Home / Topics / Marketing & Sales / Indonesia – Uni Eropa Masuki Babak Akhir Penyelesaian Perjanjian Perdagangan Beb
- This topic has 3 replies, 2 voices, and was last updated 1 month, 4 weeks ago by
Lia.
Indonesia – Uni Eropa Masuki Babak Akhir Penyelesaian Perjanjian Perdagangan Beb
June 10, 2025 at 4:51 pm-
-
Up::0
Pemerintah Indonesia terus mendorong penguatan kemitraan strategis dengan Uni Eropa, khususnya dalam sektor ekonomi dan perdagangan. Hal ini diwujudkan melalui pertemuan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Uni Eropa, Maroš Šefčovič, di Brussels, Belgia pada Jumat (06/06) pekan lalu.
Pertemuan bilateral tersebut merupakan kelanjutan dari komunikasi intensif sebelumnya, termasuk pertemuan virtual yang telah digelar pada 5 Mei 2025. Fokus utama pertemuan ini adalah percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang telah berlangsung selama sembilan tahun. Kedua pihak menunjukkan komitmen kuat untuk menyelesaikan perjanjian tersebut demi peningkatan hubungan dagang dan investasi yang saling menguntungkan.
Menko Airlangga memastikan, bahwa perundingan IEU-CEPA kini telah memasuki tahap akhir. “Hal ini menjadi momentum penting di tengah kondisi perekonomian global yang tidak dapat diprediksi dan tidak pasti serta menunjukkan pentingnya kerja sama dalam mengatasi tantangan global,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang dikutip pada Minggu (08/06).
Data menunjukkan bahwa hubungan ekonomi Indonesia-Uni Eropa mengalami tren peningkatan, dengan nilai perdagangan mencapai US$ 30,1 miliar pada 2024. Uni Eropa kini menjadi mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, sementara Indonesia menempati urutan ke-33 sebagai mitra dagang Uni Eropa. Kerjasama ini juga berdampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia yang terus mencatatkan surplus, meningkat dari US$ 2,5 miliar pada 2023 menjadi US$ 4,5 miliar pada 2024.
Dalam pertemuan tersebut, Menko Airlangga juga menyampaikan apresiasi atas kesepakatan penting terkait trade and sustainable growth, termasuk kerangka keberlanjutan antara Indonesia dan Uni Eropa. Ia menekankan pentingnya produk perikanan Indonesia masuk ke pasar Eropa dan mendorong Uni Eropa memberikan perlakuan pasar yang adil. Ia pun menyambut baik komitmen Uni Eropa untuk memberikan perlakuan khusus bagi negara mitra yang telah memiliki FTA/CEPA, termasuk Indonesia, dalam kebijakan pengurangan deforestasi. (Rp)
-
Fokus ke paragraf kedua deh.. bikin pengen komen jadinya. Sembilan tahun negosiasi dan akhirnya katanya “sudah di tahap akhir” apa harus bilang luar biasa efisien. Kalau pembangunan rumah makan Padang bisa kelar dalam seminggu, negosiasi dagang besar memang wajar ya hampir satu dekade. Semoga nanti pas CEPA-nya jadi, jangan sampai kita cuma jadi pasar ikan fillet murah dengan label “berkelanjutan” asal cocok standar mereka.
Tapi tenang, asal kita tetap surplus, semua terlihat baik-baik saja. 👍
-
Haha bener banget Lia, negosiasi 9 tahun tuh udah kayak nungguin jodoh yang gak pasti, akhirnya dikasih harapan “udah tahap akhir” 😆 Tapi ya emang sih, deal kayak CEPA ini ribet banget, banyak kepentingan dan standar yang harus dikompromiin.
Semoga aja sih pas udah deal, bukan cuma EU yang happy, tapi kita juga dapet benefit real — bukan cuma jadi supplier bahan mentah doang. Mau sustainable kek, mau fair trade kek, asal jangan cuma jadi embel-embel doang biar masuk pasar mereka.
Yang penting, kita tetap bisa ngejaga kedaulatan ekonomi, bukan sekadar numpang surplus sementara 💸
Let’s hope bukan cuma “deal yang keren di atas kertas”, tapi juga impact-nya kerasa sampe ke UMKM & nelayan lokal 🚀-
Nah itu dia, Bert. Kadang kita terlalu senang dengan headline “surplus”, tapi lupa tanya: surplusnya siapa, manfaatnya sampai ke mana? Kalau cuma berhenti di angka makro dan nggak nyentuh pelaku usaha kecil atau nelayan yang kamu sebut tadi, ya ujung-ujungnya cuma jadi angka buat bahan pidato.
Dan soal “deal keren di atas kertas”, bener banget jadi jangan sampai CEPA ini cuma jadi trophy diplomasi, tapi praktik di lapangan malah bikin kita makin bergantung sama standar mereka, tanpa daya tawar yang nyata. Apalagi kalau sektor strategis kita cuma jadi penyedia bahan mentah berlabel “berkelanjutan” tapi harganya ditekan terus.
Semoga kita bisa belajar dari FTA lain yang outcome-nya timpang. Karena dagang itu bukan soal “akses dibuka”, tapi siapa yang siap masuk dan punya posisi tawar kuat
-
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 LiaPoints: 373
- #2 Albert YosuaPoints: 235
- #3 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 185
- #4 Ida Bagus Darmawan SuardanaPoints: 54
- #5 Adhe RizkiyantoPoints: 52
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- 8 Kebiasaan Buruk yang Perlu Ditinggalkan24 July 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General