Apakah anda mencari sesuatu?

  • This topic has 9 replies, 2 voices, and was last updated 1 month ago by Amilia Desi Marthasari.

SATU HAL PALING MENDESAK UNTUK MAJUKAN INDONESIA DALAM 5 TAHUN KE DEPAN

September 19, 2025 at 4:40 pm
image
    • Amilia Desi Marthasari
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 9 replies
      View Icon 5  views
        Up
        1
        ::

        Banyak orang bilang:
        β€œIndonesia punya semua modal untuk jadi negara maju. Tinggal kemauan politik dan eksekusi.”

        Tapi pertanyaannya: satu hal apa yang paling mendesak untuk dibenahi agar kita benar-benar bisa melompat jauh dalam 5 tahun ke depan?

        Mari kita bahas panjang

        Bagian I – Akar Masalah

        2/
        Kalau kita lihat sejarah pembangunan Indonesia, banyak masalah kita itu berulang.
        Korupsi, birokrasi lambat, kesenjangan kaya-miskin, kualitas pendidikan yang timpang, hingga infrastruktur yang belum merata.

        Seakan-akan kita lari di tempat. Ada gerakan, tapi belum sampai tujuan.

        3/
        Tapi di antara semua masalah itu, ada satu benang merah: rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

        Kenapa? Karena sehebat apapun sumber daya alam kita, secanggih apapun infrastruktur kita, kalau manusianya tidak siap, semua hanya jadi etalase kosong.

        4/
        Data Bank Dunia (2020) menyebutkan Indeks Modal Manusia Indonesia hanya 0,54.
        Artinya, anak yang lahir hari ini hanya akan mencapai 54% dari potensi produktivitasnya jika ia tumbuh dengan kesehatan dan pendidikan yang sempurna.

        Itu rendah sekali dibandingkan negara-negara tetangga.

        5/
        Tanpa SDM yang unggul:

        Hilirisasi cuma jadi jargon.

        Digitalisasi cuma jadi tren sesaat.

        Ibu Kota Nusantara bisa jadi kota hantu.

        Potensi energi hijau hanya jadi slogan.

        SDM adalah pondasi. Kalau pondasi rapuh, bangunan apapun akan roboh.

        Bagian II – Kenapa SDM Jadi Kunci 5 Tahun Ke Depan

        6/
        Indonesia sedang masuk β€œbonus demografi”: mayoritas penduduknya berusia produktif.
        Tapi bonus ini bisa berubah jadi bencana demografi kalau tidak diolah dengan benar.

        Anak muda bisa jadi motor perubahan, atau justru jadi pengangguran masal.

        7/
        Bayangkan 5 tahun ke depan:

        Kita butuh tenaga kerja untuk industri kendaraan listrik.

        Kita butuh insinyur, programmer, dan ilmuwan untuk ekonomi digital.

        Kita butuh guru dan dokter yang berkualitas untuk melayani generasi berikutnya.

        Semua itu hanya bisa tercapai kalau SDM kita disiapkan dengan serius.

        8/
        SDM unggul bukan hanya soal pendidikan formal.
        Ia juga mencakup:

        Kesehatan: anak-anak bebas stunting, gizi tercukupi.

        Karakter: integritas, disiplin, etos kerja.

        Keterampilan: dari digital skill hingga kemampuan komunikasi.

        9/
        Masalahnya, saat ini Indonesia masih menghadapi:

        Stunting di atas 20% anak.

        Pendidikan yang timpang antara kota dan desa.

        Kurikulum yang sering berubah tapi tidak fokus pada skill masa depan.

        Budaya kerja yang sering kalah oleh β€œasal bapak senang”.

        Itu semua PR besar.

        Bagian III – Apa yang Harus Dibuat Prioritas?

        10/
        Kalau ditanya β€œsatu hal paling mendesak untuk dibenahi”, jawabannya adalah: kualitas SDM, terutama melalui pendidikan dan kesehatan dasar yang merata.

        Kenapa? Karena ini fondasi bagi semua agenda besar lainnya.

        11/
        Kita bisa mulai dari:

        Menuntaskan stunting β†’ tanpa anak sehat, mustahil mereka bisa belajar optimal.

        Membenahi pendidikan dasar-menengah β†’ bukan hanya hafalan, tapi melatih logika, kreativitas, dan karakter.

        Menyambungkan pendidikan dengan kebutuhan industri β†’ agar lulusan tidak menganggur.

        12/
        Pendidikan tinggi juga harus adaptif.
        Jangan lagi ada jurusan yang β€œproduksi” ribuan sarjana setiap tahun tapi tidak ada lapangan kerja relevan.

        Lebih baik sedikit, tapi sesuai kebutuhan zaman.
        Misalnya: AI, big data, energi terbarukan, desain produk, hingga pertanian modern.

        13/
        Selain pendidikan formal, pelatihan vokasi harus digencarkan.
        Tidak semua orang harus jadi sarjana.
        Tapi semua orang harus punya keterampilan.

        Seorang lulusan SMK yang ahli otomotif listrik mungkin lebih berguna daripada sarjana yang bingung cari kerja.

        14/
        Yang tidak kalah penting: integritas dan karakter.
        Kalau pintar tapi korup, hasilnya bencana.
        Kalau cerdas tapi malas, hasilnya stagnasi.
        Kalau berilmu tapi hanya peduli diri sendiri, bangsa ini tidak akan maju.

        Bagian IV – Dampak Kalau SDM Dibenahi

        15/
        Bayangkan kalau dalam 5 tahun ke depan kita benar-benar fokus pada perbaikan SDM. Apa yang akan terjadi?

        Hilirisasi berjalan lancar karena ada tenaga kerja terampil.

        Ekonomi digital tumbuh karena anak muda punya skill.

        Transisi energi berhasil karena ada insinyur dan teknisi yang siap.

        Demokrasi sehat karena rakyat kritis dan berintegritas.

        16/
        Bahkan masalah sosial akan berkurang.
        Kriminalitas, intoleransi, hingga konflik sosial sering muncul dari akar kemiskinan dan ketidakadilan pendidikan.

        Dengan SDM berkualitas, kita tidak hanya mencetak pekerja, tapi juga warga negara yang dewasa.

        Bagian V – Tantangan dalam Eksekusi

        17/
        Tentu saja, membenahi SDM bukan pekerjaan mudah. Ada beberapa tantangan:

        Politik jangka pendek yang sering tidak sabar menunggu hasil.

        Anggaran yang sering bocor karena korupsi.

        Resistensi budaya: misalnya mentalitas instan, atau kurangnya minat baca.

        18/
        Tapi kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi?
        Bonus demografi hanya datang sekali.
        Kalau kita gagal mengelolanya, kita bisa terjebak jadi negara berpenghasilan menengah selamanya (middle income trap).

        19/
        Kuncinya ada di keberanian pemimpin dan partisipasi rakyat.
        Pemerintah harus berani mengambil kebijakan strategis, rakyat harus mau berubah dan beradaptasi.

        Bagian VI – Menutup dengan Harapan

        20/
        Jadi, kalau ada yang bertanya:
        β€œSatu hal paling mendesak apa yang harus dibenahi agar Indonesia maju 5 tahun ke depan?”

        Jawabannya jelas: SDM.
        Tanpa SDM unggul, semua agenda besar hanya akan jadi mimpi di atas kertas.

        21/
        Indonesia punya semua potensi: alam, budaya, posisi strategis, hingga jumlah penduduk yang besar.
        Tapi potensi itu hanya akan jadi kekuatan kalau kita siapkan manusia-manusianya.

        22/
        Kita butuh generasi yang sehat, cerdas, jujur, kreatif, dan pekerja keras.
        Kalau itu tercapai, maka 5 tahun ke depan bisa jadi titik balik Indonesia.

        23/
        Kita bisa menjadi bangsa yang benar-benar mandiri, dihormati, dan sejahtera.
        Bukan lagi sekadar β€œraksasa tidur”, tapi negara yang bangkit dengan penuh percaya diri.

        24/
        Indonesia itu ibarat pohon besar.
        Akarnya adalah SDM.
        Kalau akar sehat, pohonnya akan kokoh meski diterpa badai.

        25/
        Jadi mari kita rawat akarnya bersama-sama.
        Karena masa depan bangsa ini bukan hanya soal pemerintah, tapi soal kita semua.

        Penutup:
        Indonesia punya seribu masalah, tapi juga sejuta peluang.
        Kalau kita hanya sibuk tambal-sulam, kita akan selalu tertinggal.
        Kalau kita fokus pada pondasiβ€”yakni SDMβ€”maka 5 tahun ke depan bisa jadi awal lompatan besar.

        Jadi kalau menurut kamu, apa langkah paling konkret yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas SDM Indonesia dalam waktu 5 tahun ke depan?

      • Lia
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 9 replies
        View Icon 5  views

          Kalau bicara 5 tahun ke depan, menurutku yang paling realistis adalah fokus ke tiga hal: gizi anak (untuk tekan stunting), pendidikan dasar-menengah yang adaptif, dan pelatihan keterampilan bagi angkatan kerja. Kalau tiga hal ini jalan, SDM kita bisa naik kelas dengan cepat.
          πŸ‘‰ Nah, aku penasaran: kalau harus memilih satu prioritas paling krusial dari tiga hal itu, teman-teman akan pilih yang mana?

        • Lia
          Participant
          GamiPress Thumbnail
          Image 9 replies
          View Icon 5  views

            Aku juga sepakat sama poin K’Amilia soal karakter. Karena kalau pintar tapi korup, atau cerdas tapi malas, negara tetap sulit maju. Justru integritas, disiplin, dan etos kerja harus jadi pondasi. Di banyak negara maju, budaya kerja dan kejujuran jadi pembeda utama.
            πŸ‘‰ Pertanyaan buat diskusi: apakah karakter dan etos kerja ini bisa dibentuk lewat sistem pendidikan, atau justru lewat keteladanan pemimpin di masyarakat?

            • Amilia Desi Marthasari
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 9 replies
              View Icon 5  views

                Jadi, kalau ditanya mana yang lebih kuat: pendidikan memberi fondasi, tapi keteladanan yang menghidupkan fondasi itu.

                Sistem pendidikan bisa menanam benih, tapi tanpa contoh nyata dari para pemimpin (guru, orang tua, atasan, pejabat), benih itu sulit tumbuh. Di sisi lain, keteladanan tanpa pendidikan formal bisa membentuk perilaku, tapi mungkin kurang dalam kerangka berpikir yang lebih luas.
                Dengan kata lain, kombinasi keduanya yang akan benar-benar membentuk karakter dan etos kerja suatu bangsa.

              • Amilia Desi Marthasari
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 9 replies
                View Icon 5  views

                  Kalau kita bicara tentang karakter dan etos kerja, keduanya memang tidak lahir dalam ruang hampa. Ada beberapa faktor besar yang membentuknya yaitu
                  1. sistem pendidikan
                  2. keteladanan pemimpin
                  3. lingkungan sosial

              • Lia
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 9 replies
                View Icon 5  views

                  K’Amilia, aku setuju banget kalau akar persoalan kita ada di kualitas SDM. Selama ini kita sering terjebak pada pembangunan fisik: gedung, jalan tol, IKN, tapi lupa kalau yang mengoperasikan semua itu adalah manusia. Kalau manusianya lemah, hasilnya cuma etalase tanpa isi.
                  πŸ‘‰ Pertanyaannya, bagaimana menurut teman-teman: apakah sebaiknya pemerintah lebih fokus dulu ke basic needs (nutrisi, kesehatan, literasi dasar) ketimbang proyek besar?

                  • Amilia Desi Marthasari
                    Participant
                    GamiPress Thumbnail
                    Image 9 replies
                    View Icon 5  views

                      Jadi singkatnya: pemerintah sebaiknya fokus memperkuat kebutuhan dasar rakyat dulu, karena itu fondasi segala pembangunan. Proyek besar akan lebih bermakna kalau manusianya sehat, cerdas, dan siap berkembang.

                    • Amilia Desi Marthasari
                      Participant
                      GamiPress Thumbnail
                      Image 9 replies
                      View Icon 5  views

                        Nutrisi, kesehatan, dan literasi dasar adalah hal paling fundamental.
                        Proyek besar memang penting, tapi dampaknya jangka panjang. Infrastruktur besar bisa membuka akses ekonomi, mempercepat mobilitas, dan meningkatkan daya saing.ementara masalah gizi, kesehatan dasar, dan buta huruf adalah krisis nyata yang sehari-hari dirasakan.
                        Anggaran negara terbatas. Kalau pemerintah terlalu berat ke proyek besar, bisa jadi alokasi untuk kebutuhan dasar jadi terpinggirkan.
                        Negara-negara maju umumnya memperkuat dulu human capital (gizi, pendidikan, kesehatan).
                        Setelah pondasi manusianya kuat, baru infrastruktur besar bisa memberi manfaat maksimal.

                      • Amilia Desi Marthasari
                        Participant
                        GamiPress Thumbnail
                        Image 9 replies
                        View Icon 5  views

                          Kalau kita bicara soal pembangunan, ada dilema klasik: fokus ke kebutuhan dasar dulu atau langsung tancap gas ke proyek-proyek besar yang kelihatan prestisius.

                      • Lia
                        Participant
                        GamiPress Thumbnail
                        Image 9 replies
                        View Icon 5  views

                          Bonus demografi memang pedang bermata dua. Kalau anak muda dibekali skill relevan, bisa jadi kekuatan. Tapi kalau tidak, justru jadi beban sosial. Di titik ini, kurikulum dan arah pendidikan sangat menentukan. Jangan sampai sekolah menghasilkan lulusan yang pintar teori tapi bingung cari kerja.
                          πŸ‘‰ Kira-kira, apakah pendidikan vokasi di Indonesia sudah benar-benar nyambung dengan kebutuhan industri saat ini?

                      Viewing 4 reply threads
                      • You must be logged in to reply to this topic.
                      Image

                      Bergabung & berbagi bersama kami

                      Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!