Cerita ini menunjukkan betapa kuatnya kekuatan reverse psychology dan storyselling dalam dunia penjualan. Bukan selalu soal menjelaskan detail produk, tapi bagaimana cara kita membaca emosi dan pola pikir calon pembeli. Kadang, dengan pendekatan yang tidak biasa atau bahkan ‘berpura-pura tidak tahu’, justru kita menciptakan ruang kepercayaan dan ketertarikan yang lebih dalam. Teknik ini bekerja karena membuat pelanggan merasa keputusan membeli datang dari mereka sendiri—bukan karena dipaksa. Penting untuk diingat: dalam penjualan, memahami psikologi konsumen lebih penting daripada sekadar menjual produk. Kreativitas dalam menyampaikan pesan dan menciptakan momen yang “mengena” sering kali lebih efektif daripada argumen panjang lebar. Semoga cerita-cerita seperti ini bisa jadi inspirasi untuk tim sales dan marketing agar berpikir out of the box dan lebih jeli membaca peluang closing.