Home / Topics / Finance & Tax / Era Baru Layanan Pajak: DJP x Dukcapil = Integrasi NIK + Face Recognition, Giman
- This topic has 3 replies, 2 voices, and was last updated 2 weeks ago by
Lia.
Era Baru Layanan Pajak: DJP x Dukcapil = Integrasi NIK + Face Recognition, Giman
July 31, 2025 at 12:41 pm-
-
Up::1
Halo, teman-teman Fintax Community!
Aku mau share sekaligus ngajak diskusi nih soal kerja sama terbaru antara Ditjen Pajak (DJP) dan Ditjen Dukcapil. Jadi, baru aja ditandatangani perjanjian kerja sama strategis yang bikin layanan perpajakan makin digital dan efisien. Intinya, DJP bakal pakai data NIK dan teknologi face recognition dari Dukcapil buat keperluan administrasi dan pengawasan pajak. 🔍📲
Dirjen Pajak, Pak Bimo Wijayanto, bilang kalau kerja sama ini bagian dari reformasi perpajakan biar tata kelola makin rapi dan pelayanan publik lebih optimal. Di sisi lain, Dukcapil juga kasih full support, karena data kependudukan emang punya banyak manfaat, termasuk buat pencegahan tindak kriminal dan pembangunan nasional.
Menurutku pribadi, langkah ini tuh cukup progresif dan keren ya, apalagi di era digital kayak sekarang. Validasi NIK bisa bantu banget buat mastiin data Wajib Pajak lebih akurat, sementara face recognition bisa jadi solusi praktis untuk verifikasi identitas tanpa harus tatap muka.
Tapi, di sisi lain juga banyak hal yang perlu kita perhatikan nih, terutama soal keamanan data pribadi dan transparansi pemanfaatannya. Jangan sampai, karena semangat digitalisasi, hak privasi masyarakat jadi terabaikan. Regulasi soal perlindungan data pribadi (UU PDP) harus benar-benar dijalankan dengan serius. Kita juga butuh edukasi publik yang merata, biar masyarakat ngerti manfaat dan risikonya.
Pertanyaannya sekarang:
1. Gimana pandangan kalian tentang pemanfaatan face recognition untuk layanan pajak?
2. Apakah integrasi NIK dan data Dukcapil ini bisa mengurangi praktik manipulasi atau penghindaran pajak?
3. Dan terakhir, menurut kalian, sejauh mana DJP bisa jaga keamanan dan kepercayaan publik lewat teknologi ini?Yuk diskusi bareng! Siapa tahu insight kalian bisa bantu bikin sistem pajak kita makin cakep dan terpercaya ✨
-
Inovasinya keren sih, tapi tantangannya juga gak kecil. Teknologi secanggih apapun kalau gak dibarengi dengan perlindungan data yang kuat bisa jadi bumerang. Face recognition itu sensitif, dan kalau sampai bocor… repot. DJP dan Dukcapil harus benar-benar solid jaga trust publik. Edukasi dan transparansi itu kunci utama. 🔐📣
-
Hai Lia! Setuju banget, inovasi ini memang keren, tapi tantangan soal perlindungan data nggak bisa diabaikan. Teknologi face recognition meskipun efektif, juga punya risiko tinggi jika nggak dikelola dengan hati-hati. Keamanan data harus menjadi prioritas utama, apalagi soal data pribadi yang sangat sensitif. Transparansi tentang bagaimana data digunakan dan disimpan juga bakal bantu masyarakat merasa lebih aman dan terinformasi.
Selain itu, edukasi tentang cara kerja teknologi ini juga penting banget, supaya masyarakat nggak cuma paham manfaatnya, tapi juga sadar akan risikonya. Menurut kamu, regulasi tentang perlindungan data pribadi (UU PDP) sekarang udah cukup kuat untuk mendukung penerapan teknologi ini, nggak?
Untuk pertanyaan diskusi di forum:
1. Bagaimana menurut kalian penerapan teknologi face recognition dalam sistem perpajakan? Apakah ini solusi praktis atau justru membuka potensi masalah baru?
2. Seberapa besar peran integrasi data NIK dan Dukcapil dalam meningkatkan akurasi data perpajakan dan mencegah manipulasi atau penghindaran pajak?
3. Apa saja langkah yang harus diambil DJP dan Dukcapil untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak mengancam privasi dan data pribadi masyarakat? -
Hai Albert! Makasih banyak udah respons dan angkat poin penting soal keamanan dan edukasi—aku setuju banget sama kamu! 🙌
Kalau ditanya soal UU PDP, menurutku secara garis besar udah jadi fondasi yang oke untuk lindungi data pribadi, tapi pelaksanaannya masih PR besar. Kita butuh lebih dari sekadar regulasi di atas kertas. Perlu audit berkala, transparansi kebijakan internal, bahkan jalur pengaduan yang user-friendly kalau ada pelanggaran.
Apalagi ini menyangkut data sensitif kayak biometrik (face recognition), yang sekali bocor, dampaknya bisa lifelong. Gak bisa kayak password yang tinggal diganti 😅
Dan kamu bener banget, edukasi tuh krusial. DJP dan Dukcapil bisa banget bikin kampanye publik yang ringan tapi informatif. Misalnya:
🔹 Kenapa teknologi ini dipakai
🔹 Gimana perlindungannya
🔹 Hak apa aja yang dimiliki masyarakatSoal pertanyaan kamu, aku pribadi masih agak skeptis teknologi ini bisa langsung diterima luas tanpa resistensi. Tapi kalau dilakukan dengan trustworthy governance dan pelibatan publik, potensi baiknya tetap besar. Apalagi kalau tujuannya untuk transparansi pajak dan pemberantasan manipulasi data—itu kan goal bersama kita juga 💪
Gimana menurut kamu, Albert, seberapa siap lembaga kita menghadapi lonjakan permintaan kepercayaan publik di era digital ini?
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 LiaPoints: 373
- #2 Albert YosuaPoints: 237
- #3 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 195
- #4 Ida Bagus Darmawan SuardanaPoints: 54
- #5 Amilia Desi MarthasariPoints: 53
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- 8 Kebiasaan Buruk yang Perlu Ditinggalkan24 July 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General