Apakah anda mencari sesuatu?

Marketing Door to Door di Tengah Gejolak Sosial: Tantangan, & Strategi

September 1, 2025 at 9:43 am
image
    • Lia
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 8 replies
      View Icon 12  views
        Up
        0
        ::

        Dalam beberapa hari terakhir, situasi sosial di Indonesia diwarnai dengan aksi-aksi massa. Berbagai isu mulai dariΒ  kebijakan pemerintah atas tunjangan DPR yang tidak relevan di tengah kenaikan harga pangan dan kebutuhan pokok, kebijakan ini dianggap sangat tidak sensitif, mendorong masyarakat turun ke jalan menyuarakan aspirasi mereka. Bagi sebagian orang, aksi ini berarti kemacetan, jalanan ditutup, atau aktivitas harian yang terganggu. Namun bagi tenaga marketing door to door (Do-Do), kondisi ini menghadirkan tantangan unik sekaligus peluang yang patut dicermati.

         

        Door to door adalah salah satu metode pemasaran klasik yang masih bertahan hingga kini. Konsepnya sederhana: datang langsung ke rumah, bertemu calon pelanggan, menyapa dengan ramah, lalu menawarkan produk atau jasa. Nilai tambah utamanya adalah kedekatan personal, hal yang jarang bisa dicapai hanya lewat iklan digital. Tetapi, ketika situasi sosial lebih sering bergolak, dinamika lapangan pun ikut berubah.

         

        Tantangan yang Dihadapi

        Ada setidaknya tiga tantangan utama yang muncul. Pertama, soal mobilitas. Tenaga Do-Do sangat mengandalkan kemampuan bergerak cepat dari satu titik ke titik lain. Jalanan yang ditutup atau macet karena aksi massa tentu membuat rute pemasaran jadi tidak efektif. Kedua, faktor psikologis. Masyarakat yang sedang jenuh dengan suasana sosial yang riuh cenderung lebih sensitif dan berhati-hati menerima tamu asing di rumah. Ketiga, kondisi ekonomi. Ketika harga kebutuhan pokok naik, banyak keluarga menunda pembelian produk non-esensial, sehingga proses penawaran semakin berat.

         

        Nilai yang Masih Relevan

        Meski penuh tantangan, metode Do-Do tetap menyimpan keunggulan. Justru di tengah derasnya arus informasi digital, orang sering kali rindu interaksi nyata. Senyum, sapaan ramah, dan penjelasan langsung mampu menciptakan kepercayaan yang sulit ditandingi. Kuncinya ada pada pendekatan: bukan sekadar memaksa membeli, tapi hadir untuk memberi solusi. Seorang tenaga marketing yang bisa memahami kondisi pelanggan misalnya dengan menawarkan cara pembayaran ringan, produk hemat energi, atau paket sesuai kebutuhan akan lebih diterima.

         

        Strategi Baru untuk Era Gejolak

        Agar tetap efektif, Do-Do tidak bisa lagi mengandalkan cara lama. Ada beberapa strategi yang perlu dipertimbangkan:

         

        1. Segmentasi yang lebih tajam. Pilih area dan keluarga yang paling relevan dengan produk, bukan sekadar menyebar merata.

         

         

        2. Pendekatan persuasif, bukan agresif. Suasana sosial yang panas membuat masyarakat mudah menolak jika merasa ditekan.

         

         

        3. Kombinasi offline-online. Do-Do tetap dilakukan, tapi diperkuat dengan follow up via WhatsApp, grup RT, atau media sosial lokal.

         

         

        4. Bangun citra sebagai konsultan. Jadikan diri bukan hanya penjual, tapi teman diskusi yang menawarkan solusi nyata bagi masalah sehari-hari.

         

         

         

        Membaca Peluang di Tengah Gejolak

        Uniknya, situasi demo justru bisa menjadi cermin kebutuhan masyarakat. Ketika isu demo berkaitan dengan kenaikan biaya hidup, produk yang menawarkan efisiensi atau tabungan bisa lebih menarik. Jika demo menyinggung soal kebijakan transportasi, mungkin ada peluang untuk menawarkan produk yang mendukung mobilitas hemat. Dengan kata lain, tenaga Do-Do yang peka terhadap konteks sosial dapat menyesuaikan narasi penjualannya agar lebih relevan.

         

        Akhirnya, marketing door to door tetap punya tempat di tengah masyarakat yang dinamis, asalkan dijalankan dengan empati, adaptasi, dan kemampuan membaca situasi. Pertanyaannya, bagaimana menurut Anda, apakah metode klasik ini masih bisa bersaing dengan strategi digital yang serba instan, atau justru keduanya perlu berjalan beriringan?

         

      • Albert Yosua
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 8 replies
        View Icon 12  views

          Sebagai penutup, saya ingin melempar pertanyaan untuk rekan-rekan di forum: Di tengah tantangan sosial dan ekonomi seperti saat ini, apakah perusahaan Anda masih mengalokasikan anggaran untuk metode marketing door to door? Dan bagaimana pendekatan Anda dari sisi pelaporan pajak, terutama untuk penghasilan tenaga lapangan yang dibayar berbasis komisi atau target?

        • Albert Yosua
          Participant
          GamiPress Thumbnail
          Image 8 replies
          View Icon 12  views

            Namun demikian, saya melihat bahwa metode Do-Do tetap memiliki nilai strategis tertentu, terutama jika dikombinasikan dengan sistem digital yang kuat. Dalam hal ini, pengeluaran marketing Do-Do dapat dikategorikan sebagai biaya promosi atau penjualan yang sah, sepanjang didukung dokumentasi memadai dan dipisahkan dengan baik dari biaya-biaya personal tenaga lapangan. Dengan demikian, beban pajak perusahaan tetap bisa dikendalikan secara optimal.

          • Albert Yosua
            Participant
            GamiPress Thumbnail
            Image 8 replies
            View Icon 12  views

              Jika kita bicara dari sisi PPN, penjualan langsung oleh tenaga Do-Do juga menimbulkan tantangan administrasi. Apakah tenaga Do-Do membawa faktur pajak? Apakah mereka menjual barang kena pajak (BKP)? Bagaimana pencatatan omzet dan pelaporan PPN dilakukan? Dalam praktiknya, banyak perusahaan tidak memperhatikan detail ini, padahal pengawasan fiskus atas transaksi retail juga makin ketat, terutama bagi perusahaan dengan volume penjualan besar.

            • Albert Yosua
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 8 replies
              View Icon 12  views

                Di sisi lain, strategi Do-Do yang dijalankan di tengah kondisi ekonomi yang lesu juga perlu mempertimbangkan proyeksi cash flow perusahaan. Ketika daya beli masyarakat menurun, konversi dari aktivitas Do-Do menjadi penjualan riil kemungkinan akan lebih rendah. Maka dari itu, tim finance perlu melakukan analisis break-even untuk menentukan apakah metode ini masih layak secara finansial, atau justru menambah tekanan pada struktur biaya perusahaan.

              • Albert Yosua
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 8 replies
                View Icon 12  views

                  Selain itu, jika perusahaan memberikan uang transportasi, uang makan, atau reimburse biaya operasional kepada tenaga Do-Do, maka harus dipastikan perlakuannya sesuai dengan ketentuan perpajakan. Jika tidak ada bukti pendukung yang sah, maka pemberian tersebut bisa dikategorikan sebagai tambahan penghasilan dan dikenai pajak, yang akhirnya akan memperbesar beban pajak perusahaan.

                • Albert Yosua
                  Participant
                  GamiPress Thumbnail
                  Image 8 replies
                  View Icon 12  views

                    Dari sisi pajak penghasilan (PPh 21), pemberian insentif atau komisi kepada tenaga Do-Do harus dicatat dan dilaporkan dengan benar. Perusahaan wajib memotong PPh 21 atas penghasilan tersebut dan menerbitkan bukti potong sesuai ketentuan. Dalam situasi darurat atau sosial yang tidak stabil, terkadang pelaporan ini terabaikan, padahal ketidakpatuhan bisa berdampak pada pemeriksaan pajak di kemudian hari. Oleh karena itu, SOP pelaporan dan pemotongan pajak terhadap penghasilan tenaga kerja informal harus diperkuat.

                  • Albert Yosua
                    Participant
                    GamiPress Thumbnail
                    Image 8 replies
                    View Icon 12  views

                      Pertama-tama, metode Do-Do tentu memerlukan anggaran operasional yang lebih tinggi dibanding strategi digital. Biaya transportasi, insentif tenaga lapangan, bahkan potensi biaya keamanan di tengah gejolak sosial bisa menjadi variabel yang fluktuatif. Dalam kondisi jalanan yang tidak kondusif, keterlambatan atau perubahan rute mendadak bisa menyebabkan inefisiensi biaya logistik. Dari perspektif akuntansi manajerial, hal ini perlu dihitung secara cermat agar tidak terjadi pemborosan yang tidak berdampak langsung pada peningkatan revenue.

                    • Albert Yosua
                      Participant
                      GamiPress Thumbnail
                      Image 8 replies
                      View Icon 12  views

                        Dalam menyikapi strategi marketing door to door (Do-Do) di tengah gejolak sosial, penting bagi kita dari sisi keuangan dan pajak untuk melihat lebih dalam dampaknya tidak hanya pada efektivitas penjualan, tetapi juga pada efisiensi biaya, kepatuhan perpajakan, dan perencanaan anggaran perusahaan secara keseluruhan. Strategi pemasaran apapun pada dasarnya harus berbanding lurus dengan return on investment (ROI), serta mampu dikendalikan secara administratif maupun fiskal.

                    Viewing 8 reply threads
                    • You must be logged in to reply to this topic.
                    Image

                    Bergabung & berbagi bersama kami

                    Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!