- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 1 week ago by
Edi Gunawan.
Kecewa bukan Realita, hanya sebuah Keputusan
April 4, 2025 at 10:07 am-
-
1 replies
Up::0Kecewa bukanlah sesuatu yang “datang” kepada kita, melainkan sesuatu yang kita ciptakan. Dalam perspektif Neuro-Linguistic Programming (NLP), kekecewaan adalah hasil dari pemberian makna subjektif terhadap suatu peristiwa. Artinya, ketika harapan tidak terpenuhi, otak kita—dengan cepat—memilih narasi yang melemahkan: “Ini buruk. Aku gagal. Dunia tak adil.” Padahal, menurut Richard Bandler, salah satu pendiri NLP, “Makna yang kita berikan menentukan emosi yang kita rasakan.” Jadi, kekecewaan sebenarnya adalah pilihan interpretasi, bukan kebenaran mutlak.
Neuroscience mengungkap bahwa otak manusia cenderung mengutamakan pengalaman negatif (disebut negativity bias), sebuah mekanisme pertahanan evolusioner. Namun, hal ini justru sering menjebak kita dalam loop kekecewaan. Setiap kali realitas tak sesuai harapan, maka yang datang (pusat emosi) aktif, memicu stres.
Tapi di sinilah letak kekuatan kita: neuroplastisitas—kemampuan otak untuk mengubah pola pikir. Artinya, kita bisa “memutuskan” untuk tidak terjebak dalam kekecewaan dengan melatih reframing (membingkai ulang) peristiwa secara lebih memberdayakan.
Psikologi kognitif menyebut kekecewaan sebagai hasil dari distorsi pemikiran, khususnya “should thinking” (terlalu kaku pada harapan “seharusnya”). Albert Ellis, pencetus Terapi Rasional Emotif, menegaskan bahwa penderitaan emosional sering muncul karena keyakinan irasional, seperti: “Dunia harus adil” atau “Aku harus selalu sukses.” Padahal, hidup tidak berhutang apa pun pada kita. Kekecewaan adalah pemberontakan terhadap realitas—dan itu melelahkan.
Ulama salaf seperti Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya tentang ujian hidup, beliau berkata: “Jika bukan karena musibah, kita akan sombong sampai ke langit.” Para salaf mengajarkan sabar bukan sebagai kepasrahan, melainkan kekuatan untuk tetap tegar dalam tindakan. Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Barangsiapa yang kecewa karena dunia, berarti dia belum paham bahwa dunia adalah tempat ujian.” Artinya, kekecewaan muncul ketika kita lupa bahwa hidup ini sementara dan semua yang terjadi adalah bagian dari takdir yang bijaksana.
Lalu, bagaimana jalan keluarnya? Pertama, sadari bahwa kekecewaan adalah keputusan mental. Seperti kata Tony Robbins (ahli NLP): “Anda tidak bisa mengendalikan dunia, tapi Anda bisa mengendalikan maknanya.” Kedua, praktikkan gratitude (syukur) ala neuroscience: fokus pada apa yang ada, bukan yang hilang. Ketiga, ambil hikmah seperti ajaran ulama salaf: Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Sesungguhnya Allah menguji hamba-Nya dengan kekecewaan agar dia kembali kepada-Nya.” Maka, jadikan kekecewaan sebagai pemicu untuk mendekat kepada Allah, bukan menjauh dari-Nya.
Kekecewaan bukanlah takdir—ia adalah respons yang bisa kita ubah. Mulai sekarang, tantang diri Anda: “Apa manfaat dari situasi ini? Pelajaran apa yang bisa kuambil?” Ibnul Qayyim mengatakan: “Hati yang terpaut pada selain Allah akan terus terluka.” Jika para salaf bisa tabah menghadapi pengkhianatan, fitnah, bahkan penyiksaan, maka kekecewaan kita hari ini terlalu kecil untuk dijadikan alasan menyerah.
Maka, anda boleh kecewa karena telah memilih untuk kecewa. Bangkitlah, belajarlah dari pengalaman. Pilihlah untuk belajar, bangkit, dan memberi makna yang lebih kuat. Karena hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mengutuk realitas. Seperti pedang yang ditempa dalam api, manusia terkuat justru lahir dari keputusan untuk tidak menyerah pada kekecewaan. Hasan Al-Bashri pernah mengingatkan: “Dunia ini tiga hari: Kemarin yang telah pergi, esok yang belum pasti, dan hari ini yang harus kau manfaatkan.”
Jadi, فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Maka, Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan? (QS Ar – Rahman)
-
Edi Gunawan
ParticipantPiooner
4 Requirements
- Log in to website 10 times
- Reply to a topic 3 times
- Create a new topic 1 time
- Watch any video 1 time (Optional)
1 replies
April 8, 2025 at 2:24 pm“Maka, anda boleh kecewa karena telah memilih untuk kecewa. Bangkitlah, belajarlah dari pengalaman. Pilihlah untuk belajar, bangkit, dan memberi makna yang lebih kuat.”
Bagus sekali ini,
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 Albert YosuaPoints: 202
- #2 LiaPoints: 86
- #3 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 65
- #4 Edi GunawanPoints: 62
- #5 Debbie Christie Ginting / Finance Team LeadPoints: 28
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- Mekari Community Recap 20239 January 2024 | Mekari Update
- Cerita Bagaimana Akhirnya Saya Memilih Jurnal.id31 July 2024 | Finance & Tax