- This topic has 8 replies, 2 voices, and was last updated 28 minutes ago by
Albert Yosua.
Orang Hebat Bukan Ancaman, Mereka bisa jadi Senjata Rahasiamu!
September 4, 2025 at 9:25 am-
-
Up::0
Hei, pernah nggak sih, di satu ruangan, ada orang yang ilmunya jago banget, otaknya encer, dan kamu langsung minder? Merasa ‘kecil’ dan takut ketahuan kalau kamu nggak tahu apa-apa? Perasaan itu wajar, tapi hati-hati, karena ketakutan ini bisa menghancurkan potensi kita.
Ego kita sering bisik-bisik, “Duh, nanti kalau ketahuan gue nggak ngerti gimana?” atau “Gimana kalau dia lebih bagus dari gue dan ngerebut posisi gue?” atau yang paling parah, “Jangan-jangan gue jadi nggak penting lagi.”
Padahal, ada satu rahasia besar yang nggak diungkap sama rasa takut itu:
Saat kamu berani kerja bareng orang-orang yang bikin kamu ‘terintimidasi’, sesuatu yang luar biasa bakal terjadi.
Kamu berhenti pura-pura. Kamu mulai belajar. Dan yang paling penting, kamu mulai berkembang.
Coba kita lihat perbedaannya:
Pikiran yang insecure (nggak pede) melihat:
Kompetisi
Ancaman
Pengganti
Pikiran yang secure (pede) melihat:
Kolaborasi
Peluang untuk tumbuh
Kesempatan untuk menggandakan hasil
Ketika kamu bekerja dengan orang yang lebih pintar, segalanya berubah:
Kelemahanmu jadi guru terbaik. Contohnya, kamu jago bikin konten tapi kurang paham analisis data. Ketika timmu ada yang jago data, mereka bisa ngajarin kamu cara baca metrik, dan kamu jadi bisa bikin konten yang lebih efektif.
Pertanyaanmu jadi pintu pembuka. Dulu kamu takut nanya, “Ini gimana cara kerjanya?” tapi sekarang kamu berani nanya, dan dari situ, kamu dapat insight baru yang bikin kamu makin paham.
Kerendahan hatimu jadi kekuatan. Mengakui bahwa kamu nggak tahu segalanya bukan kelemahan, justru itu menunjukkan kamu mau belajar dan berkembang.
Mereka bisa melihat hal-hal yang sudah nggak kamu sadari, menanyakan hal-hal yang selama ini kamu terima begitu saja, dan membayangkan hal-hal yang kamu anggap mustahil.
Ini bukan cuma soal strategi bisnis, tapi soal evolusi diri. Kita mau tumbuh bersama atau stagnan sendirian? Jawabannya jelas.
Para pemimpin hebat yang pernah aku kenal itu justru aktif mencari orang-orang yang bisa menantang mereka. Bukan karena mereka sudah merasa paling jago, tapi karena mereka ‘lapar’.
Lapar untuk berkembang. Lapar untuk berevolusi. Lapar untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka.
Mereka paham betul:
Kejeniusan yang dibagi itu akan berlipat ganda, sedangkan kebijaksanaan yang disimpan malah jadi sia-sia.Nilaimu itu bukan diukur dari seberapa pintar kamu, tapi seberapa besar kamu bisa menciptakan ruang bagi orang-orang jenius untuk berkarya.
Sekarang, coba pikirkan. Siapa di sekitarmu yang bisa melihat peluang yang selama ini nggak kamu sadari?
Nah, orang itu yang harus kamu rangkul. Dekati mereka. Belajar dari mereka. Karena mereka bukan ancaman, tapi senjata rahasiamu untuk jadi lebih hebat.
-
Dan mungkin satu hal penting lainnya adalah soal membangun mindset yang tahan terhadap rasa tidak nyaman. Karena berada di sekitar orang hebat memang tidak selalu menyenangkan di awal—kadang membuat kita merasa tertinggal atau tidak cukup baik. Tapi justru di ruang-ruang tidak nyaman itulah biasanya terjadi lompatan besar dalam perkembangan diri. Mungkin kita perlu belajar untuk tidak buru-buru mencari rasa nyaman, tapi justru membiasakan diri bertumbuh dalam ketidaknyamanan itu.
-
Sekali lagi terima kasih untuk insight-nya, Lia. Tulisanmu tidak hanya menyadarkan, tapi juga memotivasi. Semoga makin banyak orang yang melihat kehebatan orang lain bukan sebagai ancaman, tapi sebagai peluang untuk tumbuh bareng. Karena pada akhirnya, seperti yang kamu bilang: kita mau stagnan sendirian, atau berkembang bersama?
-
Karena realitanya, tidak semua lingkungan mendukung pola pikir “bertumbuh bersama”. Kadang budaya kerja masih kental dengan persaingan atau bahkan politik kantor. Jadi mungkin dibutuhkan keterampilan tambahan, seperti membangun kepercayaan dan komunikasi yang asertif, agar hubungan kerja tetap sehat meski berbeda level pengalaman.
-
Namun di sisi lain, aku juga penasaran—gimana kalau kita bekerja dengan orang hebat, tapi mereka justru kurang terbuka atau terkesan kompetitif? Kadang, walaupun kita sudah punya niat baik untuk belajar dan berkolaborasi, tidak semua orang nyaman berbagi. Apakah kamu punya saran untuk menghadapi situasi seperti ini?
-
Selain itu, kutipanmu yang menyatakan “kejeniusaan yang dibagi akan berlipat ganda” sangat inspiratif. Ini mengingatkanku pada prinsip open-source dalam dunia teknologi—di mana ketika orang berbagi pengetahuan, kemajuan teknologi justru meningkat pesat. Jadi sebenarnya kolaborasi bukan hanya bermanfaat secara personal, tapi juga strategis untuk perkembangan tim atau organisasi.
-
Kamu juga menyebut tentang kerendahan hati sebagai kekuatan. Ini menarik, karena di banyak lingkungan kerja, kita diajarkan untuk terlihat “pintar” setiap saat. Padahal, mengakui bahwa kita tidak tahu adalah langkah pertama untuk belajar. Mungkin budaya tempat kerja juga perlu berubah, agar orang merasa aman untuk bertanya dan belajar dari yang lain.
-
Poin tentang perbedaan cara pandang antara “insecure” dan “secure” benar-benar kena di hati. Kadang kita terjebak dalam mindset kompetisi yang toxic, padahal sebenarnya dunia kerja (dan kehidupan) akan lebih sehat jika dibangun di atas kolaborasi. Bukankah semakin banyak kepala yang berpikir, semakin luas juga solusi yang bisa ditemukan? Apalagi kalau masing-masing punya keahlian yang saling melengkapi.
-
Terima kasih Lia untuk tulisan yang sangat menggugah ini. Aku merasa kamu berhasil menyentuh salah satu isu paling umum tapi jarang dibahas secara jujur: rasa minder saat berada di sekitar orang-orang hebat. Jujur saja, aku sering mengalami hal ini, terutama saat bekerja di tim yang penuh dengan orang berbakat. Kadang rasanya seperti ingin bersembunyi agar nggak ketahuan kurang paham. Tapi setelah baca tulisanmu, aku jadi sadar bahwa perasaan itu bukan halangan—justru bisa jadi pintu masuk menuju pertumbuhan.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 384
- #2 LiaPoints: 180
- #3 Albert YosuaPoints: 166
- #4 Amilia Desi MarthasariPoints: 143
- #5 ERINA AIRINPoints: 58
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General
- Diri Itu Dibentuk, Bukan Ditemukan28 August 2025 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General