::
Hey Fintax people! Pernah nggak sih kepikiran, kenapa ada WP yang santuy aja bayar pajak walaupun mereka gak setuju sama hasil ketetapan fiskus? Padahal, secara aturan dalam UU KUP, WP itu punya hak buat bilang “no thanks” ke ketetapan pajak, terus lanjut ke jalur keberatan, banding, sampai PK.
Nah, selama proses hukum itu belum kelar dan belum ada putusan inkracht, WP cuma wajib bayar sebesar jumlah yang disepakati bareng fiskus pas PAHP (Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan). Yang gak disepakatinya? Gak wajib dibayar dulu, bro! Tapi kenyataannya, banyak WP justru udah bayar semuanya duluan. 🤨
Menurut data DJP, tren ini makin naik dari tahun ke tahun. Lihat deh:
2020: Rp16,16 T dibayar atas pajak yg gak disetujuin
2021: Naik jadi Rp21,58 T
2022: Turun drastis ke Rp11,07 T
2023: Naik lagi ke Rp17,56 T
2024: Melonjak tajam ke Rp25,14 T! 🚀
Yang bikin heran, ini semua pembayaran sukarela. DJP bilang, WP sebenarnya gak harus bayar itu sekarang, tapi mereka tetap bayar duluan. Mungkin biar aman atau pengen cepet beres?
Tapi, ternyata ada twist-nya nih! Kalau banding atau keberatan WP ditolak atau cuma dikabulkan sebagian, WP bisa kena denda 30% atau bahkan 60%! 😱
Keberatan ditolak: Denda 30%
Banding ditolak: Denda 60%
(Minimal denda dihitung dari jumlah pajak setelah dikurangi yang udah dibayar sebelumnya)
Artinya, makin banyak yang udah kita bayar duluan, makin kecil potensi denda yang harus ditanggung nanti. Jadi ya gak heran sih banyak WP pilih bayar dulu meskipun gak setuju.
🎯 Tapi, ini malah bikin upaya hukum jadi mahal. Padahal menurut UU Pengadilan Pajak, sengketa pajak itu harusnya cepat, murah, dan sederhana. Dengan denda kayak gini, banding jadi nggak murah lagi. Menurut Darussalam & Danny Septriadi, denda ini harusnya diganti aja jadi cuma senilai time value of money karena penundaan pembayaran.
So, apa artinya semua ini buat kita para tax enthusiast? 🤓
✔️ Pajak gak cuma soal angka, tapi juga strategi dan risiko.
✔️ Bayar dulu bisa jadi ‘tameng’ buat ngurangin denda, tapi pastikan cash flow siap.
✔️ Harus ada reformasi kebijakan, biar upaya hukum gak jadi momok yang mahal dan bikin mikir dua kali.
Menurut kamu gimana? Setuju gak kalau dendanya direvisi aja biar lebih fair?