- This topic has 3 replies, 2 voices, and was last updated 1 month ago by
Albert Yosua.
“Nggak Enakan Izin? Yuk, Obrolin Budaya Kerja yang Sehat”
June 6, 2025 at 4:49 pm-
-
Up::0
Dalam dunia kerja, loyalitas dan tanggung jawab adalah dua nilai yang sangat dijunjung tinggi. Namun, di balik nilai-nilai itu, ada satu kebiasaan yang sering kali merugikan banyak karyawan—terutama di Indonesia—yaitu rasa “nggak enakan” saat ingin izin tidak masuk kerja.
Bayangkan ini: seorang karyawan merasa tidak enak badan, mungkin demam atau pusing hebat. Tapi alih-alih beristirahat dan memulihkan diri, ia tetap memaksakan diri untuk datang ke kantor. Alasannya? Takut dikira malas, takut dianggap tidak profesional, atau lebih parah lagi, takut membuat beban kerja rekan-rekannya bertambah. Akarnya? Rasa “nggak enakan”.
Apa Itu Budaya “Nggak Enakan”?
“Nggak enakan” adalah bentuk rasa tidak nyaman karena takut menyusahkan atau mengecewakan orang lain. Dalam konteks kerja, ini muncul saat karyawan merasa bersalah untuk mengambil haknya—seperti hak untuk sakit, cuti, atau bahkan sekadar istirahat.
Budaya ini bisa berakar dari:
Pola komunikasi atasan-bawahan yang kaku.
Budaya kerja yang menilai kehadiran fisik lebih tinggi dari produktivitas.
Lingkungan kerja yang tidak mendukung keseimbangan kerja dan hidup.
Dampak Buruk Rasa “Nggak Enakan”
Rasa “nggak enakan” yang terus dibiarkan akan menimbulkan banyak kerugian, baik untuk karyawan maupun perusahaan:
1. Kesehatan Menurun: Tubuh yang dipaksakan bekerja saat sakit bisa memicu kondisi lebih parah, bahkan menular ke rekan kerja lain.
2. Produktivitas Menurun: Orang yang bekerja dalam kondisi tidak prima biasanya tidak bisa memberikan performa maksimal.
3. Burnout: Menumpuknya tekanan batin karena merasa tidak bisa jujur pada diri sendiri dan kebutuhan pribadi bisa berujung pada kelelahan mental yang serius.
Mengambil Hak Izin Adalah Hal yang Normal
Setiap karyawan memiliki hak untuk beristirahat ketika memang diperlukan. Izin tidak masuk karena sakit, urusan keluarga, atau kondisi darurat bukanlah bentuk kemalasan—melainkan bagian dari manajemen diri yang sehat. Karyawan bukan robot. Mereka manusia yang butuh waktu untuk pulih, berpikir jernih, dan menjaga kesehatan fisik serta mentalnya.
Peran Perusahaan dan Atasan
Untuk memutus budaya “nggak enakan”, perusahaan perlu:
Membangun komunikasi yang terbuka dan suportif: Karyawan harus merasa aman untuk bicara soal kondisi mereka tanpa takut dihakimi.
Memberi contoh dari atas: Jika atasan bisa izin dengan sehat dan jelas, bawahan akan merasa lebih nyaman untuk melakukan hal yang sama.
Menyusun sistem kerja yang fleksibel dan empatik: Memberi ruang untuk work from home saat dibutuhkan, atau rotasi kerja saat ada karyawan yang izin.
Penutup
Bekerja dengan komitmen tinggi adalah hal yang baik. Tapi mengorbankan diri sendiri demi menjaga citra atau menghindari rasa bersalah bukanlah solusi jangka panjang. Kesehatan—baik fisik maupun mental—adalah aset utama bagi karyawan. Dan mengambil waktu untuk istirahat saat dibutuhkan adalah bentuk tanggung jawab, bukan penghindaran.
Sudah saatnya kita meninggalkan budaya “nggak enakan” dan menggantinya dengan budaya kerja yang lebih sehat, jujur, dan saling percaya.
🗣️ Yuk ngobrol! Kamu sendiri tipe yang gampang izin atau suka mikir berkali-kali?
Pernah ada pengalaman nggak enak soal izin di kerjaan? Cerita dong di kolom komentar! 👇 -
Aku pribadi termasuk yang dulu sering banget mikir berkali-kali sebelum izin, bahkan waktu lagi benar-benar nggak enak badan. Rasanya campur aduk—antara takut ngecewain tim, khawatir dianggap nggak profesional, sampai merasa bersalah karena kerjaan jadi numpuk ke orang lain.
Tapi setelah ngalamin burnout di pekerjaan sebelumnya, aku jadi sadar: izin itu bukan egois, tapi perlu. Justru dengan istirahat, aku bisa balik kerja dengan kondisi lebih baik dan hasil kerja yang lebih maksimal.
-
Wah, relate banget Albert. Aku juga dulu termasuk yang suka nahan-nahan buat izin, apalagi kalau deadline lagi mepet. Tapi bener juga sih kadang kita baru sadar pentingnya istirahat justru setelah ngerasain burnout 😓
Dan yang kamu bilang itu ngena banget: izin itu bukan berarti lepas tanggung jawab, tapi justru bagian dari bentuk tanggung jawab ke diri sendiri dan tim. Karena kalau kita jatuh sakit parah, yang rugi bukan cuma kita, tapi juga pekerjaan yang akhirnya harus ditinggal lebih lama.
Makin ke sini aku belajar, minta waktu istirahat bukan bentuk kelemahan kita tapi sinyal bahwa kita cukup sadar buat menjaga kapasitas kerja jangka panjang.
Btw, ada gak tips versi kamu biar rasa bersalah saat izin itu bisa lebih terkendali? Kadang walau udah izin pun, pikiran masih kebawa kerja terus 😅
-
-
Salah satu cara yang cukup bantu aku adalah dengan membuat transisi yang rapi sebelum izin—kayak kasih info progress terakhir ke tim, tinggalin catatan kerjaan, atau koordinasi ringan siapa yang bisa backup kalau memang urgent. Itu bikin hati lebih tenang dan tim juga nggak kaget. Jadi walau lagi rehat, aku tahu semua tetap bisa jalan.
Tapi yang nggak kalah penting menurutku adalah lingkungan yang suportif. Kalau tim dan atasan bisa kasih ruang tanpa judgment, kita juga jadi lebih “berani” buat jujur soal kondisi. Budaya ini nggak bisa dibangun sendiri, tapi perlu dibiasakan bareng-bareng.
🎯 Pertanyaan balik buat teman-teman:
Kalau kamu jadi atasan atau senior di tim, langkah apa yang bisa kamu lakukan supaya orang di tim nggak takut atau sungkan buat izin saat butuh?Menurutku, perubahan budaya kerja itu bisa mulai dari atas, tapi juga perlu ditopang dari bawah. Jadi semua bisa sama-sama jaga kesehatan—fisik maupun mental.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 Albert YosuaPoints: 352
- #2 LiaPoints: 168
- #3 Ida Bagus Darmawan SuardanaPoints: 54
- #4 Adhe RizkiyantoPoints: 52
- #5 AjisokoPoints: 52
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General
- Mekari Community Recap 20239 January 2024 | Mekari Update