Home / Topics / Finance & Tax / Indonesia-AS Intensifkan Perundingan Tarif Jelang Pemberlakuan Kebijakan Trump
- This topic has 2 replies, 2 voices, and was last updated 1 month ago by
Albert Yosua.
Indonesia-AS Intensifkan Perundingan Tarif Jelang Pemberlakuan Kebijakan Trump
July 14, 2025 at 8:16 am-
-
Up::0
(Washington D.C.) Pemerintah Indonesia diwakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan pertemuan dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diwakili oleh U.S. Secretary of Commerce Howard Lutnick dan United States Trade Representative Jamieson Greer. Pertemuan ini menjadi tindak lanjut dari Surat Presiden AS Donald Trump kepada Presiden RI Prabowo Subianto tertanggal 07 Juli 2025, yang menyampaikan besaran tarif resiprokal untuk Indonesia dan rencana pemberlakuannya mulai 01 Agustus 2025.
Menanggapi cepat surat tersebut, pertemuan Menko Airlangga dengan dua pejabat tinggi AS yang memiliki kewenangan dalam penetapan tarif, menandakan pentingnya posisi Indonesia dalam hubungan perdagangan bilateral. Delegasi Indonesia menjadi salah satu yang pertama diterima oleh Pemerintah AS, menegaskan komitmen kuat kedua negara untuk menjaga stabilitas hubungan dagang.
Dalam pertemuan itu, Menko Airlangga menyampaikan apresiasi terhadap jalannya proses negosiasi yang dinilai konstruktif. Ia menyebut perundingan telah mencakup berbagai isu penting, seperti tarif, hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama investasi dan komersial. Kedua negara pun sepakat untuk mengintensifkan perundingan dalam tiga minggu kedepan sebelum kebijakan tarif diberlakukan. “Kita akan mengoptimalkan waktu dalam tiga minggu ke depan, untuk secara intensif merundingkan lebih lanjut dan menuntaskan perundingan tarif ini dengan prinsip yang saling menguntungkan,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang dikutip pada Kamis (10/07).
Menko Airlangga menegaskan bahwa proses negosiasi berjalan positif dan memberi ruang bagi kesepakatan baru, baik terkait tarif maupun tawaran dari Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa hubungan dagang Indonesia-AS selama ini telah berlangsung baik dan akan terus diperkuat, terutama dengan adanya kesepakatan bisnis antara perusahaan Indonesia dan AS di sektor energi dan pertanian.
Selain itu, pertemuan juga menyoroti peluang kerja sama strategis di sektor mineral kritis. AS menunjukkan minat besar terhadap cadangan nikel, mangan, kobalt, dan tembaga yang dimiliki Indonesia. Kedua negara sepakat untuk memanfaatkan waktu yang tersisa secara optimal guna menyelesaikan perundingan dengan prinsip saling menghormati dan menguntungkan, demi memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi yang memberikan dampak nyata bagi perekonomian kedua pihak.
-
Langkah cepat Pemerintah Indonesia dalam merespons surat dari Presiden AS menunjukkan komitmen tinggi dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan hubungan dagang strategis. Kehadiran langsung Menko Airlangga dalam pertemuan tingkat tinggi ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia serius dalam menjaga kepentingan nasional di tengah dinamika perdagangan global.
Yang menarik, pembahasan tak hanya fokus pada tarif, tapi juga menjangkau isu-isu strategis seperti ekonomi digital dan mineral kritis. Ini penting, mengingat masa depan kerja sama dagang tak cukup hanya soal ekspor-impor, tapi juga kolaborasi teknologi dan keberlanjutan rantai pasok.
Saya apresiasi pendekatan win-win yang diusung, tapi tentu tantangannya ada di tiga minggu ke depan—apakah perundingan bisa menghasilkan kesepakatan yang adil, terutama soal tarif resiprokal?
Pertanyaan terbuka untuk kita semua:
🔹 Bagaimana Indonesia bisa memastikan bahwa sumber daya strategis seperti nikel dan kobalt tidak hanya jadi komoditas ekspor, tapi juga menggerakkan industri hilir di dalam negeri?
🔹 Apakah pendekatan diplomasi ekonomi kita saat ini sudah cukup adaptif dalam merespons tekanan dagang negara besar?Yuk, diskusi. Isu ini berdampak langsung ke arah pembangunan ekonomi kita ke depan.
-
Terima kasih insight-nya, Lia! Setuju banget, peran Menko Airlangga di perundingan ini memang jadi sinyal kuat keseriusan Indonesia menjaga kepentingan nasional. Fokus pada isu-isu strategis seperti ekonomi digital dan mineral kritis juga jadi langkah tepat untuk bangun nilai tambah, bukan cuma jadi pemasok bahan mentah.
Untuk pertanyaan kamu soal pengelolaan sumber daya strategis, menurutku perlu dorongan kuat dari kebijakan hilirisasi dan investasi teknologi supaya industri dalam negeri bisa tumbuh. Jangan sampai cuma jadi “pabrik ekspor bahan mentah” yang nilainya rendah. Pemerintah harus jeli menyiapkan insentif dan regulasi yang mempermudah investasi hilir dan R&D.
Sedangkan diplomasi ekonomi, adaptasi terus-menerus jadi kunci. Kita perlu jalin kerja sama regional dan multilateral yang bisa jadi buffer saat menghadapi tekanan unilateral. Juga, memperkuat diplomasi ekonomi digital yang selama ini masih relatif baru tapi punya potensi besar.
Menurut kamu, sektor atau strategi apa lagi yang harus lebih dioptimalkan biar kita gak cuma jadi “penonton” dalam persaingan dagang global?
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 384
- #2 LiaPoints: 180
- #3 Albert YosuaPoints: 166
- #4 Amilia Desi MarthasariPoints: 143
- #5 ERINA AIRINPoints: 58
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General
- Diri Itu Dibentuk, Bukan Ditemukan28 August 2025 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General