- This topic has 19 replies, 3 voices, and was last updated 2 days, 6 hours ago by
Albert Yosua.
Pemimpin Hebat Bukan yg Paling Tinggi, Tapi yg Membawa Orang Lain Naik Bersama
August 27, 2025 at 11:05 am-
-
Up::1
Menolong orang lain bukan sekadar tindakan baik hati—itu adalah pondasi dari kepemimpinan yang sejati. Banyak orang berpikir bahwa menjadi pemimpin berarti harus selalu unggul, selalu di depan, dan selalu jadi yang paling tahu. Padahal, kepemimpinan yang kuat justru lahir dari kemampuan untuk mengangkat orang lain.
Berikut ini beberapa cara sederhana tapi berdampak besar untuk menjadikan sikap membantu sebagai bagian dari kepemimpinan sehari-hari:
1. Berbagi Pengetahuan Tanpa Takut Tersaingi
Pemimpin yang baik tidak menyimpan ilmu untuk dirinya sendiri. Misalnya, kalau kamu tahu cara kerja sistem baru di kantor, jangan ragu untuk ngajarin rekan kerja yang belum paham. Bukan berarti kamu akan kehilangan keunggulan, justru kamu akan dikenal sebagai orang yang suportif dan bisa diandalkan.Contoh: Seorang supervisor mengajari timnya cara membuat laporan yang efisien. Hasilnya, tim jadi lebih produktif dan supervisor tersebut dihormati karena mau berbagi.
2. Buka Pintu untuk Orang Lain, Bukan Menjaganya Sendiri
Kadang kita punya akses ke peluang, entah itu proyek besar, koneksi penting, atau informasi strategis. Pemimpin sejati akan membagikan peluang itu ke orang lain, bukan menyimpannya sendiri.Contoh: Seorang manajer merekomendasikan anggota timnya untuk ikut pelatihan kepemimpinan, walaupun itu bisa membuat si anggota lebih kompeten dari dirinya. Tapi justru itulah bentuk kepemimpinan yang visioner.
3. Rayakan Keberhasilan Orang Lain
Nggak semua kemenangan harus milik kita. Pemimpin yang hebat tahu cara bersorak untuk keberhasilan orang lain, bahkan ketika mereka tidak terlibat langsung.Contoh: Saat seorang rekan kerja berhasil menyelesaikan proyek besar, kamu bisa mengucapkan selamat di grup kantor atau bahkan mengajak tim untuk merayakannya. Ini membangun rasa saling menghargai dan memperkuat ikatan tim.
4. Bangun Kepercayaan Lewat Bantuan Kecil
Menolong nggak harus selalu besar. Kadang, sekadar mendengarkan keluhan rekan kerja, membantu menyelesaikan tugas yang tertunda, atau memberi saran saat mereka bingung, sudah cukup untuk menunjukkan kepemimpinan yang peduli.Contoh: Seorang staf senior membantu juniornya menyusun presentasi. Junior tersebut merasa dihargai dan lebih percaya diri, yang akhirnya berdampak positif ke performa tim.
5. Jadikan Membantu Sebagai Kebiasaan, Bukan Sekali-sekali
Kepemimpinan bukan soal jabatan, tapi soal tindakan konsisten. Kalau setiap hari kamu berusaha membuat hidup orang lain sedikit lebih mudah, kamu sudah jadi pemimpin meskipun tanpa gelar.Contoh: Seorang karyawan biasa yang selalu membantu rekan kerja baru beradaptasi, akhirnya dipercaya jadi mentor internal karena sikapnya yang suportif.
Ketika kita menjadikan membantu orang lain sebagai bagian dari rutinitas kepemimpinan, kita sedang membangun lingkungan kerja yang lebih sehat, penuh kepercayaan, dan saling mendukung. Karena pada akhirnya, kepemimpinan bukan tentang seberapa tinggi kita bisa naik, tapi tentang berapa banyak orang yang kita ajak naik bersama.
Kalau menurut kamu, apa bentuk bantuan kecil yang paling berdampak dalam kepemimpinan sehari-hari? Yuk, saling berbagi pengalaman siapa tahu bisa jadi inspirasi buat yang lain.
-
Kalau bicara kepemimpinan sehari-hari, justru sering kali yang paling berkesan itu bukan hal besar seperti strategi atau keputusan formal, tapi bantuan kecil yang dampaknya panjang ke tim.
Kalau menurut saya pribadi, bantuan kecil paling berdampak adalah mau turun tangan sebentar ketika tim kewalahan. Itu bisa menghapus jarak “atasan-bawahan” dan membangun rasa kebersamaan yang kuat.-
Setuju banget Ami, kadang satu tindakan kecil dari pemimpin kayak turun tangan pas tim lagi kewalahan bisa jadi momen yang diingat seumur hidup. Rasanya bukan cuma soal tugas, tapi soal rasa dihargai dan diperlakukan setara. Leadership yang kayak gini tuh yang bikin tim kuat dari dalam.
Intinya, leadership yang nggak cuma mikir strategi, tapi juga mau nyebur bareng tim pas lagi repot itu sih yang bikin respect 🙌
-
Hal-hal kayak gitu bikin tim ngerasa “Oh, atasan gue nggak cuma bisa ngomong, tapi juga peduli dan mau turun tangan.”
Karena respect itu nggak bisa dipaksa lewat jabatan atau instruksi, tapi lahir dari keteladanan kecil yang konsisten.Kadang justru momen “turun tangan” itu yang paling diingat tim, bukan strategi besar yang rumit.
Orang akan lebih loyal sama pemimpin yang mau bareng-bareng susah, bukan cuma bareng-bareng senang. -
Pertanyaan:
Menurut kamu, Amilia, bagaimana caranya seorang pemimpin bisa menjaga keseimbangan antara memberi keteladanan lewat tindakan kecil, sekaligus tetap memastikan tim tetap berkembang dalam menghadapi tantangan besar? Apa tantangan terbesar yang dihadapi seorang pemimpin dalam membangun hubungan yang lebih personal dengan timnya? -
Setuju banget dengan pendapat ini, Amilia. Kadang, tindakan kecil seperti “turun tangan” itu bisa memberikan dampak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan strategi besar yang rumit. Keteladanan yang konsisten memang membuat kita lebih dihormati sebagai pemimpin. Memang, seringkali yang diingat oleh tim bukan hanya hasil akhir, tapi proses bersama yang membuat mereka merasa dihargai dan diajak bersama-sama dalam setiap langkah.
-
Banyak banget contoh konkretnya, bahkan kadang hal kecil pun dampaknya besar. Misalnya:
Deadline mepet: Leader ikut bantu packing barang atau ngecek dokumen bareng tim, bukan cuma nyuruh.
Kerjaan numpuk: Dia rela duduk bareng tim sampai lembur, misalnya ngerjain input data atau nyusun laporan.
Situasi hectic: Saat semua orang sibuk, leader turun tangan bikinin kopi/teh biar tim tetap semangat.
-
Pertanyaan:
Amilia, menurut kamu, apakah ada batasan atau kondisi tertentu di mana leader sebaiknya tidak terlalu terlibat langsung dalam pekerjaan tim? Bagaimana cara agar pemimpin bisa tetap menunjukkan kepedulian tanpa mengurangi kepercayaan tim pada kemampuan mereka? -
Bener banget, Amilia! Kadang hal-hal kecil itu justru yang bikin tim merasa dihargai dan semakin dekat dengan pemimpin. Kalau leader ikut terlibat langsung dalam pekerjaan sehari-hari, itu nggak hanya menunjukkan kepemimpinan yang baik, tapi juga menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat. Gak jarang, hal seperti itu yang jadi pengingat tim bahwa pemimpin mereka memang peduli, bukan hanya sekadar memberi instruksi.
-
iya Kak Lia,,,karena menurut saya justru di situlah bedanya “bos” sama “leader”.
Kalau hanya mikir strategi dari jauh, tim bisa merasa ditinggalkan. Tapi ketika pemimpin mau ikut hands On , meski mungkin cuma bantu hal kecil itu bikin tim merasa dihargai, nggak sendirian, dan akhirnya respect datang dengan sendirinya. -
Setuju banget, Amilia! Itu memang perbedaan yang jelas antara “bos” dan “leader”. Kalau pemimpin cuma mikir strategi dari jauh tanpa terjun langsung, tim bisa merasa kehilangan arah dan motivasi. Tapi ketika seorang leader mau ikut terlibat, bahkan dengan hal-hal kecil, itu nggak hanya meningkatkan rasa dihargai, tapi juga membangun ikatan yang lebih kuat antara pemimpin dan tim. Ketika tim merasa nggak sendirian, rasa respect dan loyalitas pun muncul dengan sendirinya.
-
Terima kasih banyak, Kak Amilia, atas pandangan dan pengalaman yang luar biasa inspiratif. Saya menikmati sekali membaca tanggapan-tanggapan Kakak dalam diskusi ini, karena benar-benar terasa jujur, membumi, dan berdasarkan pengalaman nyata di lapangan. Apa yang Kakak sampaikan tentang pentingnya “turun tangan” dalam kepemimpinan sehari-hari benar-benar membuka perspektif baru bagi saya.
-
-
iya Kak Lia,,,karena menurut saya justru di situlah bedanya “bos” sama “leader”.
Kalau hanya mikir strategi dari jauh, tim bisa merasa ditinggalkan. Tapi ketika pemimpin mau ikut hands On , meski mungkin cuma bantu hal kecil itu bikin tim merasa dihargai, nggak sendirian, dan akhirnya respect datang dengan sendirinya.Pertanyaan:
Amilia, bagaimana menurut kamu, apa saja tantangan yang mungkin dihadapi oleh seorang leader yang mencoba untuk tetap hands-on dan terlibat langsung, terutama dalam tim yang punya banyak anggota dengan perbedaan karakter dan kebutuhan? -
Nah, saya ingin bertanya pada Kak Lia: bagaimana caranya menjaga semangat untuk tetap membantu dan mengangkat orang lain di tengah tekanan kerja yang tinggi dan budaya kerja yang kadang kompetitif? Apakah Kakak pernah mengalami dilema antara fokus pada performa sendiri atau membuka jalan bagi orang lain, dan bagaimana cara Kakak menyikapi situasi tersebut?
-
Terima kasih banyak, Kak Lia, atas tulisan yang sangat menggugah dan penuh makna. Saya pribadi merasa sangat terinspirasi membaca pandangan Kakak tentang kepemimpinan yang sejati. Di tengah dunia kerja yang kadang penuh tekanan dan kompetisi, mengingatkan kembali bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang justru membantu orang lain naik, rasanya sangat menyegarkan dan relevan.
-
Bagian yang paling menyentuh buat saya adalah tentang berbagi pengetahuan tanpa takut tersaingi. Banyak orang mungkin secara tidak sadar merasa “kehilangan kekuatan” ketika orang lain mulai bisa melakukan apa yang sebelumnya hanya dia yang bisa. Tapi seperti yang Kakak bilang, justru itulah kekuatan seorang pemimpin — ketika dia membuat orang lain tumbuh, bukan takut disaingi.
-
Saya juga sangat setuju dengan poin tentang membuka pintu untuk orang lain, bukan menjaganya sendiri. Ini sangat berkaitan dengan mindset abundance, bahwa kesuksesan itu bukan sesuatu yang harus diperebutkan, tapi bisa diraih bersama. Pemimpin yang bijak tahu bahwa ketika satu orang naik, itu bisa menarik seluruh tim ikut berkembang — dan itu jauh lebih berdampak jangka panjang.
-
Poin tentang merayakan keberhasilan orang lain juga menurut saya sering kali dilupakan di lingkungan kerja. Kadang karena kesibukan atau tekanan deadline, kita lupa untuk sekadar memberi ucapan “selamat” atau “terima kasih” atas kontribusi rekan kerja. Padahal apresiasi kecil seperti itu bisa membangun kepercayaan dan rasa dihargai yang sangat kuat dalam tim.
-
Yang menarik, Kak Lia juga mengangkat pentingnya bantuan kecil yang konsisten. Dalam pengalaman saya, justru tindakan sederhana seperti mendengarkan, membantu rekan mengatasi masalah kecil, atau sekadar hadir ketika dibutuhkan, sering kali jadi hal yang paling diingat dan meninggalkan kesan mendalam. Pemimpin yang punya kehadiran semacam ini biasanya jauh lebih dihormati daripada yang hanya memberi arahan dari jauh.
-
Tentu saja, menjaga semangat untuk terus membantu bukan hal yang mudah, terutama dalam lingkungan kerja yang kompetitif. Ada kalanya kita merasa ingin fokus dulu pada performa pribadi, apalagi jika target yang dibebankan cukup berat. Namun, tulisan Kakak menjadi pengingat bahwa membantu orang lain bukanlah hambatan, justru bisa menjadi sumber kekuatan dan kebersamaan.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 381
- #2 LiaPoints: 170
- #3 Albert YosuaPoints: 148
- #4 Amilia Desi MarthasariPoints: 127
- #5 ERINA AIRINPoints: 58
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General
- Diri Itu Dibentuk, Bukan Ditemukan28 August 2025 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General