Apakah anda mencari sesuatu?

  • This topic has 6 replies, 3 voices, and was last updated 1 month, 1 week ago by Amilia Desi Marthasari.

Kredit Karbon & Perdagangan Karbon: Solusi untuk Pemanasan Global

September 8, 2025 at 9:53 am
image
    • Albert Yosua
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 6 replies
      View Icon 20  views
        Up
        1
        ::

        Tau nggak sih, berdasarkan laporan IPCC 2021, ternyata manusia adalah salah satu penyebab utama pemanasan global? Jadi, emisi gas rumah kaca dari aktivitas kita itu nggak main-main dampaknya buat planet ini. Nah, buat menghadapinya, pemerintah Indonesia udah punya komitmen untuk kurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan bantuan internasional di 2030.

        Salah satu langkah yang diambil pemerintah adalah dengan memperkenalkan mekanisme carbon credit atau kredit karbon. Tapi, apa sih sebenarnya kredit karbon itu? Gimana cara hitungnya? Dan, apa hubungannya dengan carbon trading atau perdagangan karbon? Yuk, simak penjelasannya!

        Apa Itu Kredit Karbon?
        Kredit karbon adalah semacam “izin” buat perusahaan untuk mengeluarkan emisi karbon, dengan catatan bahwa 1 kredit karbon setara dengan 1 ton emisi karbon dioksida (CO2). Jadi, kalau sebuah perusahaan menghasilkan emisi karbon yang melebihi batas yang sudah ditentukan, mereka harus membeli kredit karbon di pasar untuk offset (menyeimbangkan) emisi mereka. Tapi kalau mereka berhasil mengurangi emisi mereka, mereka bisa jual kredit karbon tersebut di pasar karbon.

        Dengan kata lain, sistem ini memungkinkan kita untuk mengatur emisi global lewat sistem trade yang bisa memberi insentif bagi mereka yang berhasil menurunkan emisi karbon mereka. Seru, kan?

        Cara Menghitung Kredit Karbon?
        Buat ngitung kredit karbon, dunia pakai skema yang disebut REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Intinya, ini adalah sistem buat menurunkan emisi karbon yang dihasilkan dari kerusakan hutan dan degradasi lahan. Nah, REDD+ ini juga mencakup konservasi dan pengelolaan hutan dengan cara yang berkelanjutan.

        Prosesnya ada 3 tahapan utama, yaitu pengukuran, verifikasi, dan tindakan (MRV). Ini bertujuan supaya penghitungan emisi karbon yang diserap atau dikeluarkan bisa diterima secara internasional.

        Apa Hubungannya dengan Perdagangan Karbon?
        Kredit karbon ini bisa diperdagangkan lewat yang disebut carbon trading. Jadi, misalnya, kalau ada perusahaan yang emisinya lebih sedikit dari kuota yang mereka punya, mereka bisa jual kredit karbon mereka di pasar. Tapi kalau mereka melebihi batas emisi yang ditetapkan, mereka harus beli kredit karbon dari perusahaan lain atau bayar denda. Intinya, ini membantu negara dan perusahaan untuk ngontrol emisi mereka dan mendukung upaya global dalam melawan perubahan iklim.

        Selain itu, ada juga yang namanya nilai karbon, yaitu harga dari setiap unit emisi yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Dengan adanya carbon trading, perusahaan bisa mendapatkan insentif kalau mereka berhasil menurunkan jejak karbon mereka. Jadi, bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban, tapi juga ada potensi penghasilan yang bisa didapatkan dari sana.

        Potensi Indonesia dalam Kredit Karbon
        Indonesia punya potensi besar dalam sistem kredit karbon ini, lho! Kita punya hutan tropis terbesar ketiga di dunia dan juga luas lahan gambut yang bisa menyerap emisi karbon dalam jumlah besar. Data dari pemerintah menunjukkan kalau Indonesia bisa menyerap sekitar 113,18 gigaton emisi karbon!

        Jika Indonesia bisa menjual kredit karbon dengan harga sekitar USD 5 per ton, kita bisa meraup potensi pendapatan sebesar USD 565,9 miliar! Bayangin, itu sekitar Rp8.000 triliun! Ini bakal jadi kesempatan besar buat ekonomi Indonesia, selain jadi langkah nyata buat menanggulangi pemanasan global.

        Perdagangan Karbon: Pentingnya Bursa Karbon
        Jadi, bagaimana cara perdagangan karbon ini bekerja? Gampangnya, negara-negara yang terlibat dalam perjanjian Paris Agreement (yang juga sudah disepakati oleh Indonesia) bakal menjalankan perdagangan karbon ini. Di sini, emisi karbon diperdagangkan di bursa karbon yang udah terstandarisasi, dan kredit karbon jadi komoditas yang bisa diperdagangkan.

        Contoh konkretnya adalah negara-negara Uni Eropa yang udah menerapkan Cross Border Adjustment Mechanism (CBAM), di mana mereka mewajibkan produk impor untuk memenuhi ketentuan emisi karbon tertentu. Kalau enggak, harga barang tersebut bisa jadi lebih mahal dan sulit bersaing di pasar Eropa. Nah, hal ini juga akan memengaruhi industri Indonesia yang mengekspor produk ke sana. Jadi, penting banget buat produsen Indonesia untuk mulai mengurangi jejak karbon mereka.

        Tantangan dan Peluang Bisnis Carbon Neutral
        Buat perusahaan lokal yang nggak ekspor, gimana dong? Tentu aja, walaupun nggak ada dampaknya secara langsung, perdagangan karbon tetap punya peluang besar. Upaya untuk mencapai net-carbon emission (emisi karbon netral) nggak mudah, butuh persiapan dan investasi jangka panjang. Tapi, perusahaan yang berhasil mencapai status ini bakal lebih punya daya saing di pasar yang makin sadar akan pentingnya isu lingkungan.

        Dengan semakin banyak orang dan perusahaan yang sadar pentingnya keberlanjutan, langkah-langkah pengurangan emisi karbon dari sekarang bisa jadi peluang bisnis yang menguntungkan di masa depan.

        Kesimpulan
        Secara keseluruhan, mekanisme kredit karbon dan perdagangan karbon bisa jadi solusi yang sangat efektif dalam mengurangi emisi karbon global. Indonesia, dengan segala potensi alamnya, punya kesempatan besar untuk berperan dalam perdagangan karbon ini, baik untuk mengurangi dampak pemanasan global maupun meningkatkan ekonomi negara. Jadi, yuk mulai peduli dengan emisi karbon dan ambil bagian dalam upaya global untuk bumi yang lebih hijau! 🌍💚

      • Lia
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 6 replies
        View Icon 20  views

          Penjelasan yang komprehensif! Poin tentang CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism) dari Uni Eropa itu penting banget, karena itu bukti kalau isu ini sudah jadi ‘komoditas’ ekonomi yang serius. Jadi, ini bukan cuma pilihan, tapi sudah jadi keharusan bagi industri kita kalau mau tetap kompetitif di pasar global.

        • Amilia Desi Marthasari
          Participant
          GamiPress Thumbnail
          Image 6 replies
          View Icon 20  views

            Kalau Indonesia bisa menyeimbangkan antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, kredit karbon ini bisa jadi salah satu “jalan emas” menuju ekonomi hijau berkelanjutan.

          • Amilia Desi Marthasari
            Participant
            GamiPress Thumbnail
            Image 6 replies
            View Icon 20  views

              Betul sekali
              Mekanisme kredit karbon dan perdagangan karbon memang bisa jadi instrumen strategis untuk menekan emisi global sekaligus membuka peluang ekonomi baru.

            • Amilia Desi Marthasari
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 6 replies
              View Icon 20  views

                Indonesia punya modal besar:
                Hutan tropis luas yang berfungsi sebagai carbon sink (penyerap karbon).
                Ekosistem mangrove terbesar di dunia yang menyimpan karbon biru (blue carbon).
                Potensi energi terbarukan (surya, angin, hidro, panas bumi) yang bisa menggantikan energi fosil.

              • Amilia Desi Marthasari
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 6 replies
                View Icon 20  views

                  Kalau dikelola dengan transparan dan berintegritas, Indonesia bisa:
                  Menjual kredit karbon ke negara/industri yang sulit menekan emisi.
                  Membiayai proyek hijau di dalam negeri (reforestasi, energi bersih, restorasi lahan gambut).
                  Meningkatkan posisi tawar di forum global soal iklim.
                  Menghasilkan pendapatan baru bagi negara maupun masyarakat lokal.

                • Amilia Desi Marthasari
                  Participant
                  GamiPress Thumbnail
                  Image 6 replies
                  View Icon 20  views

                    Tapi tantangannya juga nyata:
                    Harus ada regulasi jelas supaya manfaat tidak hanya dinikmati elit atau korporasi besar.
                    Pengawasan ketat agar tidak terjadi greenwashing (klaim palsu soal pengurangan emisi).
                    Keadilan bagi masyarakat adat/lokal, yang sering jadi garda depan menjaga hutan dan alam.

                Viewing 6 reply threads
                • You must be logged in to reply to this topic.

                Peringkat Top Contributor

                1. #1
                  Amilia Desi Marthasari
                  Points: 64
                2. #2
                  Lia
                  Points: 58
                3. #3
                  ALIFIAN DARMAWAN
                  Points: 36
                4. #4
                  Debbie Christie Ginting / Finance Team Lead
                  Points: 34
                5. #5
                  Deni Dermawan
                  Points: 30
                Image

                Bergabung & berbagi bersama kami

                Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!