::
(Jakarta) Pemerintah merencanakan Tim Delegasi Indonesia akan terbang ke Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, untuk melakukan negosiasi terkait kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Delegasi ini akan dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Luar Negeri Sugiono. Dikutip dari Bisnis.com, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menyatakan bahwa kunjungan ini membawa sejumlah misi penting guna memperjelas cakupan kebijakan tarif serta mendorong perlakuan yang adil bagi pelaku ekspor Indonesia.
Dyah Roro menegaskan bahwa Tim Delegasi Indonesia akan mengadakan pertemuan diplomatik baik di tingkat federal maupun negara bagian, serta menjalin komunikasi langsung dengan para pelaku bisnis Amerika. “Tujuan kami untuk memperjelas cakupan kebijakan tarif resiprokal, mendorong perlakuan yang adil, dan soroti kerugian dari penerapan tarif tersebut. Tidak hanya bagi eksportir Indonesia tetapi juga bagi importir dan konsumen AS,” ungkap Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti yang dikutip pada Minggu (13/04).
Roro menyampaikan bahwa akan ada diskusi sektoral khusus untuk membahas barang-barang prioritas. Pemerintah Indonesia, lanjutnya, juga berencana meningkatkan impor sejumlah produk AS seperti kedelai dan gandum guna menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. Hal ini merupakan bagian dari instruksi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat hubungan ekonomi bilateral.
Negosiasi ini dinilai sangat strategis, terutama mengingat Indonesia saat ini dikenai tarif bea masuk sebesar 32% oleh AS. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan surplus perdagangan ke-15 terbesar terhadap AS. Tarif yang tinggi ini disebut berpotensi menekan sektor-sektor ekspor unggulan Indonesia seperti tekstil, alas kaki, CPO, komponen elektronik, dan otomotif, yang semuanya memainkan peran penting dalam penyerapan tenaga kerja dan pembangunan daerah.
Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan AS dan menghindari eskalasi perang dagang. Keputusan Trump untuk menunda penerapan tarif selama 90 hari dianggap sebagai peluang emas untuk memperkuat dialog. Lebih jauh pemerintah akan terus memantau perkembangan kebijakan AS kedepannya. (Rp)