- This topic has 4 replies, 3 voices, and was last updated 3 weeks, 2 days ago by
Albert Yosua.
Apa sih DEI itu? Mari kita bahas
June 16, 2025 at 3:42 pm-
-
Up::0
DEI adalah singkatan dari Diversity, Equity, dan Inclusion., yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan Keberagaman, Kesetaraan, Inklusi. DEI yang kita ketahui berawal dari 3 konsep, yaitu DEI (Diversity, Equity, Inclusion) yang dipopulerkan melalui instruksi anti-diskriminatif oleh Presiden Amerika Serikat pada tahun 1965, dan mulai dikenal luas di seluruh dunia pada akhir tahun 1980. Dalam perkembangannya di tahun-tahun berikutnya, terdapat penambahan konsep di dalam DEI, seperti Belonging, Justice dan Access.
Dalam dunia bisnis, konsep dalam DEI ini saling berkaitan dan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. DEI bukan sekadar istilah, tetapi juga merupakan empat pilar utama yang mendukung kesuksesan sebuah perusahaan. Berikut ini adalah pengertian mengenai DEI dan bagaimana DEI dapat menjadi penunjang utama kesuksesan perusahaan:
Keberagaman (Diversity) adalah keberagaman yang ada di antara individu, termasuk ras, gender, usia, latar belakang budaya, agama dan banyak lagi. Keberagaman dalam perusahaan membawa berbagai perspektif dan ide yang berbeda antar individu, yang dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi.
Kesetaraan (Equity) adalah memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang. Perusahaan yang memberikan kesempatan dan akses yang sama terhadap peluang bagi setiap karyawannya diyakini akan meningkatkan kepuasan kerja dan loyalitas karyawannya.
Inklusi (Inclusion) adalah tentang menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai dan diterima. Lingkungan yang inklusif membuat karyawan merasa nyaman, dihargai dan diterima yang dapat meningkatkan produktivitas dan kolaborasi.
Dari penjelasan diatas apakah sudah paham mengenai DEI? Ayo kita diskusikan
-
Menarik banget! Saya baru sadar kalau keberagaman bukan cuma soal perbedaan fisik atau budaya, tapi juga cara berpikir. Semoga makin banyak perusahaan yang sadar pentingnya DEI, nggak cuma jadi slogan tapi juga praktik nyata di lingkungan kerja. Terus saya juga baru paham bedanya equity sama equality. Ternyata ngasih kesempatan itu belum tentu adil kalau gak sesuai kebutuhan tiap orang ya.
Kalau perusahaan udah cukup beragam tapi belum terasa inklusif, kira-kira langkah awal apa yang paling realistis untuk mulai memperbaiki?
-
Setuju banget sama kamu, Lia! Memang keberagaman itu nggak cuma soal tampilan luar, tapi juga mindset dan cara pandang. Nah, soal inklusi yang belum terasa, langkah awal yang paling realistis menurutku adalah membangun budaya komunikasi terbuka di perusahaan.
Misalnya, mulai dari sesi sharing rutin atau forum diskusi di mana karyawan bebas menyampaikan pendapat dan pengalaman tanpa takut dihakimi. Dengan cara ini, semua orang mulai merasa “dilihat” dan didengar, yang jadi fondasi kuat untuk inklusi.
Selain itu, training tentang unconscious bias dan pelatihan soft skill buat manajemen juga penting supaya pemimpin dan tim lebih peka terhadap kebutuhan beragam individu.
Kalau menurut kamu, langkah praktis apa yang bisa dilakukan dari sisi karyawan buat mendorong suasana inklusif di kantor?
-
Terima kasih, Albert, atas insight-nya! Setuju banget soal pentingnya komunikasi terbuka dan sesi sharing yang rutin supaya semua orang merasa didengar dan dihargai.
Dari sisi karyawan, menurut aku langkah praktis yang bisa dilakukan adalah mulai dengan aktif mendengarkan dan menghargai perbedaan pendapat, serta memberi dukungan kepada rekan yang mungkin merasa kurang nyaman menyuarakan ide atau keluhannya. Misalnya, kita bisa jadi “jembatan” yang membantu menyuarakan suara mereka di forum yang lebih besar.
Selain itu, karyawan juga bisa mengajak teman-teman untuk ikut pelatihan soft skill atau diskusi DEI, supaya kesadaran kolektif semakin tumbuh. Intinya, mulai dari hal kecil yang kita lakukan sehari-hari untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi semua.
Menurut kamu, ada pengalaman pribadi atau cerita menarik soal bagaimana karyawan bisa mendorong inklusi secara nyata di lingkungan kerja?
-
-
Wah, setuju banget, Lia! Mendengarkan dan menghargai perbedaan pendapat itu kunci banget. Kadang kita nggak sadar, dengan hanya memberi ruang bagi orang lain untuk berbicara, kita sudah memberikan rasa inklusi yang besar. Apalagi kalau kita bisa bantu teman-teman yang merasa kurang nyaman untuk menyuarakan pendapat mereka.
Aku juga pikir, salah satu cara sederhana tapi powerful yang bisa dilakukan karyawan adalah dengan saling memberikan feedback secara konstruktif. Itu bisa membangun kepercayaan, terutama kalau karyawan merasa dihargai saat berbagi ide atau bahkan kritik. Misalnya, setelah rapat atau diskusi tim, kita bisa memberikan pujian atau saran dengan cara yang tidak menghakimi.
Pengalaman pribadiku sih, pernah melihat sebuah tim yang sangat beragam, tapi karena kurangnya komunikasi terbuka, beberapa anggota merasa terisolasi. Setelah kami mulai memberi ruang lebih untuk diskusi informal, baru deh mereka mulai lebih terbuka, dan ide-ide kreatif mulai bermunculan.
Jadi, menurut kamu, bagaimana cara perusahaan bisa memastikan setiap suara didengar tanpa ada yang merasa takut atau minder untuk berbicara?
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 LiaPoints: 238
- #2 Albert YosuaPoints: 85
- #3 Ida Bagus Darmawan SuardanaPoints: 54
- #4 Adhe RizkiyantoPoints: 52
- #5 AjisokoPoints: 52
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- 8 Kebiasaan Buruk yang Perlu Ditinggalkan24 July 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General