Apakah anda mencari sesuatu?

Menutup November Dengan Syukur, Bukan Penyesalan

December 1, 2025 at 8:38 am
image
    • Amilia Desi Marthasari
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 12 replies
      View Icon 5  views
        Up
        1
        ::

        Akhir bulan selalu membawa perasaan yang aneh. Ada yang merasa lega karena satu bulan lagi berhasil dilewati. Ada yang merasa takut karena target tidak tercapai. Ada yang merasa waktu bergerak terlalu cepat, atau justru terlalu lambat. Tapi November selalu punya caranya sendiri untuk mengajarkan kita sesuatu—tentang perlahan, tentang proses, tentang menerima, dan tentang menutup lingkaran hidup dengan lebih tenang.

        Saat kalender mulai mendekati halaman terakhirnya, kita sering kali tanpa sadar membongkar ulang perjalanan satu tahun ini. Apa yang sudah kamu dapatkan? Apa yang gagal kamu wujudkan? Apa yang belum sempat kamu sentuh? Dan apa yang ternyata bisa kamu lakukan meski dulu kamu pikir tidak mungkin?

        Di titik inilah, kita sering jatuh pada penyesalan. Menyesal karena kurang maksimal. Menyesal karena salah mengambil keputusan. Menyesal karena tidak memulai lebih cepat. Penyesalan datang sebagai bayangan yang selalu tertinggal di belakang langkah kita. Pelan, tapi selalu ada.

        Namun bagaimana jika kali ini, saat November berakhir, kita memilih sesuatu yang berbeda? Menutupnya dengan syukur, bukan penyesalan.

        Karena syukur tidak pernah buta. Justru syukur membuka mata kita untuk melihat hal-hal yang sering kita lewatkan: kecil, sederhana, tapi menyelamatkan.

        Mari kita mulai.

        1. Menerima Bahwa Tidak Semua Hal Harus Selesai di November
        Kita diajarkan bahwa hidup itu sebuah lomba. Siapa yang paling cepat, dia menang. Siapa yang punya pencapaian paling banyak dalam waktu tertentu, dialah yang dianggap berhasil.

        Padahal hidup bukan sprint, melainkan marathon. Ada bulan-bulan yang produktif, ada bulan-bulan yang penuh jeda. Ada fase di mana kamu berlari, ada fase di mana kamu perlu berhenti sebentar untuk mengatur napas.

        Kalau ada target atau harapanmu yang belum tercapai di bulan ini, bukan berarti kamu gagal. Tidak semua hal harus selesai di November. Beberapa proses memang butuh waktu lebih panjang. Beberapa impian memang perlu kamu dekati secara bertahap. Beberapa perubahan memang harus kamu jalani pelan-pelan.

        Jadi, jangan menyesal hanya karena sesuatu belum terjadi sekarang. Percayalah, hidup sedang menyusun waktunya sendiri untukmu.

        2. Mengingat Hal-Hal Baik yang Sering Kita Lupakan
        Saat kita fokus pada kegagalan, perhatian kita biasanya terpaku pada “apa yang kurang”. Kita lupa bahwa selama 30 hari di bulan ini, ada juga hal-hal baik yang terjadi—meskipun terlihat kecil.

        Coba ingat kembali:

        Ada hari di mana kamu bangun lebih pagi dan merasa lebih segar.
        Ada percakapan ringan dengan teman atau rekan kerja yang membuatmu tersenyum.
        Ada pekerjaan yang berhasil kamu tuntaskan meski kamu awalnya terlalu lelah.
        Ada makanan enak yang kamu nikmati tanpa tergesa-gesa.
        Ada langkah-langkah kecil menuju perbaikan diri yang sebenarnya sudah kamu lakukan.
        Syukur tidak mengharuskan kita memiliki hal besar. Syukur justru mengajarkan kita melihat yang kecil sebagai hal yang berarti.

        Kalau kamu merasa November ini tidak terlalu baik, coba lihat lagi dari sudut pandang yang lebih lembut. Ada banyak hal yang tetap berjalan. Ada banyak hal yang tetap kamu selesaikan. Ada banyak hal yang tetap kamu pertahankan, meski kamu sedang tidak baik-baik saja.

        Dan itu pun sudah luar biasa.

        3. Menghargai Diri Sendiri yang Tetap Bertahan
        Bulan-bulan menjelang akhir tahun tidak selalu mudah. Banyak orang mulai merasa kelelahan secara emosional. Tubuh mulai capek, pikiran mulai jenuh, semangat mulai menurun. Apalagi jika rentetan bulan sebelumnya penuh tantangan.

        Jika kamu sampai ke penghujung November ini dengan kondisi apa pun—lelah, bahagia, netral, bingung—itu sudah cukup. Karena sampai di titik ini saja sudah membuktikan bahwa kamu tetap bertahan.

        Tidak semua pertarungan hidup terlihat. Tidak semua kekuatan kita terasa. Banyak orang berjalan sambil membawa beban yang tidak terlihat oleh siapa pun. Jika kamu masih mampu berdiri, tersenyum meski sedikit, bekerja meski pelan, bergerak meski ragu—itu adalah kekuatan.

        Jadi berhentilah menyalahkan diri sendiri. Kamu telah melakukan yang terbaik dengan apa yang kamu punya.

        4. Memaafkan November, Memaafkan Diri Sendiri
        Mungkin ada hal yang membuatmu kecewa bulan ini. Mungkin ada seseorang yang membuatmu terluka. Mungkin ada keputusan yang membuatmu menyesal. Mungkin ada momen yang membuatmu bertanya, “Seharusnya aku bisa lebih baik.”

        Tapi memaafkan bukan berarti membiarkan semuanya berlalu tanpa pelajaran. Memaafkan adalah memilih untuk tidak lagi menyalakan dirimu sendiri atas hal yang sudah terjadi.

        Biarkan November menjadi bulan yang kamu lepaskan dengan ringan.

        Maafkan waktumu yang terasa terbuang.
        Maafkan ekspektasi yang tidak sesuai realita.
        Maafkan versi dirimu yang belum mampu.
        Maafkan situasi yang berada di luar kendalimu.
        Maafkan ketidaksempurnaanmu sebagai manusia.
        Memaafkan bukan kelemahan. Memaafkan adalah cara untuk berdamai dengan perjalananmu sendiri.

        5. Mengambil Hikmah dari Setiap Peristiwa
        Tidak ada bulan yang datang tanpa pelajaran. Bahkan bulan yang paling berat sekalipun pasti membawa sesuatu—entah sebuah pemahaman baru, kesadaran baru, atau bahkan kekuatan baru.

        Coba tanya diri sendiri:
        Apa yang November ajarkan padaku?

        Jawabannya bisa bermacam-macam:

        “Aku belajar bahwa aku perlu menjaga batas.”
        “Aku belajar bahwa aku tidak bisa melakukan semuanya sendirian.”
        “Aku belajar bahwa istirahat pun adalah produktivitas.”
        “Aku belajar bahwa aku perlu memilih prioritas dengan lebih bijak.”
        “Aku belajar bahwa tidak semua orang bisa bertahan di hidupku, dan itu tidak apa-apa.”
        Hikmah tidak selalu terasa manis. Kadang pahit. Kadang membuat kita menangis. Tapi hikmah adalah tanda bahwa kita sedang tumbuh.

        6. Merayakan Kemajuan Kecil yang Sering Kita Abaikan
        Banyak dari kita fokus pada pencapaian besar. Target angka. Prestasi yang terlihat. Perubahan yang signifikan.

        Padahal kemajuan kecil justru adalah pondasi bagi segala pencapaian besar. Dan bulan ini, kamu pasti sudah membuat langkah-langkah kecil itu—even if you didn’t realize it.

        Mungkin kamu:

        belajar menahan diri sebelum membalas pesan dengan emosi,
        mulai lebih peduli kesehatan mental,
        lebih rajin minum air putih,
        berhasil bangun sedikit lebih pagi,
        mengurangi satu kebiasaan buruk,
        lebih berani berkata “tidak”,
        mencoba hal baru meski takut.
        Sekecil apa pun itu, itu tetap berarti. Kamu tidak perlu menunggu tahun baru untuk merasa bangga. Cukup lihat dirimu hari ini, dan syukuri bahwa kamu tidak lagi berada di tempat yang sama seperti sebelumnya.

        7. Memilih Fokus Baru: Bukan Apa yang Hilang, Tapi Apa yang Masih Ada
        Saat kita fokus pada hal yang hilang, kita mudah putus asa.
        Saat kita fokus pada hal yang masih ada, kita bisa bangkit.

        November mungkin mengambil sesuatu darimu: kesempatan, hubungan, harapan, atau perasaan. Tapi selalu ada hal yang tetap tinggal.

        Kamu masih punya waktu.
        Kamu masih punya kesehatan—meski tidak sempurna.
        Kamu masih punya orang-orang baik di sekitarmu.
        Kamu masih punya kemampuan untuk memperbaiki hidupmu.
        Kamu masih punya keberanian untuk memulai lagi.
        Dan selama kamu masih punya dirimu sendiri, kamu masih punya peluang untuk mengubah banyak hal.

        8. Menyiapkan Hati Untuk Menyambut Desember Dengan Lebih Tenang
        Desember sering dianggap sebagai bulan penutup, bulan evaluasi, bulan penuh campuran antara harapan dan kecemasan. Tapi Desember juga bisa menjadi bulan yang lembut, jika kita memulai dengan cara yang tepat: dengan hati yang lapang.

        Menutup November dengan syukur adalah cara terbaik untuk membuka Desember dengan harapan. Syukur mengajarkan kita melihat masa lalu tanpa beban, melihat masa kini dengan penerimaan, dan melihat masa depan dengan keyakinan.

        Tidak harus sempurna. Tidak harus spektakuler. Tidak harus dramatis. Cukup pelan-pelan.

        Sambut Desember seperti menyambut sahabat lama: dengan senyum kecil dan hati yang siap untuk dibimbing.

        Penutup: Bulan Boleh Berakhir, Tapi Kamu Tidak
        November boleh selesai. Waktu boleh bergerak maju. Tapi kamu masih di sini—masih bisa memilih, masih bisa belajar, masih bisa berubah, masih bisa memperbaiki, masih bisa memulai ulang.

        Dan itu adalah alasan terbesar untuk bersyukur.

        Tutup November dengan lembut.
        Dengan lapang.
        Dengan melepaskan.
        Dengan memaafkan.
        Dengan menerima.
        Dan yang paling penting, dengan menyadari bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik sejauh ini.

        Tidak perlu penyesalan.
        Cukup syukur—karena kamu masih diberi kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.

        Akhir November bukan akhir cerita.
        Ini hanya jeda.
        Dan jeda itu penting, agar kita bisa melanjutkan hidup dengan langkah yang lebih pasti.

        Selamat menutup November.
        Semoga Desember menyambutmu dengan kebaikan yang lebih hangat.

      • Albert Yosua
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 12 replies
        View Icon 5  views

          Terakhir, aku sangat suka penutup Kakak: bahwa akhir November bukan akhir cerita, melainkan jeda. Jeda yang memberi ruang untuk bernapas, melihat ulang arah, dan memulai lagi dengan langkah yang lebih tenang. Dan mungkin, itulah esensi yang sering kita lewatkan—bahwa berjalan pelan pun tetap termasuk bergerak maju.

        • Albert Yosua
          Participant
          GamiPress Thumbnail
          Image 12 replies
          View Icon 5  views

            Dan selagi membaca bagian tentang mempersiapkan hati menyambut Desember, ada rasa damai yang pelan-pelan muncul. Rasanya seperti diberi izin untuk tidak harus selalu kuat atau sempurna. Cukup hadir, cukup mencoba, dan cukup bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

          • Albert Yosua
            Participant
            GamiPress Thumbnail
            Image 12 replies
            View Icon 5  views

              Perenungan Kakak tentang merayakan kemajuan kecil juga membuatku tersenyum sendiri. Benar sekali bahwa tidak semua pencapaian harus besar agar layak dirayakan. Terkadang keberhasilan terkecil—seperti berani berkata “tidak”, atau sekadar bangun lebih pagi—justru adalah bukti kita sedang bertumbuh.

            • Albert Yosua
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 12 replies
              View Icon 5  views

                Aku juga setuju bahwa setiap bulan selalu membawa hikmahnya masing-masing. Bahkan saat kita merasa tidak ada perkembangan apa-apa, sebenarnya banyak hal yang sedang berubah dalam diri, walau perlahan. Tulisan Kakak membuatku ingin menengok kembali November dengan perspektif yang lebih jujur namun penuh penerimaan—apa pun bentuk pelajarannya.

              • Albert Yosua
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 12 replies
                View Icon 5  views

                  Bagian yang paling mengena bagiku adalah tentang memaafkan—baik memaafkan November maupun memaafkan diri sendiri. Kadang kita memang terlalu keras pada diri kita, seakan-akan setiap kesalahan harus ditebus dengan rasa bersalah berkepanjangan. Padahal seperti kata Kakak, memaafkan adalah cara paling manusiawi untuk berdamai dan melangkah lagi.

                • Albert Yosua
                  Participant
                  GamiPress Thumbnail
                  Image 12 replies
                  View Icon 5  views

                    Aku juga tersentuh ketika Kakak mengajak untuk melihat hal-hal kecil yang sering kita abaikan. Betapa seringnya kita memandang diri sendiri dengan kacamata kekurangan, sampai lupa merayakan langkah-langkah kecil yang sebenarnya sudah kita ambil setiap hari. Membaca bagian itu seperti diajak tersenyum dan berkata, “Wah, ternyata aku tidak seburuk itu, ya.”

                  • Albert Yosua
                    Participant
                    GamiPress Thumbnail
                    Image 12 replies
                    View Icon 5  views

                      Tulisan Kakak membuatku kembali menyadari bahwa akhir bulan bukan hanya tentang evaluasi angka atau pencapaian, tapi juga tentang menghargai proses. Ada rasa lega ketika Kakak menuliskan bahwa hidup bukan sprint, melainkan marathon. Kadang kita lupa bahwa jeda pun adalah bagian dari perjalanan, dan tidak selalu berarti kemunduran.

                    • Albert Yosua
                      Participant
                      GamiPress Thumbnail
                      Image 12 replies
                      View Icon 5  views

                        Kak Amilia, terima kasih untuk tulisan yang begitu hangat dan menenangkan ini. Saat membacanya, rasanya seperti diajak duduk sejenak, menarik napas, lalu melihat perjalanan November dengan cara yang lebih lembut. Ada banyak bagian yang terasa “menghampiri” tepat di momen yang dibutuhkan—seolah-olah memang ditulis untuk mengingatkan kita bahwa tidak semua hal harus dikejar dengan tergesa.

                      • Lia
                        Participant
                        GamiPress Thumbnail
                        Image 12 replies
                        View Icon 5  views

                          Tulisan ini bikin banyak orang merasa “oh, ternyata bukan cuma aku yang merasa begitu”. Menutup bulan dengan syukur memang bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil. Penasaran — kalau kamu boleh memilih satu hal kecil yang ingin kamu lanjutkan di Desember, apa yang akan kamu bawa dari November ini?

                        • Lia
                          Participant
                          GamiPress Thumbnail
                          Image 12 replies
                          View Icon 5  views

                            Bagian yang paling kena buat saya adalah tentang memaafkan. Kadang kita begitu keras pada diri sendiri sampai lupa bahwa kita juga manusia yang sedang belajar. Membaca ini rasanya seperti diajak pelan-pelan menurunkan standar yang terlalu kaku dan menggantinya dengan penerimaan. Terima kasih sudah menuliskannya dengan sangat lembut.

                          • Lia
                            Participant
                            GamiPress Thumbnail
                            Image 12 replies
                            View Icon 5  views

                              Menarik sekali bagaimana kita sebagai manusia sering menilai perjalanan berdasarkan target, bukan pengalaman. Padahal seperti yang kamu tulis, ada banyak hal kecil yang justru diam-diam membentuk kita. Kalau setiap bulan bisa kita tutup dengan kesadaran seperti ini, mungkin kita akan hidup dengan jauh lebih tenang dan jauh lebih hadir.

                            • Lia
                              Participant
                              GamiPress Thumbnail
                              Image 12 replies
                              View Icon 5  views

                                Tulisan ini terasa seperti jeda yang kita butuhkan di tengah hidup yang kadang terlalu tergesa. Terima kasih sudah mengingatkan bahwa tidak semua hal harus selesai di bulan ini — dan bahwa ada nilai pada proses, bukan hanya hasil. Kadang kita lupa bahwa bertahan pun adalah bentuk pencapaian.

                            Viewing 12 reply threads
                            • You must be logged in to reply to this topic.

                            Peringkat Top Contributor

                            1. #1
                              Edi Gunawan
                              Points: 67
                            2. #2
                              Agus Djulijanto
                              Points: 62
                            3. #3
                              Amilia Desi Marthasari
                              Points: 40
                            4. #4
                              Debbie Christie Ginting / Finance Team Lead
                              Points: 39
                            5. #5
                              Deni Dermawan
                              Points: 30
                            Image

                            Bergabung & berbagi bersama kami

                            Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!