Home / Topics / Human Resource / Membangun Sense of Belonging dalam Lingkungan Kerja
- This topic has 3 replies, 3 voices, and was last updated 2 weeks, 4 days ago by
Lia.
Membangun Sense of Belonging dalam Lingkungan Kerja
July 3, 2025 at 2:03 pm-
-
Up::1
Sense of belonging atau rasa memiliki terhadap tempat kerja menjadi fondasi penting dalam membangun tim yang solid, produktif, dan berdaya saing tinggi. Jurnal ini membahas bagaimana sense of belonging berpengaruh terhadap kinerja individu dan tim, faktor-faktor yang membentuknya, serta strategi yang dapat diterapkan oleh organisasi untuk memperkuat ikatan emosional karyawan terhadap tempat kerja. Dengan pendekatan yang menggabungkan teori psikologi organisasi dan studi kasus, tulisan ini bertujuan memberikan panduan praktis bagi manajemen dan pemimpin tim.
Dalam dunia kerja modern yang dinamis, performa karyawan tidak hanya dipengaruhi oleh keahlian teknis, tetapi juga oleh koneksi emosional mereka terhadap organisasi. Sense of belonging, atau rasa memiliki, adalah salah satu aspek emosional yang paling berpengaruh terhadap loyalitas, motivasi, dan keterlibatan kerja (employee engagement). Ketika karyawan merasa bahwa mereka dihargai, diterima, dan menjadi bagian penting dari tim, maka performa kerja meningkat secara signifikan.
1. Definisi dan Relevansi Sense of Belonging dalam Dunia Kerja
Sense of belonging mengacu pada perasaan diterima, dihargai, dan menjadi bagian dari komunitas atau lingkungan sosial. Dalam konteks kerja, hal ini berarti karyawan merasa diakui kontribusinya dan memiliki ruang untuk tumbuh. Rasa memiliki ini berkontribusi pada:– Komitmen terhadap target tim
– Inisiatif pribadi dalam menyelesaikan pekerjaan
– Loyalitas terhadap perusahaan
– Penurunan turnover karyawan2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sense of Belonging
Kepemimpinan Inklusif: Pemimpin yang terbuka, suportif, dan menghargai keberagaman.– Komunikasi Dua Arah: Adanya ruang untuk mendengar dan didengar.
– Keadilan dan Pengakuan: Karyawan merasa dihargai atas kontribusinya.
– Budaya Kerja yang Kolaboratif: Adanya semangat gotong royong dan keterlibatan antar tim.
– Kesempatan Bertumbuh: Akses pada pelatihan, promosi, dan pengembangan diri.Dampak Sense of Belonging terhadap Kinerja
– Produktivitas Meningkat: Rasa memiliki mendorong tanggung jawab dan ketekunan dalam menyelesaikan tugas.
– Inovasi dan Kreativitas: Karyawan lebih berani menyampaikan ide baru saat merasa aman secara psikologis.
– Kepuasan Kerja Tinggi: Lingkungan yang inklusif menurunkan tingkat stres dan meningkatkan kebahagiaan kerja.
– Kinerja Tim Lebih Solid: Kolaborasi dan saling percaya lebih mudah terbangun.Sense of belonging bukanlah bonus emosional semata, melainkan elemen strategis dalam manajemen kinerja. Organisasi yang serius membangun rasa memiliki akan menuai hasil dalam bentuk loyalitas, produktivitas, dan iklim kerja yang sehat. Pemimpin dan tim HR dituntut untuk menyadari pentingnya aspek ini dalam menyusun kebijakan dan pendekatan kerja ke depan.
-
Rasa belonging yang kuat memang bisa menjadi pendorong motivasi yang sangat besar, baik untuk individu maupun tim. Saya setuju bahwa pemimpin yang inklusif dan komunikasi dua arah memainkan peran penting dalam menciptakan rasa memiliki yang solid.
Ada beberapa poin yang ingin saya tanyakan lebih lanjut:
Balasan:
Menurut saya, pendekatan yang inklusif, di mana karyawan merasa dihargai dan diterima, sangat membantu meningkatkan sense of belonging. Namun, tantangan muncul ketika organisasi memiliki tim yang terdistribusi secara global atau bekerja dengan model kerja jarak jauh. Bagaimana kita bisa memastikan bahwa rasa belonging tetap terjaga ketika karyawan tidak bertatap muka langsung?
Pertanyaan:
Dalam konteks perusahaan yang memiliki tim remote atau hybrid, apakah ada strategi khusus yang dapat diterapkan untuk menjaga agar sense of belonging tetap kuat? Misalnya, bagaimana cara efektif untuk membangun hubungan interpersonal di antara tim yang tidak bertemu secara langsung? Apakah teknologi atau alat komunikasi tertentu bisa membantu dalam hal ini?
-
Terima kasih atas insight dan pertanyaannya, Albert 🙌
Memang benar, tantangan membangun sense of belonging makin besar dalam konteks kerja jarak jauh. Namun, justru karena tidak ada interaksi fisik sehari-hari, upaya membangun koneksi emosional harus lebih disengaja dan terstruktur. Beberapa strategi yang bisa diterapkan antara lain:
1. Ritual Tim yang Konsisten
Misalnya: virtual coffee break mingguan, sesi check-in 10 menit sebelum rapat, atau fun Friday session. Hal-hal kecil seperti ini menciptakan ritme sosial yang memicu koneksi antar anggota tim.2. Kepemimpinan yang Humanis
Pemimpin tim perlu aktif membangun relasi personal, bukan hanya membahas tugas. Hal sesederhana menanyakan kabar atau memberikan pengakuan personal bisa berdampak besar terhadap rasa dihargai.3. Platform Digital yang Mendukung Interaksi Non-Formal
Tools seperti Slack, MS Teams, atau Discord bisa dimanfaatkan bukan hanya untuk kerja, tapi juga ruang sosial virtual (misalnya channel khusus hobi, sharing buku/film, dll).4. Transparansi dan Keterlibatan dalam Keputusan
Sense of belonging tumbuh saat karyawan merasa punya suara. Melibatkan tim dalam diskusi strategis atau memberi ruang untuk feedback terbuka sangat penting—terutama di lingkungan virtual.5. Program Buddy atau Peer Support
Pasang satu karyawan dengan ‘teman’ dalam tim untuk berbagi kabar, tantangan kerja, atau sekadar ngobrol santai secara rutin.Jadi ya, teknologi memang sangat membantu, tapi bukan dari segi alatnya saja—melainkan bagaimana kita menggunakannya secara human-centered. Tujuannya tetap sama: menciptakan kehadiran emosional meskipun fisik berjauhan.
Menurutmu, apakah ada praktik serupa yang sudah berjalan baik di timmu saat ini, Albert?
-
-
Setuju banget dengan poin Albert. Tantangan sense of belonging di tim hybrid memang nyata, apalagi saat komunikasi hanya lewat teks atau Zoom. Kadang hal-hal kecil seperti tidak diajak meeting informal atau kehilangan momen ngobrol santai bisa bikin seseorang merasa “terputus”.
Menurutku, strategi seperti virtual check-in rutin, perayaan ulang tahun online, atau bahkan channel khusus obrolan santai, bisa bantu membangun kedekatan emosional yang sering hilang di kerja jarak jauh.
Tapi aku juga penasaran, apakah ada cara untuk mengukur “tingkat belonging” karyawan dalam tim hybrid? Mungkin lewat survei atau indikator tertentu?
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 LiaPoints: 373
- #2 Albert YosuaPoints: 253
- #3 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 195
- #4 Amilia Desi MarthasariPoints: 54
- #5 Ida Bagus Darmawan SuardanaPoints: 54
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- 8 Kebiasaan Buruk yang Perlu Ditinggalkan24 July 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General