Apakah anda mencari sesuatu?

Seberapa Pengaruhnya Orang Toxic di Dalam Hidupmu?

October 9, 2025 at 11:25 pm
image
    • Amilia Desi Marthasari
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 12 replies
      View Icon 10  views
        Up
        0
        ::

        Pernah nggak sih kamu ngerasa capek bukan karena kerjaan, tapi karena orangnya?

        Bukan karena kamu nggak kuat menghadapi dunia, tapi karena ada seseorang….entah teman, pasangan, rekan kerja, atau bahkan keluarga..yang setiap kali berinteraksi, rasanya seperti disedot energinya.

        Ya, mereka itulah yang sering disebut “orang toxic”.
        Tapi sebenarnya… seberapa besar sih pengaruh mereka dalam hidup kita?
        Dan yang lebih penting: apa yang bisa kita lakukan?

        Kadang mereka nggak berteriak atau menghina secara langsung.
        Justru lewat sindiran halus, manipulasi emosional, atau komentar yang bikin kamu ragu sama diri sendiri.

        Mereka bisa membuatmu mempertanyakan nilai dirimu.
        Mereka membuat hal yang tadinya kamu banggakan terasa kecil, remeh, bahkan salah.

        Kamu jadi overthinking, takut mengambil keputusan, selalu butuh validasi, dan kehilangan suara batinmu sendiri.

        Toxic people seringkali punya satu kekuatan besar:
        mereka bisa mengubah persepsi dirimu tentang dirimu sendiri.

        Dan itu yang paling berbahaya.

        Karena begitu kamu kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, kamu akan mudah dikendalikan oleh opini, emosi, dan keinginan mereka.

        Tapi tunggu. Bukan berarti setiap orang yang bikin kita nggak nyaman itu toxic.

        Ada perbedaan antara orang yang sedang terluka dan orang yang menularkan luka.

        – Orang yang terluka masih mau memperbaiki diri.
        – Orang yang toxic sering menolak tanggung jawab dan menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri.

        Jadi, sebelum menilai seseorang toxic, penting juga untuk refleksi:

        “Apakah dia sedang kesulitan, atau memang menjadikan kesulitan itu alasan untuk melukai orang lain?”
        Empati itu penting, tapi batas diri juga harus ada.

        Kamu tahu dia sering bikin kamu sedih, tapi kamu juga ingat momen dia pernah baik.
        Kamu tahu kata-katanya sering menyakitkan, tapi kamu juga masih berharap dia berubah.

        Dan di situ letak jebakannya.
        Toxic people sering pandai menciptakan “lingkaran manipulatif”:

        Setelah menyakiti, mereka minta maaf dengan manis.
        Setelah bikin kecewa, mereka kasih harapan baru.
        Setelah kamu mulai menjauh, mereka datang lagi seolah berubah.
        Padahal yang berubah cuma caranya menahanmu tetap di situ.

        Orang toxic bisa mempengaruhi banyak aspek hidupmu — lebih dari yang kamu kira.
        – Kesehatan mental: kamu mudah cemas, susah tidur, atau merasa “tidak cukup baik”.
        – Produktivitas: kamu sulit fokus, karena pikirannya dipenuhi konflik atau rasa bersalah.
        – Hubungan sosial: kamu jadi tertutup, takut terbuka ke orang lain karena trauma sebelumnya.
        – Citra diri: kamu kehilangan kepercayaan diri, merasa kecil, bahkan merasa nggak layak bahagia.

        Pelan-pelan, hidupmu seperti disetir oleh energi negatif orang lain.
        Dan tanpa sadar, kamu mulai kehilangan arah yang dulu kamu punya.

        Kamu nggak harus terus sabar dengan orang yang berulang kali menyakitimu.
        Kamu nggak egois kalau memilih tenang daripada terus bertahan demi menjaga hubungan yang merusak.
        Dan kamu nggak jahat kalau memilih menjauh dari orang yang membuatmu kehilangan versi terbaik dirimu.

        Menjaga jarak bukan berarti membenci.
        Kadang itu satu-satunya cara untuk tetap waras.

        “Tapi gimana kalau orang toxic-nya keluarga atau rekan kerja yang nggak bisa dihindari?”
        Pertanyaan bagus.
        Nggak semua orang bisa kita hapus dari hidup kita, tapi kita bisa mengubah cara kita merespons mereka.

        Beberapa strategi yang bisa kamu coba:

        Batasi akses emosional.
        Kamu bisa tetap sopan, tapi jangan biarkan kata-kata mereka masuk ke ruang batinmu.

        Gunakan batas yang tegas.
        Misal: “Aku nggak mau bahas hal ini kalau ujungnya selalu menyalahkan.”
        Kamu berhak menentukan topik atau cara komunikasi yang sehat.

        Fokus pada reaksi, bukan perilaku mereka.
        Kamu nggak bisa kontrol orang lain, tapi kamu bisa kontrol bagaimana kamu bereaksi.

        Bangun sistem pendukung.
        Punya teman, mentor, atau komunitas positif itu penting. Mereka jadi jangkar yang menjaga kamu tetap kuat.

        Kadang orang toxic nggak sadar mereka toxic, dan itu justru bikin kita harus lebih sadar diri.
        Jangan sampai kita sibuk menunjuk “si toxic” tapi lupa memperbaiki pola kita sendiri.
        Karena bisa jadi, tanpa sadar:

        Kita juga suka menyalahkan orang lain.
        Kita juga sering melempar komentar yang menjatuhkan.
        Kita juga jadi sumber energi negatif buat orang lain.
        Jadi sebelum mengeluh soal orang toxic di hidupmu, tanyakan dulu:

        “Apakah aku sudah berusaha untuk tidak menjadi versi toxic dari diriku sendiri?”
        Refleksi seperti ini bisa menenangkan. Karena pada akhirnya, perubahan terbesar selalu dimulai dari diri sendiri.

        Menghapus orang toxic bukan tentang dendam, tapi tentang penyembuhan.
        Banyak orang salah paham. Mereka pikir “healing” itu harus memaafkan dengan cepat dan tetap baik-baik saja. Padahal nggak selalu.

        Kadang healing artinya berani mengambil jarak.
        Kadang healing artinya berhenti berharap mereka berubah.
        Dan kadang healing artinya mengakui bahwa kamu pantas untuk dikelilingi energi yang baik.

        Jangan merasa bersalah untuk memilih damai.
        Karena damai bukan hadiah dari orang lain, tapi keputusan dari dalam diri.

        Dan yang terakhir ingat ini:
        Orang toxic mungkin memengaruhi hidupmu,
        tapi mereka nggak menentukan siapa kamu.

        Kamu bisa tumbuh di atas luka.
        Kamu bisa belajar dari rasa sakit tanpa mengulangnya ke orang lain.
        Kamu bisa tetap lembut tanpa jadi lemah.
        Dan kamu bisa tetap baik tanpa harus terus disakiti.

        Toxic people mungkin meninggalkan bekas, tapi mereka juga mengajarkan sesuatu:
        bahwa kamu lebih kuat daripada yang kamu kira,
        dan kamu berhak memilih siapa yang boleh tetap tinggal di hidupmu.

        Hidup terlalu singkat untuk terus mengulang drama yang sama.
        Kalau seseorang selalu membuatmu merasa buruk tentang dirimu, mungkin sudah waktunya berhenti menunggu mereka berubah, dan mulai berubah demi dirimu sendiri.

        Karena pada akhirnya, kedamaian bukan soal punya hidup tanpa masalah,
        tapi tentang punya keberanian untuk menjaga jarak dari sumber luka yang berulang.

        Jadi, coba pikirkan:
        Siapa di hidupmu yang selama ini lebih sering menguras daripada menguatkan?
        Dan langkah kecil apa yang bisa kamu ambil hari ini untuk melindungi energi dan kedamaianmu sendiri?

        Karena kamu berhak untuk tenang!!!!!!

      • Albert Yosua
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 12 replies
        View Icon 10  views

          Sekali lagi, terima kasih sudah membagikan tulisan ini. Aku merasa banyak mendapat pencerahan dan semoga diskusi ini bisa membantu teman-teman lain juga yang mungkin sedang berjuang menghadapi situasi serupa.

        • Albert Yosua
          Participant
          GamiPress Thumbnail
          Image 12 replies
          View Icon 10  views

            Satu hal yang aku ingin tambahkan adalah soal kesadaran diri yang kamu sebutkan di akhir tulisan. Kadang tanpa sadar kita juga bisa jadi toxic bagi orang lain, dan itu refleksi yang penting. Bagaimana menurutmu cara terbaik untuk mengidentifikasi dan memperbaiki pola-pola toxic yang mungkin kita miliki sendiri?

          • Albert Yosua
            Participant
            GamiPress Thumbnail
            Image 12 replies
            View Icon 10  views

              Selain itu, aku penasaran tentang bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak atau generasi muda agar mereka bisa mengenali dan melindungi diri dari toxic people sejak dini. Apakah ada metode atau pendekatan tertentu yang kamu rasa efektif untuk edukasi emosional sejak kecil?

            • Albert Yosua
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 12 replies
              View Icon 10  views

                Terakhir, aku ingin bertanya: Menurutmu, apa langkah pertama yang paling penting dilakukan seseorang yang baru sadar bahwa ada orang toxic dalam hidupnya? Bagaimana cara menjaga motivasi agar terus kuat dalam proses healing dan pembatasan diri itu?

              • Albert Yosua
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 12 replies
                View Icon 10  views

                  Kamu juga menyinggung soal sistem pendukung yang penting untuk menjaga kesehatan mental kita. Aku setuju sekali bahwa punya komunitas positif bisa jadi jangkar yang sangat kuat. Dalam pengalamanmu, strategi apa yang paling efektif untuk membangun dan memelihara komunitas seperti itu, terutama bagi orang yang baru mulai sadar akan toxic relationship?

                • Albert Yosua
                  Participant
                  GamiPress Thumbnail
                  Image 12 replies
                  View Icon 10  views

                    Yang aku pikirkan juga adalah soal healing yang kamu jelaskan. Sering kali aku merasa bersalah ketika memutuskan untuk menjaga jarak dari seseorang yang toxic, apalagi jika itu keluarga. Tapi membaca ini membuatku sadar bahwa menjaga jarak bukan berarti membenci, melainkan bentuk cinta pada diri sendiri. Apa kamu punya saran khusus untuk yang menghadapi toxic family members yang tidak bisa dihindari?

                  • Albert Yosua
                    Participant
                    GamiPress Thumbnail
                    Image 12 replies
                    View Icon 10  views

                      Aku juga merasa bahwa toxic people tidak hanya hadir secara langsung, tapi bisa juga melalui interaksi digital, seperti media sosial atau pesan singkat. Sindiran halus atau komentar negatif yang terus menerus bisa membuat seseorang overthinking bahkan tanpa bertemu langsung. Bagaimana menurutmu, apakah kita perlu pendekatan berbeda untuk menghadapi toxic people di dunia nyata dan dunia maya?

                    • Albert Yosua
                      Participant
                      GamiPress Thumbnail
                      Image 12 replies
                      View Icon 10  views

                        Menurutku, yang paling menarik adalah bagaimana kamu menekankan pentingnya membedakan antara orang yang sedang terluka dan orang yang benar-benar toxic. Ini seringkali sulit dilakukan karena kadang orang yang kita sayang memang sedang menghadapi masalah besar, tapi dampaknya pada kita bisa jadi sangat merugikan. Bagiku, batasan antara empati dan menjaga diri sangat tipis dan harus terus dipelajari.

                      • Albert Yosua
                        Participant
                        GamiPress Thumbnail
                        Image 12 replies
                        View Icon 10  views

                          Terima kasih banyak, Amilia, atas tulisan yang sangat menyentuh dan penuh wawasan ini. Aku sangat setuju bahwa orang toxic memang bisa sangat memengaruhi kehidupan kita, bukan hanya secara emosional, tapi juga mental dan fisik. Aku sendiri pernah mengalami hubungan dengan seseorang yang sering membuatku merasa kecil dan meragukan kemampuan diri, dan efeknya benar-benar berat sampai aku merasa kehilangan arah.

                        • Lia
                          Participant
                          GamiPress Thumbnail
                          Image 12 replies
                          View Icon 10  views

                            Kadang capek itu bukan karena kerjaan, tapi karena energi yang tersedot pelan-pelan dari orang yang salah. Bukan salah kita merasa lelah… memang ada orang yang hadir bukan untuk menguatkan, tapi justru menguras. Dan seringnya… kita sadar tapi pura-pura nggak apa-apa.

                          • Lia
                            Participant
                            GamiPress Thumbnail
                            Image 12 replies
                            View Icon 10  views

                              Yang bikin berbahaya, orang toxic sering menyerang dari dalam — lewat kata-kata halus yang bikin kita ragu sama diri sendiri. Pelan tapi pasti, kepercayaan diri terkikis, dan kita mulai kehilangan arah. Kadang bukan karena kita lemah, tapi karena kita terlalu lama bertahan.

                            • Lia
                              Participant
                              GamiPress Thumbnail
                              Image 12 replies
                              View Icon 10  views

                                Menjaga jarak bukan berarti membenci. Kadang itu cara paling sehat untuk bertahan dan menyelamatkan diri sendiri. Batas bukan dinding, tapi pelindung. Kamu nggak jahat karena memilih damai daripada terus tenggelam dalam hubungan yang melukai.

                              • Lia
                                Participant
                                GamiPress Thumbnail
                                Image 12 replies
                                View Icon 10  views

                                  Orang toxic bisa meninggalkan luka, tapi bukan mereka yang menentukan siapa kita. Kita tetap bisa tumbuh, belajar, dan jadi versi terbaik dari diri sendiri. Jangan takut melangkah. Hidup terlalu singkat untuk terus berada di lingkaran yang melelahkan. Kamu berhak tenang 💛✨

                              Viewing 13 reply threads
                              • You must be logged in to reply to this topic.
                              Image

                              Bergabung & berbagi bersama kami

                              Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!