- This topic has 12 replies, 3 voices, and was last updated 4 days, 6 hours ago by
Lia.
Seberapa Pengaruhnya Orang Toxic di Dalam Hidupmu?
October 9, 2025 at 11:25 pm-
-
Up::0
Pernah nggak sih kamu ngerasa capek bukan karena kerjaan, tapi karena orangnya?
Bukan karena kamu nggak kuat menghadapi dunia, tapi karena ada seseorang….entah teman, pasangan, rekan kerja, atau bahkan keluarga..yang setiap kali berinteraksi, rasanya seperti disedot energinya.
Ya, mereka itulah yang sering disebut “orang toxic”.
Tapi sebenarnya… seberapa besar sih pengaruh mereka dalam hidup kita?
Dan yang lebih penting: apa yang bisa kita lakukan?Kadang mereka nggak berteriak atau menghina secara langsung.
Justru lewat sindiran halus, manipulasi emosional, atau komentar yang bikin kamu ragu sama diri sendiri.Mereka bisa membuatmu mempertanyakan nilai dirimu.
Mereka membuat hal yang tadinya kamu banggakan terasa kecil, remeh, bahkan salah.Kamu jadi overthinking, takut mengambil keputusan, selalu butuh validasi, dan kehilangan suara batinmu sendiri.
Toxic people seringkali punya satu kekuatan besar:
mereka bisa mengubah persepsi dirimu tentang dirimu sendiri.Dan itu yang paling berbahaya.
Karena begitu kamu kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, kamu akan mudah dikendalikan oleh opini, emosi, dan keinginan mereka.
Tapi tunggu. Bukan berarti setiap orang yang bikin kita nggak nyaman itu toxic.
Ada perbedaan antara orang yang sedang terluka dan orang yang menularkan luka.
– Orang yang terluka masih mau memperbaiki diri.
– Orang yang toxic sering menolak tanggung jawab dan menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri.Jadi, sebelum menilai seseorang toxic, penting juga untuk refleksi:
“Apakah dia sedang kesulitan, atau memang menjadikan kesulitan itu alasan untuk melukai orang lain?”
Empati itu penting, tapi batas diri juga harus ada.Kamu tahu dia sering bikin kamu sedih, tapi kamu juga ingat momen dia pernah baik.
Kamu tahu kata-katanya sering menyakitkan, tapi kamu juga masih berharap dia berubah.Dan di situ letak jebakannya.
Toxic people sering pandai menciptakan “lingkaran manipulatif”:Setelah menyakiti, mereka minta maaf dengan manis.
Setelah bikin kecewa, mereka kasih harapan baru.
Setelah kamu mulai menjauh, mereka datang lagi seolah berubah.
Padahal yang berubah cuma caranya menahanmu tetap di situ.Orang toxic bisa mempengaruhi banyak aspek hidupmu — lebih dari yang kamu kira.
– Kesehatan mental: kamu mudah cemas, susah tidur, atau merasa “tidak cukup baik”.
– Produktivitas: kamu sulit fokus, karena pikirannya dipenuhi konflik atau rasa bersalah.
– Hubungan sosial: kamu jadi tertutup, takut terbuka ke orang lain karena trauma sebelumnya.
– Citra diri: kamu kehilangan kepercayaan diri, merasa kecil, bahkan merasa nggak layak bahagia.Pelan-pelan, hidupmu seperti disetir oleh energi negatif orang lain.
Dan tanpa sadar, kamu mulai kehilangan arah yang dulu kamu punya.Kamu nggak harus terus sabar dengan orang yang berulang kali menyakitimu.
Kamu nggak egois kalau memilih tenang daripada terus bertahan demi menjaga hubungan yang merusak.
Dan kamu nggak jahat kalau memilih menjauh dari orang yang membuatmu kehilangan versi terbaik dirimu.Menjaga jarak bukan berarti membenci.
Kadang itu satu-satunya cara untuk tetap waras.“Tapi gimana kalau orang toxic-nya keluarga atau rekan kerja yang nggak bisa dihindari?”
Pertanyaan bagus.
Nggak semua orang bisa kita hapus dari hidup kita, tapi kita bisa mengubah cara kita merespons mereka.Beberapa strategi yang bisa kamu coba:
Batasi akses emosional.
Kamu bisa tetap sopan, tapi jangan biarkan kata-kata mereka masuk ke ruang batinmu.Gunakan batas yang tegas.
Misal: “Aku nggak mau bahas hal ini kalau ujungnya selalu menyalahkan.”
Kamu berhak menentukan topik atau cara komunikasi yang sehat.Fokus pada reaksi, bukan perilaku mereka.
Kamu nggak bisa kontrol orang lain, tapi kamu bisa kontrol bagaimana kamu bereaksi.Bangun sistem pendukung.
Punya teman, mentor, atau komunitas positif itu penting. Mereka jadi jangkar yang menjaga kamu tetap kuat.Kadang orang toxic nggak sadar mereka toxic, dan itu justru bikin kita harus lebih sadar diri.
Jangan sampai kita sibuk menunjuk “si toxic” tapi lupa memperbaiki pola kita sendiri.
Karena bisa jadi, tanpa sadar:Kita juga suka menyalahkan orang lain.
Kita juga sering melempar komentar yang menjatuhkan.
Kita juga jadi sumber energi negatif buat orang lain.
Jadi sebelum mengeluh soal orang toxic di hidupmu, tanyakan dulu:“Apakah aku sudah berusaha untuk tidak menjadi versi toxic dari diriku sendiri?”
Refleksi seperti ini bisa menenangkan. Karena pada akhirnya, perubahan terbesar selalu dimulai dari diri sendiri.Menghapus orang toxic bukan tentang dendam, tapi tentang penyembuhan.
Banyak orang salah paham. Mereka pikir “healing” itu harus memaafkan dengan cepat dan tetap baik-baik saja. Padahal nggak selalu.Kadang healing artinya berani mengambil jarak.
Kadang healing artinya berhenti berharap mereka berubah.
Dan kadang healing artinya mengakui bahwa kamu pantas untuk dikelilingi energi yang baik.Jangan merasa bersalah untuk memilih damai.
Karena damai bukan hadiah dari orang lain, tapi keputusan dari dalam diri.Dan yang terakhir ingat ini:
Orang toxic mungkin memengaruhi hidupmu,
tapi mereka nggak menentukan siapa kamu.Kamu bisa tumbuh di atas luka.
Kamu bisa belajar dari rasa sakit tanpa mengulangnya ke orang lain.
Kamu bisa tetap lembut tanpa jadi lemah.
Dan kamu bisa tetap baik tanpa harus terus disakiti.Toxic people mungkin meninggalkan bekas, tapi mereka juga mengajarkan sesuatu:
bahwa kamu lebih kuat daripada yang kamu kira,
dan kamu berhak memilih siapa yang boleh tetap tinggal di hidupmu.Hidup terlalu singkat untuk terus mengulang drama yang sama.
Kalau seseorang selalu membuatmu merasa buruk tentang dirimu, mungkin sudah waktunya berhenti menunggu mereka berubah, dan mulai berubah demi dirimu sendiri.Karena pada akhirnya, kedamaian bukan soal punya hidup tanpa masalah,
tapi tentang punya keberanian untuk menjaga jarak dari sumber luka yang berulang.Jadi, coba pikirkan:
Siapa di hidupmu yang selama ini lebih sering menguras daripada menguatkan?
Dan langkah kecil apa yang bisa kamu ambil hari ini untuk melindungi energi dan kedamaianmu sendiri?Karena kamu berhak untuk tenang!!!!!!
-
Sekali lagi, terima kasih sudah membagikan tulisan ini. Aku merasa banyak mendapat pencerahan dan semoga diskusi ini bisa membantu teman-teman lain juga yang mungkin sedang berjuang menghadapi situasi serupa.
-
Satu hal yang aku ingin tambahkan adalah soal kesadaran diri yang kamu sebutkan di akhir tulisan. Kadang tanpa sadar kita juga bisa jadi toxic bagi orang lain, dan itu refleksi yang penting. Bagaimana menurutmu cara terbaik untuk mengidentifikasi dan memperbaiki pola-pola toxic yang mungkin kita miliki sendiri?
-
Selain itu, aku penasaran tentang bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak atau generasi muda agar mereka bisa mengenali dan melindungi diri dari toxic people sejak dini. Apakah ada metode atau pendekatan tertentu yang kamu rasa efektif untuk edukasi emosional sejak kecil?
-
Terakhir, aku ingin bertanya: Menurutmu, apa langkah pertama yang paling penting dilakukan seseorang yang baru sadar bahwa ada orang toxic dalam hidupnya? Bagaimana cara menjaga motivasi agar terus kuat dalam proses healing dan pembatasan diri itu?
-
Kamu juga menyinggung soal sistem pendukung yang penting untuk menjaga kesehatan mental kita. Aku setuju sekali bahwa punya komunitas positif bisa jadi jangkar yang sangat kuat. Dalam pengalamanmu, strategi apa yang paling efektif untuk membangun dan memelihara komunitas seperti itu, terutama bagi orang yang baru mulai sadar akan toxic relationship?
-
Yang aku pikirkan juga adalah soal healing yang kamu jelaskan. Sering kali aku merasa bersalah ketika memutuskan untuk menjaga jarak dari seseorang yang toxic, apalagi jika itu keluarga. Tapi membaca ini membuatku sadar bahwa menjaga jarak bukan berarti membenci, melainkan bentuk cinta pada diri sendiri. Apa kamu punya saran khusus untuk yang menghadapi toxic family members yang tidak bisa dihindari?
-
Aku juga merasa bahwa toxic people tidak hanya hadir secara langsung, tapi bisa juga melalui interaksi digital, seperti media sosial atau pesan singkat. Sindiran halus atau komentar negatif yang terus menerus bisa membuat seseorang overthinking bahkan tanpa bertemu langsung. Bagaimana menurutmu, apakah kita perlu pendekatan berbeda untuk menghadapi toxic people di dunia nyata dan dunia maya?
-
Menurutku, yang paling menarik adalah bagaimana kamu menekankan pentingnya membedakan antara orang yang sedang terluka dan orang yang benar-benar toxic. Ini seringkali sulit dilakukan karena kadang orang yang kita sayang memang sedang menghadapi masalah besar, tapi dampaknya pada kita bisa jadi sangat merugikan. Bagiku, batasan antara empati dan menjaga diri sangat tipis dan harus terus dipelajari.
-
Terima kasih banyak, Amilia, atas tulisan yang sangat menyentuh dan penuh wawasan ini. Aku sangat setuju bahwa orang toxic memang bisa sangat memengaruhi kehidupan kita, bukan hanya secara emosional, tapi juga mental dan fisik. Aku sendiri pernah mengalami hubungan dengan seseorang yang sering membuatku merasa kecil dan meragukan kemampuan diri, dan efeknya benar-benar berat sampai aku merasa kehilangan arah.
-
Kadang capek itu bukan karena kerjaan, tapi karena energi yang tersedot pelan-pelan dari orang yang salah. Bukan salah kita merasa lelah… memang ada orang yang hadir bukan untuk menguatkan, tapi justru menguras. Dan seringnya… kita sadar tapi pura-pura nggak apa-apa.
-
Yang bikin berbahaya, orang toxic sering menyerang dari dalam — lewat kata-kata halus yang bikin kita ragu sama diri sendiri. Pelan tapi pasti, kepercayaan diri terkikis, dan kita mulai kehilangan arah. Kadang bukan karena kita lemah, tapi karena kita terlalu lama bertahan.
-
Menjaga jarak bukan berarti membenci. Kadang itu cara paling sehat untuk bertahan dan menyelamatkan diri sendiri. Batas bukan dinding, tapi pelindung. Kamu nggak jahat karena memilih damai daripada terus tenggelam dalam hubungan yang melukai.
-
Orang toxic bisa meninggalkan luka, tapi bukan mereka yang menentukan siapa kita. Kita tetap bisa tumbuh, belajar, dan jadi versi terbaik dari diri sendiri. Jangan takut melangkah. Hidup terlalu singkat untuk terus berada di lingkaran yang melelahkan. Kamu berhak tenang 💛✨
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 LiaPoints: 187
- #2 Amilia Desi MarthasariPoints: 123
- #3 Deni DermawanPoints: 30
- #4 Agus RusliPoints: 22
- #5 Alfan RozakPoints: 22
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- 7 Hari Perjalanan Kecil Menuju Versi Terbaikmu16 September 2025 | General
- Suara Rakyat, Antara Harapan dan Tantangan4 September 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General