan dari atas”—justru kalau bisa tumbuh dari kesadaran personal dan rasa tanggung jawab bersama, dampaknya bisa jauh lebih kuat dan tahan lama.
-
-
Terima kasih atas pemaparannya yang sangat insightful, Pak Agus, dan juga tanggapan reflektif dari Pak Albert.
Saya sangat sepakat bahwa sense of urgency bukan sekadar soal kecepatan, tetapi juga tentang kesadaran bersama dalam bergerak secara terarah dan bermakna. Dalam pengalaman saya, urgensi yang sehat bisa menjadi katalis luar biasa untuk kolaborasi dan pengambilan keputusan cepat, tapi tantangannya memang muncul saat urgensi berubah menjadi tekanan berlebihan.
Saya tertarik dengan ide membangun budaya yang merayakan aksi, bukan hanya hasil. Ini bisa menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang proaktif tanpa harus mengorbankan keseimbangan emosi tim.
Pertanyaan untuk diskusi:
Bagaimana peran komunikasi dalam memastikan sense of urgency tidak salah diartikan sebagai tekanan yang menakutkan?
Adakah pendekatan komunikasi tertentu yang bisa membantu tim tetap merasa terlibat secara positif meski berada dalam situasi yang mendesak?-
Poin tentang komunikasi sangat relevan. Saya percaya bahwa urgensi akan terasa “ringan” atau “berat” tergantung bagaimana narasinya dibentuk. Kalau urgensi dikomunikasikan sebagai ajakan untuk bergerak bersama demi misi yang lebih besar, tim justru akan merasa termotivasi. Tapi kalau disampaikan dengan tekanan dan ancaman, rasa takut yang muncul bisa malah jadi bumerang.
-
-
🎯 Insight tambahan yang saya pelajari:
Terkadang, urgensi yang sehat bisa dibangun lewat pertanyaan reflektif, bukan hanya target dan deadline. Contohnya:“Apa dampaknya kalau kita lambat merespons ini?”
“Apa yang bisa kita selesaikan hari ini agar esok lebih ringan?”
Dengan begitu, tim dilatih berpikir antisipatif, bukan hanya reaktif.
🔍 Pertanyaan lanjutan untuk forum:
Bagaimana cara mendorong rekan kerja yang cenderung “santai” atau tidak merasa terdesak, agar mereka bisa ikut memiliki sense of urgency—tanpa harus membuat mereka merasa ditekan atau disalahkan?Karena sering kali, gap urgensi dalam satu tim justru datang dari perbedaan persepsi antar anggota. Kalau teman-teman punya pengalaman atau strategi, saya sangat ingin belajar dari situ.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 Agus SalamPoints: 72
- #2 Cindi AuliaPoints: 2
- #3 Debbie Christie Ginting / Finance Team LeadPoints: 2
- #4 HariansyahPoints: 2
- #5 Yanuar Rizki SanjayaPoints: 2
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- Mekari Community Recap 20239 January 2024 | Mekari Update
- Cerita Bagaimana Akhirnya Saya Memilih Jurnal.id31 July 2024 | Finance & Tax