- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 1 week, 4 days ago by
Amilia Desi Marthasari.
Wibawa Tanpa Otoriter: Menguak Pemimpin Kolaboratif yang Tegas
September 24, 2025 at 9:54 am-
-
Up::1
Terima kasih banyak, Albert, untuk komentar inspiratifmu di postingan saya sebelumnya tentang ‘Pemimpin yang Jarang Ada’! (https://community.mekari.com/forums/topic/pemimpin-yang-jarang-ada/) Diskusi kita benar-benar menggerakkan saya untuk menulis lebih lanjut tentang keseimbangan antara kepemimpinan yang kolaboratif, rendah hati, namun tetap tegas.
Mencari keseimbangan antara menjadi pemimpin yang kolaboratif dan rendah hati, namun tetap tegas saat dibutuhkan, adalah impian banyak organisasi.
Seorang pemimpin yang sukses mengelola tim dengan cara kolaboratif dan rendah hati, namun tetap tegas, biasanya menunjukkan ciri-ciri berikut:
- Mengadakan Pertemuan Horizontal dan Bertindak sebagai Fasilitator Pemimpin kolaboratif tidak mendominasi rapat, melainkan bertindak sebagai fasilitator, mendorong masukan dari semua anggota tim, terutama saat tim membuat keputusan. Ini membangun rasa kepemilikan dan menghargai ide setiap individu.
- Mempromosikan Keragaman dan Keterbukaan Mereka berupaya mengembangkan hubungan dan koneksi antar departemen atau tim, bukan hanya dalam satu area. Mereka juga terbuka terhadap berbagai masukan dan ide dari berbagai sumber sebelum mengambil keputusan.
- Memiliki Kerendahan Hati (Humble Leadership) Pemimpin yang rendah hati cenderung menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, di mana setiap anggota tim merasa dihargai, didengarkan, dan diberdayakan untuk berkontribusi. Mereka bersedia belajar dari orang lain, termasuk bawahan, dan mengutamakan tujuan kolektif di atas ego pribadi. Sikap ini memperkuat kredibilitas dan menciptakan budaya yang menghargai kontribusi setiap individu. Kerendahan hati juga mendorong tim untuk berani berinovasi tanpa takut gagal.
- Tegas dalam Pengambilan Keputusan Ketegasan seorang pemimpin terlihat dari kemampuannya mengambil keputusan dengan cepat, tepat, dan jelas dalam segala situasi. Ini termasuk menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas, serta mampu mengeksekusi keputusan yang diambil.
- Membangun Wibawa melalui Aksi Nyata dan Integritas Wibawa tidak hanya datang dari posisi, tetapi dari tindakan. Pemimpin yang berwibawa mampu mengeksekusi dengan baik, menjadi contoh bagi timnya, dan memiliki integritas yang tinggi. Mereka juga mampu menjadi pelindung bagi anggota timnya, tidak cuci tangan dari kesalahan yang mungkin terjadi.
- Memiliki Empati dan Komunikasi Terbuka Pemimpin seperti ini tidak hanya mendengarkan masukan, tetapi juga memahami hambatan dan tantangan yang dihadapi anggotanya. Mereka memiliki sikap welas asih (compassion) dan mampu membangun komunikasi dua arah yang efektif, yang memungkinkan semua pihak memiliki suara dan berdiskusi untuk kepentingan bersama.
Contoh Konkret: Salah satu figur yang sering disebut memiliki gaya kepemimpinan kolaboratif adalah Anies Baswedan saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia dikenal melibatkan masyarakat Jakarta dengan berdialog dan berdiskusi untuk mendengarkan aspirasi dan masukan tentang kebijakan pemerintah. Ia juga menjalin kemitraan dengan sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil, seperti melalui program “Jakarta Bersama”. Ini menunjukkan upaya pemimpin untuk mengumpulkan masukan dari berbagai sumber sebelum mengambil tindakan, yang merupakan ciri kepemimpinan kolaboratif.
Menjaga Keseimbangan antara Menjadi Teman dan Tetap Berwibawa:
Keseimbangan ini tercapai ketika seorang pemimpin:- Membangun kepercayaan: Dengan menjadi rendah hati, terbuka, dan mendengarkan, pemimpin membangun hubungan yang kuat dengan tim. Tim akan merasa nyaman untuk berbagi ide dan masalah, menjadikan pemimpin sebagai “teman” yang bisa diandalkan.
- Menetapkan batasan yang jelas: Meskipun dekat, pemimpin harus tetap menjaga batasan profesionalisme. Saat tiba waktunya membuat keputusan sulit atau menegakkan aturan, pemimpin harus mampu melakukannya dengan tegas, didasari oleh fakta dan tujuan organisasi, bukan sentimen pribadi.
- Konsisten dalam nilai dan tindakan: Tim menghargai pemimpin yang konsisten. Jika pemimpin konsisten dalam menunjukkan empati, keadilan, namun juga ketegasan dalam mengeksekusi, wibawa akan terbentuk secara alami tanpa harus bersikap otoriter.
- Memberi contoh: Pemimpin yang berwibawa adalah mereka yang mampu menunjukkan dengan bukti, bukan hanya kata-kata. Jika mereka meminta tim untuk berkolaborasi, mereka sendiri harus menjadi kolaborator terbaik. Jika mereka meminta ketegasan, mereka harus menunjukkannya melalui tindakan nyata.
Intinya, pemimpin seperti ini adalah mereka yang mampu memimpin dengan hati, tetapi juga dengan kepala yang dingin, menempatkan kepentingan organisasi dan tim di atas segalanya.
-
Pemimpin dengan hati → peka, empati, mampu merasakan apa yang tim rasakan.
Pemimpin dengan kepala dingin → objektif, rasional, dan nggak terbawa emosi ketika harus ambil keputusan sulit.Kalau dua hal ini menyatu, biasanya hasilnya:
Tim merasa dihargai → karena ada sisi manusiawi yang nggak diabaikan.
Organisasi tetap jalan ke arah yang benar → karena keputusan diambil bukan sekadar ikut perasaan, tapi juga pertimbangan strategis.
Loyalitas meningkat → orang lebih mau mengikuti pemimpin yang adil sekaligus peduli.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 Albert YosuaPoints: 36
- #2 LiaPoints: 36
- #3 Amilia Desi MarthasariPoints: 26
- #4 Vitri WulandariPoints: 22
- #5 Yadi SuryadiPoints: 22
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- 7 Hari Perjalanan Kecil Menuju Versi Terbaikmu16 September 2025 | General
- Suara Rakyat, Antara Harapan dan Tantangan4 September 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General