- This topic has 15 replies, 3 voices, and was last updated 2 weeks, 1 day ago by
Amilia Desi Marthasari.
Apakah Kita Sadar? Kadang Hambatan Terbesar Perempuan Adalah Diri Sendiri
October 3, 2025 at 7:15 am-
-
Up::0
Sering kita dengar bahwa hambatan terbesar bagi kesuksesan perempuan datang dari luar misalnya diskriminasi, stereotip gender, atau kurangnya kesempatan. Namun, bagaimana jika kenyataannya hambatan terbesar justru datang dari dalam diri kita sendiri?
Kadang kita lupa bahwa perempuan bisa saling menahan satu sama lain, bahkan tanpa sadar. Misalnya, seorang rekan kerja mungkin merasa enggan membimbing junior karena takut tersaingi, atau kita sendiri mungkin menolak memberikan pujian atau kesempatan kepada rekan lain karena merasa itu akan mengurangi posisi kita. Situasi seperti ini bisa terjadi di berbagai tempat kerja, baik di kantor, sekolah, maupun komunitas.
Contoh sederhana: seorang perempuan di tim marketing ingin mengajukan ide baru. Ia merasa takut ditertawakan atau diabaikan karena pernah mengalami komentar negatif sebelumnya. Rekan kerjanya juga tidak mendorongnya, bahkan memberi sinyal bahwa idenya “tidak cukup bagus.” Akibatnya, potensi ide hebat itu tidak pernah muncul. Di sini, hambatan internal rasa takut dan kurangnya dukungan lebih besar daripada hambatan eksternal.
Kita juga sering menilai orang lain tanpa sadar, misalnya berkomentar, membandingkan, atau mengkritik secara berlebihan. Padahal, hal-hal ini dapat menghambat pertumbuhan orang lain dan juga diri kita sendiri, karena energi kita terbuang untuk hal-hal negatif.
Mari kita mulai dari diri sendiri: dorong rekan kerja, beri pujian ketika mereka berhasil, dengarkan ide mereka dengan terbuka, dan jangan takut membagikan pengetahuan atau kesempatan. Ingat, ketika kita saling mengangkat, semua pihak menang. Kesimpulannya, hambatan terbesar bagi kesuksesan perempuan kadang bukan datang dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri dan sikap kita terhadap orang lain; dengan menciptakan budaya saling mendukung, lingkungan kerja bisa menjadi tempat di mana setiap perempuan dan semua orang memiliki kesempatan untuk bersinar.
-
Betul sekali, kak Lia….
Tanpa sadar, kita sering memberi komentar atau penilaian pada orang lain, membandingkan pencapaian, mengkritik cara kerja, atau bahkan meremehkan usaha mereka. Sekilas mungkin terasa sepele, tapi sebenarnya kebiasaan itu bisa berdampak besar.-
misalnya dampaknya ialah Menghambat pertumbuhan orang lain. Ketika seseorang terus-menerus dikritik atau dibandingkan, kepercayaan dirinya bisa menurun. Alih-alih termotivasi, ia justru merasa kecil dan tidak mampu.
-
selain itu bisa menghambat pertumbuhan diri sendiri, energi dan fokus yang seharusnya bisa dipakai untuk berkembang malah habis untuk mengomentari orang lain. Padahal, kita bisa lebih maju jika perhatian itu diarahkan ke dalam: memperbaiki diri, belajar hal baru, dan memperkuat kelebihan yang ada.
-
Budaya saling mendukung adalah fondasi agar perempuan (dan semua orang) bisa bersinar, tanpa harus merasa bersaing atau saling menjatuhkan.
-
Menurut Kak Amilia, bagaimana caranya agar kita bisa mulai membangun budaya ini di sekitar kita, baik di tempat kerja, komunitas, atau bahkan dalam hubungan pribadi? Ada langkah-langkah yang bisa kita coba agar bisa lebih mendukung satu sama lain dalam tumbuh dan berkembang?
-
Dan begitu pula sebaliknya, kalau kita berlatih menahan diri dari kebiasaan menilai orang lain, lalu mengubahnya menjadi dukungan, apresiasi, dan doa baik, kita bukan hanya menolong orang lain bertumbuh, tapi juga memberi ruang bagi diri sendiri untuk berkembang dengan lebih sehat.
semangat menebar energi positif ya….!!!! -
dan yang terakhir bisa menumbuhkan energi negatif, lingkungan yang penuh kritik berlebihan atau perbandingan tidak sehat biasanya membuat orang mudah iri, stres, bahkan saling menjatuhkan.
-
Menurut Kak Amilia, bagaimana ya cara kita bisa mulai memfokuskan energi kita untuk pengembangan diri, tanpa tergoda untuk terlalu banyak mengomentari atau menghakimi orang lain? Mungkin ada tips khusus agar kita bisa lebih produktif dalam memperbaiki diri sendiri?
-
Wah, ini benar-benar poin yang penting, Kak Amilia. Seringkali kita terjebak dalam mengomentari orang lain, padahal energi dan waktu itu bisa kita gunakan untuk fokus pada diri sendiri. Terkadang, kita nggak sadar kalau terlalu banyak membandingkan atau mengkritik orang lain justru membuat kita teralihkan dari tujuan pribadi kita.
-
Menurut Kak Amilia, bagaimana sih cara yang lebih efektif untuk memberikan umpan balik agar bisa tetap konstruktif tanpa membuat orang merasa tertekan atau rendah diri? Apakah ada pendekatan khusus yang bisa kita coba agar lebih mendukung perkembangan mereka?
-
Setuju banget, Kak Amilia. Kritik yang berlebihan atau perbandingan yang terus-menerus memang bisa merusak rasa percaya diri seseorang. Terkadang, kita nggak menyadari bahwa apa yang kita anggap sebagai “kritik membangun” justru bisa membuat seseorang merasa tertekan dan kehilangan motivasi.
-
Kira-kira, bagaimana ya caranya agar kita lebih berhati-hati dalam memberikan penilaian tanpa membuat orang lain merasa direndahkan atau kurang dihargai?
-
Betul banget, Kak Amilia. Kadang-kadang, kita memang nggak sadar sudah memberikan komentar yang bisa berpengaruh pada orang lain. Memang seringkali yang terlihat sepele bisa jadi malah berkesan besar buat yang menerima.
-
-
Budaya saling mendukung adalah fondasi agar perempuan (dan semua orang) bisa bersinar, tanpa harus merasa bersaing atau saling menjatuhkan.
Setuju banget, Kak Amilia! Budaya saling mendukung memang sangat penting, terutama untuk menciptakan lingkungan yang positif di mana kita semua bisa berkembang tanpa merasa tertekan atau terjebak dalam persaingan yang tidak sehat. Kalau bisa saling mendukung, bukan hanya kita bisa mencapai potensi terbaik, tapi juga menciptakan rasa kebersamaan yang lebih kuat.
-
Budaya saling mendukung adalah fondasi agar perempuan (dan semua orang) bisa bersinar, tanpa harus merasa bersaing atau saling menjatuhkan.
Setuju banget, Kak Amilia! Budaya saling mendukung memang sangat penting, terutama untuk menciptakan lingkungan yang positif di mana kita semua bisa berkembang tanpa merasa tertekan atau terjebak dalam persaingan yang tidak sehat. Kalau bisa saling mendukung, bukan hanya kita bisa mencapai potensi terbaik, tapi juga menciptakan rasa kebersamaan yang lebih kuat.
Betul sekali,
Budaya saling mendukung adalah fondasi dari lingkungan kerja yang sehat.
Di tempat di mana setiap orang merasa aman untuk tumbuh tanpa takut dinilai atau tersaingi, kreativitas dan kolaborasi akan berkembang dengan sendirinya.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1
LiaPoints: 249 - #2
Amilia Desi MarthasariPoints: 91 - #3 Deni DermawanPoints: 30
- #4
Albert YosuaPoints: 28 - #5 ALIFIAN DARMAWANPoints: 24
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- 7 Hari Perjalanan Kecil Menuju Versi Terbaikmu16 September 2025 | General
- Suara Rakyat, Antara Harapan dan Tantangan4 September 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General