- This topic has 28 replies, 3 voices, and was last updated 1 month ago by
Amilia Desi Marthasari.
7 Hari Perjalanan Kecil Menuju Versi Terbaikmu
September 16, 2025 at 10:46 am-
-
Up::1
Dalam tujuh hari ke depan, bayangkan kamu sedang duduk bersama tujuh orang dengan perspektif yang berbeda masing-masing membawa satu pesan penting tentang hidup. Mereka tidak datang untuk memberi jawaban instan, tapi untuk mengajakmu melihat ulang cara kamu menjalani hari-hari.
Hari pertama, kamu diajak untuk berhenti menganggap tidur sebagai hal sepele. Ternyata, tidur bukan cuma istirahat, tapi fondasi dari kesehatan, kreativitas, dan ketahanan mental. Tubuhmu butuh tidur seperti tanaman butuh air tanpa itu, semua hal baik dalam dirimu akan layu perlahan.
Hari kedua, kamu bertemu dengan seseorang yang jujur tentang kebiasaan menunda. Ia menggambarkan betapa mudahnya kita tergoda untuk menunda hal penting demi kesenangan sesaat. Tapi ia juga menunjukkan bahwa saat kita sadar dan mulai bergerak, kita bisa keluar dari lingkaran itu. Bukan dengan menyalahkan diri, tapi dengan memahami pola pikir kita sendiri.
Hari ketiga, kamu belajar bahwa bahasa tubuh bukan cuma soal penampilan. Cara kamu berdiri, duduk, dan menatap dunia bisa memengaruhi cara kamu merasa tentang dirimu sendiri. Terkadang, berpura-pura percaya diri bisa jadi jembatan menuju rasa percaya diri yang sesungguhnya.
Hari keempat, kamu diajak merenung tentang kepemimpinan. Bahwa orang-orang yang menginspirasi bukan karena apa yang mereka lakukan, tapi karena alasan di balik tindakan mereka. Ketika kamu tahu “kenapa” kamu melakukan sesuatu, kamu bukan cuma bergerak—kamu menggerakkan.
Hari kelima, kamu mendengar kisah tentang ketekunan ekstrem. Bukan soal pencapaian luar biasa, tapi tentang proses panjang yang penuh rasa sakit dan latihan. Kamu diingatkan bahwa hal-hal besar tidak datang dari bakat semata, tapi dari komitmen yang tidak kelihatan oleh orang lain.
Hari keenam, kamu diajak berdamai dengan stres. Bahwa stres bukan musuh, tapi bisa jadi teman kalau kita tahu cara menyikapinya. Saat kita berhenti melawan dan mulai memahami, tubuh kita pun merespons dengan cara yang lebih sehat.
Hari ketujuh, kamu bertemu dengan pemikir yang unik. Ia menunjukkan bahwa orang-orang dengan ide orisinal sering kali gagal lebih banyak, karena mereka berani mencoba lebih banyak. Kamu diingatkan bahwa menjadi berbeda bukan kelemahan, tapi kekuatan. Bahwa dunia berubah bukan oleh mereka yang mengikuti arus, tapi oleh mereka yang cukup gila untuk percaya bahwa mereka bisa mengubahnya.
Setiap hari dalam seminggu ini bukan sekadar waktu, tapi undangan untuk melihat ke dalam diri. Bukan untuk mencari jawaban di luar, tapi untuk mulai membangun dari dalam. Kalau ada bagian yang paling nyentuh atau bikin kamu mikir ulang soal hidup, aku penasaran banget buat dengar pendapatmu. Yuk, ngobrol bareng dan bagi insight kamu. -
Terakhir, aku ingin bertanya, dari ketujuh hari tersebut, bagian mana yang paling mengubah perspektif Kak Lia secara pribadi? Apa ada praktik atau kebiasaan baru yang Kak Lia mulai jalankan setelah menjalani perjalanan ini?
-
Kalau buatku, yang paling ngena itu hari kedua tentang menunda. Aku jadi lebih sadar kalau kuncinya bukan maksa diri, tapi bikin langkah kecil tanpa beban. Sejak itu aku coba biasain mulai kerja 5 menit dulu, ternyata sering bikin aku lanjut tanpa sadar.
-
-
Dan hari ketujuh benar-benar menguatkan semangatku untuk terus berinovasi meski sering gagal. Dari pengalaman Kak Lia, apakah ada momen kegagalan yang justru membawa perubahan besar dalam cara pandang atau langkah Kak Lia ke depan?
-
Pernah banget, Albert. Dulu aku sempat gagal di sebuah proyek kerja yang aku pikir aku akan sampai tuntas disana. Rasanya berat, tapi justru dari situ aku belajar cara evaluasi diri lebih tenang dan mulai berani coba pendekatan baru. Gagalnya bikin aku sadar, jalan buntu bisa jadi pintu ke arah lain yang lebih tepat. Justru kegagalan itu yang ‘ngerem’ aku supaya nggak terus-terusan ngejar hal yang nggak sejalan dengan diri sendiri. Kalau Albert sendiri, pernah nggak ada kegagalan yang ternyata jadi turning point penting?
-
-
Hari keenam tentang berdamai dengan stres juga sangat penting. Aku sendiri kadang sulit membedakan kapan stres harus diperangi atau diterima. Bagaimana Kak Lia mengenali stres yang sehat dan kapan saatnya kita harus mengambil jeda untuk merawat diri?
-
Biasanya aku bedain dari sinyal tubuh. Kalau stres masih bikin aku semangat bergerak dan fokus, itu tandanya sehat. Tapi kalau udah bikin susah tidur, cepat marah, atau gampang capek, itu alarm buat ambil jeda dan rawat diri.
-
-
Hari kelima mengingatkan aku bahwa ketekunan itu bukan soal bakat, tapi soal proses dan komitmen. Dalam perjalanan mempertahankan komitmen itu, apa sih tantangan terbesar yang pernah Kak Lia hadapi, dan bagaimana Kak Lia mengatasinya agar tetap konsisten?
-
Jujur, tantangan terbesarku biasanya datang dari rasa bosan dan pengen cepat lihat hasil. Kadang di tengah jalan semangat drop banget. Cara aku ngatasinnya, aku pecah target besar jadi langkah kecil-kecil, jadi tiap selesai satu langkah, ada rasa puas yang bikin aku lanjut lagi.
-
-
Mengenai kepemimpinan di hari keempat, aku sangat tertarik dengan konsep “kenapa” dalam melakukan sesuatu. Menurut Kak Lia, bagaimana cara terbaik untuk menemukan “kenapa” kita ketika merasa kehilangan arah atau motivasi dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi?
-
Pertanyaan bagus banget, Albert. Biasanya kalau aku lagi kehilangan arah, aku mundur sejenak dan tanya ke diri sendiri: ‘Apa sih yang sebenarnya bikin aku peduli?’ Kadang jawabannya sederhana, tapi dari situ motivasi pelan-pelan balik.
-
Terima kasih banyak, Kak Lia, atas waktu dan jawabannya. Semoga diskusi ini bisa membantu kita semua untuk lebih memahami dan menggali makna dalam setiap langkah yang kita ambil!
-
Akhirnya, apakah Kak Lia memiliki saran atau tips untuk kita semua yang sedang berjuang menemukan “kenapa” dalam hidup atau pekerjaan? Bagaimana kita bisa mulai menggali lebih dalam dan tetap fokus pada alasan-alasan yang membuat kita terus maju?
-
Selain itu, bagaimana Kak Lia melihat hubungan antara menemukan “kenapa” dengan pencapaian atau keberhasilan dalam karier? Aku sering mendengar bahwa orang yang berhasil dalam pekerjaan atau kariernya adalah mereka yang memiliki “kenapa” yang jelas. Tapi apakah itu benar-benar bisa menjadi kunci utama untuk sukses, ataukah ada faktor lain yang turut berperan dalam perjalanan kita?
-
Aku juga penasaran, apakah menemukan “kenapa” itu selalu melibatkan perubahan besar dalam hidup, ataukah bisa dimulai dari hal-hal kecil yang mungkin tidak terlalu mencolok, tapi tetap bermakna? Karena terkadang aku merasa bahwa perubahan besar bisa sangat menakutkan, dan kita cenderung ingin menghindarinya. Tapi jika ada cara untuk menemukan makna dalam langkah-langkah kecil, itu mungkin bisa lebih mudah diterima.
-
Tak jarang juga, ketika kita merasa kehilangan arah, ada perasaan frustrasi atau bahkan rasa tidak cukup baik. Dalam hal ini, apakah Kak Lia pernah merasakan tekanan seperti itu? Jika iya, bagaimana cara Kak Lia menghadapinya agar tidak terbawa terlalu jauh? Apakah ada teknik atau pendekatan tertentu yang Kak Lia anggap efektif untuk meredakan perasaan tersebut?
-
Aku juga ingin bertanya, bagaimana caranya kita bisa tetap terhubung dengan “kenapa” kita di tengah kesibukan dan tekanan yang datang? Misalnya, saat kita sudah terlalu terfokus pada target atau deadline pekerjaan, seringkali kita melupakan alasan mengapa kita memilih pekerjaan itu sejak awal. Apa yang Kak Lia lakukan untuk menjaga agar “kenapa” itu tetap menjadi pusat perhatian, meskipun banyak distraksi yang muncul?
-
Selain itu, menurut pengalaman Kak Lia, apakah ada perbedaan antara menemukan “kenapa” dalam konteks pekerjaan dan dalam kehidupan pribadi? Kadang aku merasa, pekerjaan dan kehidupan pribadi itu seperti dua dunia yang terpisah, meskipun sebenarnya kita menghadapinya dengan satu diri yang sama. Sehingga kadang aku kesulitan untuk menemukan satu alasan yang bisa berlaku untuk keduanya. Mungkin Kak Lia punya perspektif yang bisa membantu?
-
Namun, ada kalanya juga, meskipun kita sudah mencoba untuk mundur sejenak dan merenung, kita tetap merasa bingung atau tidak menemukan jawaban yang jelas. Bagaimana menurut Kak Lia, apakah ada cara atau langkah lebih lanjut yang bisa dilakukan untuk menggali lebih dalam lagi ketika kita merasa kehilangan arah? Apakah ada praktik tertentu yang Kak Lia lakukan untuk lebih jelas mengenali nilai-nilai pribadi yang dapat jadi landasan dalam kehidupan dan pekerjaan?
-
Terima kasih banyak, Kak Lia, atas jawaban yang sangat insightful! Aku merasa hal itu memang penting, untuk berhenti sejenak dan mempertanyakan apa yang sebenarnya membuat kita peduli. Terkadang, kita bisa terjebak dalam rutinitas atau tekanan pekerjaan sehingga lupa untuk kembali ke dasar dan menggali lebih dalam tentang apa yang benar-benar penting. Aku rasa itu bisa menjadi titik balik untuk mengembalikan fokus.
-
-
Hari ketiga tentang bahasa tubuh juga membuka perspektif baru bagiku. Aku mulai sadar bahwa cara kita membawa tubuh bisa memengaruhi mood dan kepercayaan diri. Namun, apakah ada tips praktis dari Kak Lia agar kita bisa secara sadar memperbaiki bahasa tubuh saat sedang dalam situasi yang kurang mendukung kepercayaan diri?
-
Aku juga ngalamin itu, kadang mood turun langsung keliatan dari postur. Cara praktis yang aku coba biasanya senyum kecil + posisi tubuh terbuka. Rasanya kayak ngingetin diri sendiri: ‘aku bisa hadapi ini’
-
-
Pada hari kedua, tentang kebiasaan menunda, aku merasa ini sangat relate. Menunda bukan hanya soal waktu, tapi juga tentang perasaan takut gagal atau merasa tidak siap. Menurut Kak Lia, apa strategi paling efektif untuk memutus lingkaran penundaan ini tanpa membuat kita merasa bersalah atau stres berlebihan?
-
Bener, seringkali penundaan itu bukan soal malas tapi rasa takut gagal. Strategi yang aku coba biasanya fokus ke proses, bukan hasil. Jadi tekanan berkurang, dan aku lebih gampang mulai tanpa stres berlebihan.
-
-
Terima kasih banyak, Kak Lia, untuk sharing yang sangat inspiratif ini. Aku merasa setiap hari dalam perjalanan tujuh hari ini seperti membuka pintu kecil yang mengajak kita untuk melihat diri sendiri dengan cara yang lebih dalam dan jujur. Tidur sebagai fondasi yang sering kita remehkan memang sesuatu yang kadang sulit dipahami dalam kesibukan sehari-hari. Aku jadi bertanya, bagaimana Kak Lia biasanya menjaga kualitas tidur saat jadwal padat atau saat pikiran sedang banyak beban?
-
Thanks, Albert 🙌. Aku biasanya coba jauhin gadget sebelum tidur sama bikin rutinitas kecil biar pikiran lebih tenang. Nggak selalu mulus sih, tapi lumayan bantu kualitas tidurnya.
-
-
Aku suka banget pertanyaan ini
Kalau bicara tentang bagian hidup yang bikin mikir ulang, menurutku itu biasanya datang dari momen “kejedot realita” saat kita merasa sudah ngerti arah hidup, tapi tiba-tiba sesuatu terjadi dan bikin kita sadar ternyata masih banyak yang harus dipelajari.
-
Misalnya, ada kalanya kita ngotot ngejar sesuatu (karier, materi, pengakuan), lalu pas sampai sana rasanya tetap kosong. Itu bikin aku mikir ulang: “Apa benar tujuan hidup cuma sekadar punya itu semua?” Dari situ aku belajar bahwa kadang hal-hal kecil, hubungan yang tulus, waktu tenang buat diri sendiri, atau momen sederhana sama orang terdekat—justru lebih berharga daripada pencapaian besar.
-
Hal lain yang nyentuh adalah kesadaran bahwa hidup nggak bisa sepenuhnya dikontrol. Kita bisa usaha maksimal, tapi hasil akhir seringkali bukan di tangan kita. Itu bikin aku belajar untuk lebih ikhlas dan nggak terlalu keras sama diri sendiri.
Kalau kamu sendiri, bagian hidup apa yang pernah bikin kamu berhenti sejenak dan benar-benar mikir ulang tentang segalanya?
-
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1
Amilia Desi MarthasariPoints: 34 - #2 Debbie Christie Ginting / Finance Team LeadPoints: 30
- #3 Deni DermawanPoints: 30
- #4 ALIFIAN DARMAWANPoints: 28
- #5 Abhidharma Manggala CaranaPoints: 27
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Suara Rakyat, Antara Harapan dan Tantangan4 September 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General
- Gejolak Pro & Kontra “Atasan Ala-Ala Bossy” di Tempat Kerja20 October 2025 | General