Apakah anda mencari sesuatu?

Cara Tetap Tenang Saat Dunia Kerja Chaos

December 1, 2025 at 8:38 am
image
    • Amilia Desi Marthasari
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 4 replies
      View Icon 5  views
        Up
        1
        ::

        Di dunia kerja, “chaos” itu bukan sekadar situasi—tapi sering jadi rutinitas. Tenggat mepet, notif nggak berhenti bunyi, meeting mendadak, revisi berganti-ganti, dan ekspektasi yang selalu naik setiap harinya. Rasanya seperti berusaha berlari di treadmill yang kecepatannya terus meningkat: tidak maju-maju, tapi semakin capek.

        Namun di tengah semua kekacauan itu, ada satu kemampuan yang menjadi pembeda: tenang. Bukan pasrah, bukan diam, tapi tetap stabil meski keadaan bergerak liar. Bagaimana cara tetap tenang saat dunia kerja sedang tidak ramah? Mari kita bahas lengkap—pelan-pelan, satu per satu.

        1. Terima Dulu Bahwa Chaos Itu Normal di Dunia Kerja Modern
        Ketenangan justru dimulai dari menerima kenyataan.
        Dunia kerja hari ini bergerak cepat: teknologi berubah, strategi berubah, target berubah. Kalau kita menolak kenyataan ini, kita akan selalu kecolongan energi untuk “melawan arus”.

        Namun ketika kita berkata dalam hati:
        “Oke, chaos ini bagian dari permainan. Yang penting bagaimana aku berdiri di tengahnya.”
        Di titik itu, level stres menurun. Ketika kita berhenti berharap semuanya akan sempurna, kita mulai punya ruang untuk berpikir.

        2. Jangan Reaksi, Tapi Respon
        Banyak orang stres bukan karena masalahnya, tapi karena cara mereka bereaksi.
        Ketika ada revisi mendadak atau pelanggan marah, kita sering spontan panik, defensif, atau ikut emosi.

        Padahal, orang yang tetap tenang melakukan hal sebaliknya:
        Mereka stop, menarik napas, memberi jeda dua detik, lalu merespon dengan kepala dingin.

        Jeda kecil itu sederhana, tapi menyelamatkan.
        Itulah yang membuatmu tetap profesional saat orang lain mulai kehilangan kendali. Itulah yang membuatmu bisa melihat sudut pandang yang tidak disadari orang lain. Itulah yang membedakan pemimpin dari pengikut.

        3. Prioritas Bukan Soal Banyaknya Tugas, Tapi Kejelasan Fokus
        Saat chaos, tugas terasa datang dari segala arah: chat masuk nonstop, email menumpuk, meeting nggak selesai-selesai. Di saat seperti itu, bukan kemampuan multitasking yang kamu butuhkan—tapi kemampuan memfilter.

        Tanyakan saja satu hal sederhana:
        “Apa satu hal penting yang harus selesai hari ini?”

        Kalau kamu mencoba menyelesaikan semuanya, hasilnya kacau semua.
        Kalau kamu tahu mana yang paling penting, kekacauan jadi lebih terkendali.

        Ketenangan bukan berasal dari sedikitnya pekerjaan, tapi dari jelasnya arah.

        4. Slow Response, Fast Execution
        Ini prinsip yang banyak digunakan para profesional hebat.

        Slow response = tidak mudah panik, tidak cepat memutuskan saat emosional, tidak terburu-buru menyalahkan keadaan.
        Fast execution = ketika keputusan sudah matang, kerjakan dengan cepat, rapi, dan tuntas.
        Hasilnya: minim drama, maksimal tindakan.

        Banyak orang terbalik: cepat emosi, lambat eksekusi.
        Itulah resep chaos yang sebenarnya.

        5. Jangan Menyimpan Semua di Kepala — Keluarkan ke Kertas atau Sistem
        Otak manusia bukan penyimpan tugas, tapi mesin pemikir.
        Saat kamu memaksa otak menyimpan terlalu banyak hal, kamu akan merasa penuh, bingung, dan mudah panik.

        Karena itu, buatlah sistem sederhana:

        catatan harian
        to-do list
        reminder
        aplikasi manajemen tugas apa pun yang nyaman
        Saat pikiranmu “dieksport” ke kertas, beban mental berkurang.
        Chaos eksternal jadi tidak mudah berubah jadi chaos internal.

        6. Bedakan Masalah dan Gangguan
        Tidak semua hal yang mendesak itu penting.
        Dan tidak semua yang penting itu harus diselesaikan sekarang.

        Gangguan sering menyamar sebagai hal mendesak: chat minta revisi minor, email yang sebenarnya tidak penting, atau meeting yang bisa saja menjadi voice note 2 menit.

        Kalau kamu bisa membedakan keduanya, level tenangmu naik drastis.
        Tidak semua notifikasi wajib ditanggapi saat itu juga.
        Tidak semua permintaan orang lain menjadi prioritasmu.

        Ingat: kamu dipekerjakan untuk bekerja, bukan menjadi pusat layanan 24 jam.

        7. Komunikasi Jujur Bisa Meredakan Banyak Chaos
        Kadang chaos terjadi bukan karena pekerjaan sulit, tapi karena komunikasi buruk.

        Contoh sederhana:

        deadline tidak realistis
        ekspektasi tidak disampaikan
        informasi setengah-setengah
        tugas dilempar tiba-tiba
        Ketenangan sering muncul dari satu tindakan kecil: bicara jujur dan jelas.
        Jika kamu butuh waktu, bilang. Jika kamu butuh detail tambahan, minta. Jika tugas tumpang tindih, tanyakan mana prioritas utama.

        Orang yang tenang bukan karena semuanya mudah, tapi karena mereka tidak menyimpan kebingungan sendirian.

        8. Atur Napas, Atur Emosi
        Sering kali, tubuh kita bereaksi duluan sebelum pikiran menyadari apa yang terjadi.
        Saat panik: napas pendek.
        Saat stres: bahu mengangkat tanpa sadar.
        Saat marah: detak jantung meningkat.

        Kalau tubuh bisa membuat kita cemas, maka tubuh juga bisa menenangkan kita.

        Teknik sederhana:

        tarik napas 4 detik
        tahan 2 detik
        hembuskan 6 detik
        Ulangi 4–5 kali.
        Kurang dari satu menit, tetapi efeknya seperti tombol “reset” emosional.

        9. Lindungi Energi Emosimu
        Chaos di kantor sering berasal dari orang lain:
        yang bawa drama, yang marah-marah, yang terbiasa melempar tugas, yang panik lebih dulu dari semua orang.

        Kamu tidak bisa mengubah mereka, tapi kamu bisa mengontrol jarak emosionalmu.

        Seni menjadi profesional adalah bisa berkata dalam hati:
        “Ini masalah pekerjaan, bukan masalah saya sebagai manusia.”

        Kadang ketenangan tercipta bukan karena keadaan membaik, tapi karena kamu menolak ikut terbawa dalam badai orang lain.

        10. Selesaikan Satu Hal Sampai Tuntas
        Saat dunia kerja sedang kacau, kita cenderung mengerjakan banyak tugas sekaligus: buka email, buka chat, kerjakan sedikit, pindah kerjaan lain, kembali lagi, lalu stress karena semuanya tidak selesai.

        Padahal, cara tercepat meredakan kekacauan adalah: menyelesaikan satu hal sepenuhnya.

        Saat satu pekerjaan selesai, ada ruang lega.
        Ruang lega itu menurunkan stres, membuat kita lebih fokus, dan memberi momentum untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya.

        Diam-diam, inilah yang membuatmu tetap tenang.

        11. Izin Untuk Istirahat Bukan Kemewahan — Tapi Strategi Bertahan
        Ironisnya, di saat paling kacau, orang sering memaksa diri bekerja terus tanpa jeda. Padahal di saat itulah istirahat paling dibutuhkan.

        5 menit untuk minum air, 10 menit stretch ringan, atau 15 menit berjalan sebentar di luar ruangan bisa mengubah kualitas fokusmu secara drastis.

        Kamu bukan mesin.
        Dan bahkan mesin pun butuh pendingin agar tidak overheat.

        12. Gunakan Kalimat Afirmatif yang Menguatkan
        Saat semuanya kacau, pikiran kita sering ikut memanas:
        “Aduh banyak banget!”
        “Gimana kalau nggak kelar?”
        “Kacau begini terus tiap hari!”

        Coba ganti kalimatnya:
        “Satu-satu, pasti selesai.”
        “Aku bisa menghadapi ini.”
        “Chaos ini lewat, tapi aku tetap di kontrol.”

        Kamu tidak sedang membohongi diri—kamu sedang mengarahkan fokus.

        13. Tidak Semua Chaos Harus Kamu Ikuti
        Ini penting:
        Kadang, dunia kerja tidak benar-benar kacau.
        Yang kacau hanyalah persepsi kita.

        Sebagian kekacauan muncul karena kita terbiasa terburu-buru, takut dibilang lambat, takut mengecewakan, atau merasa harus selalu perfect.

        Padahal, menenangkan diri sering berarti berhenti mengejar standar yang kita ciptakan sendiri.
        Terkadang bukan pekerjaannya yang melelahkan, tapi tekanan yang kita suntik ke diri sendiri.

        14. Jaga Batasan (Boundaries) dengan Tegas Tapi Sopan
        Ketenangan sering lahir dari batas yang jelas.

        Contoh:

        tidak membalas chat kerja setelah jam tertentu
        menolak meeting yang tidak relevan
        memberi tahu bahwa pekerjaan baru akan dikerjakan setelah tugas utama selesai
        menolak multitasking jika sedang mengerjakan hal penting
        Batasan bukan berarti tidak kooperatif—justru profesional.
        Orang yang punya batasan dihargai karena mereka tahu kapasitas dan tanggung jawabnya.

        15. Ingat: Kamu Tidak Sedang Berlomba Dengan Siapa Pun
        Banyak chaos terjadi karena kita merasa sedang “bertanding” dengan orang lain—produktif harus paling hebat, laporan harus paling cepat, jam kerja harus paling panjang.

        Padahal yang kamu hadapi adalah dirimu sendiri.
        Ketenangan muncul ketika kamu berhenti membandingkan perjalananmu dengan orang lain.
        Semua orang punya kapasitas, ritme, dan cara bekerja masing-masing.

        Yang penting: kamu berkembang, bukan bersaing tanpa arah.

        16. Fokus Pada Kontrol, Lepaskan yang Di Luar Kendalimu
        Dalam hidup dan kerja, ada tiga jenis hal:

        Yang sepenuhnya di bawah kendalimu

        kualitas kerja
        cara merespon
        effort yang kamu berikan
        Yang bisa kamu pengaruhi

        komunikasi
        kolaborasi tim
        Yang tidak bisa kamu kontrol sama sekali

        mood orang lain
        kebijakan mendadak
        keputusan atasan
        situasi perusahaan
        Rahasia tetap tenang adalah:
        Kerjakan bagian pertama, usahakan bagian kedua, lepaskan bagian ketiga.

        17. Saat Chaos Mengalahkanmu, Ingat: Kamu Berhak Minta Bantuan
        Banyak orang merasa harus terlihat kuat terus, padahal meminta bantuan bukan kelemahan—itu tanda profesionalisme.

        Kadang chaos bisa lebih ringan kalau dibagi.
        Tugas bisa lebih cepat selesai kalau dikerjakan bersama.
        Tekanan bisa lebih ringan kalau dibicarakan.

        Tidak ada yang hebat sendirian.

        18. Tutup Hari Dengan Ritual Tenang
        Sebelum pulang, lakukan 3 hal kecil:

        Catat apa saja yang sudah kamu selesaikan.
        Tulis rencana utama untuk besok.
        Rapikan meja atau workspace.
        Ini sederhana, tapi membuat pikiranmu tidak membawa “sampah chaos” sampai rumah.

        Ketenangan bukan hanya skill, tapi kebiasaan.

        Di Tengah Chaos, Jadilah Orang yang Tetap Jernih
        Dunia kerja mungkin tidak akan pernah tenang sepenuhnya—tapi kamu bisa.
        Chaos akan selalu datang dan pergi, tapi ketenangan adalah kemampuan yang bisa dilatih setiap hari.

        Dan ingat:
        Tenang bukan berarti lemah. Tenang berarti kamu cukup kuat untuk tidak dikendalikan oleh kekacauan.

        Jika kamu mampu tetap jernih di saat orang lain panik, kamu bukan hanya bertahan—kamu berkembang.

      • Lia
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 4 replies
        View Icon 5  views

          Setuju banget, Kak. Chaos di dunia kerja itu kadang bukan soal beban, tapi soal ritme yang tiba-tiba berubah. Point “slow response, fast execution” menurut saya kunci banget. Diam beberapa detik sebelum merespon itu sederhana, tapi efeknya bisa menyelamatkan mood satu hari penuh.

        • Lia
          Participant
          GamiPress Thumbnail
          Image 4 replies
          View Icon 5  views

            Bagian tentang “bedakan masalah dan gangguan” itu relatable banget. Banyak yang terlihat urgent padahal sebenarnya hanya “noise”. Begitu kita mulai filtering, energi mental jadi jauh lebih hemat. Rasanya kayak klik tombol mute di kepala sendiri.

          • Lia
            Participant
            GamiPress Thumbnail
            Image 4 replies
            View Icon 5  views

              Yang paling saya rasakan manfaatnya: menuliskan semua di kertas atau aplikasi. Dulu semua disimpan di kepala, hasilnya benar-benar chaos internal. Setelah pakai sistem to-do sederhana, level cemas turun drastis. Memang benar, otak untuk berpikir, bukan menyimpan

            • Lia
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 4 replies
              View Icon 5  views

                Insight terakhir tentang “fokus pada kontrol” ini powerful sekali. Banyak stres muncul karena kita ikut memikirkan hal-hal di luar kendali kita. Begitu hanya fokus pada yang bisa kita upayakan, ketenangan itu terasa lebih mungkin dicapai—bahkan di tengah tekanan tinggi.

            Viewing 4 reply threads
            • You must be logged in to reply to this topic.

            Peringkat Top Contributor

            1. #1
              Edi Gunawan
              Points: 67
            2. #2
              Agus Djulijanto
              Points: 62
            3. #3
              Amilia Desi Marthasari
              Points: 40
            4. #4
              Debbie Christie Ginting / Finance Team Lead
              Points: 39
            5. #5
              Deni Dermawan
              Points: 30
            Image

            Bergabung & berbagi bersama kami

            Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!