Apakah anda mencari sesuatu?

Bukan Kurang Kompeten, Cuma Belum Punya Growth Mindset

October 29, 2025 at 10:50 am
image
    • Amilia Desi Marthasari
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 5 replies
      View Icon 2  views
        Up
        1
        ::

        Dalam dunia kerja dan kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang menilai keberhasilan hanya dari hasil akhir  jabatan, gaji, prestasi, atau pencapaian akademik. Seseorang dianggap “kompeten” ketika ia mampu menunjukkan performa tinggi, sedangkan yang belum berhasil sering kali dilabeli “kurang kompeten”, “tidak berbakat”, atau “tidak cocok”. Namun, benarkah setiap kegagalan atau keterlambatan dalam mencapai sesuatu berarti kita kurang kompeten?

        Jawabannya belum tentu.
        Sering kali, persoalannya bukan pada kurangnya kemampuan, tetapi pada cara berpikir.

        Itulah yang disebut dengan growth mindset, sebuah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Carol S. Dweck, profesor psikologi dari Stanford University. Dweck membedakan dua jenis pola pikir utama: fixed mindset dan growth mindset.

        Dan di sinilah letak perbedaannya  banyak orang yang sebenarnya punya potensi besar, tapi terjebak dalam pola pikir tetap (fixed mindset) yang membuat mereka sulit berkembang, padahal kemampuan bisa dilatih dan ditumbuhkan.

        1. Apa Itu Growth Mindset?
        Secara sederhana, growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan, kecerdasan, dan bakat bisa dikembangkan melalui usaha, pembelajaran, dan pengalaman.

        Sebaliknya, fixed mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan seseorang bersifat tetap  kalau kamu tidak pandai matematika, kamu akan selamanya tidak pandai; kalau kamu tidak berbakat memimpin, kamu tidak akan pernah bisa jadi pemimpin.

        Orang dengan growth mindset akan berkata:

        “Saya belum bisa, tapi saya bisa belajar.”
        Sementara orang dengan fixed mindset cenderung berkata:

        “Saya memang tidak bisa, jadi percuma mencoba.”
        Perbedaan sederhana dalam cara berpikir ini dapat mengubah seluruh perjalanan hidup seseorang.

        Dalam dunia kerja misalnya, dua orang dengan latar belakang sama bisa memiliki hasil karier yang berbeda jauh hanya karena perbedaan mindset. Seseorang yang memiliki growth mindset akan memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar, sementara yang berpikir tetap akan melihat tantangan sebagai ancaman terhadap harga diri atau reputasi.

        2. Kompetensi Bisa Dilatih, Asal Mau Tumbuh
        Ketika seseorang dianggap “kurang kompeten”, sering kali itu hanya cerminan dari kurangnya pengalaman atau latihan, bukan bukti bahwa ia tidak mampu. Kompetensi sejatinya adalah hasil dari proses belajar yang panjang, bukan bawaan lahir.

        Mari kita ambil contoh nyata di dunia kerja.

        Banyak karyawan baru merasa minder ketika melihat rekan-rekan senior mereka bekerja cepat dan efisien. Mereka mungkin berpikir:

        “Wah, mereka hebat banget. Aku nggak akan pernah bisa kayak gitu.”
        Padahal, senior tersebut juga dulu memulai dari titik yang sama  canggung, lambat, dan sering salah. Bedanya, mereka tidak berhenti belajar. Mereka mencoba, gagal, memperbaiki diri, dan tumbuh.

        Artinya, yang membedakan antara orang “kompeten” dan “kurang kompeten” bukanlah bakat alami, melainkan mindset terhadap proses belajar itu sendiri.

        Growth mindset membantu seseorang untuk memahami bahwa setiap kesalahan adalah bagian dari perjalanan menuju kompetensi.

        Orang yang berpikir tumbuh tidak takut gagal, karena ia tahu kegagalan adalah guru yang berharga.

        3. Gejala Seseorang Belum Punya Growth Mindset
        Kita semua sebenarnya memiliki campuran antara fixed dan growth mindset. Namun, dalam konteks tertentu, salah satunya bisa lebih dominan.

        Berikut beberapa tanda bahwa seseorang belum memiliki growth mindset yang kuat:

        Mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.
        Alih-alih mencari solusi, ia langsung menganggap dirinya tidak berbakat atau tidak mampu.
        Takut terlihat bodoh atau salah.
        Ia menghindari mencoba hal baru karena takut gagal di depan orang lain.
        Membandingkan diri secara negatif dengan orang lain.
        Setiap melihat orang lain lebih sukses, ia langsung merasa dirinya tidak cukup baik.
        Menghindari umpan balik.
        Ia menolak kritik atau saran karena merasa itu serangan terhadap harga dirinya.
        Cepat puas dengan kemampuan yang ada.
        Ia merasa sudah cukup tahu dan tidak perlu belajar lebih banyak.
        Jika kamu merasa beberapa hal di atas pernah terjadi padamu, jangan khawatir. Itu bukan berarti kamu tidak bisa berubah  justru kesadaran itu adalah langkah pertama menuju growth mindset.

        4. Mengapa Growth Mindset Penting di Era Sekarang
        Kita hidup di zaman yang berubah dengan sangat cepat. Teknologi berkembang, pekerjaan lama menghilang, dan keahlian baru bermunculan setiap tahun.

        Dalam situasi seperti ini, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi menjadi kunci utama kesuksesan.

        Dulu, seseorang bisa mengandalkan satu keahlian selama puluhan tahun. Sekarang?
        Keahlian yang relevan hari ini bisa jadi usang tahun depan.

        Growth mindset menjadikan seseorang lebih fleksibel terhadap perubahan, lebih terbuka terhadap pembaruan, dan lebih tangguh menghadapi kegagalan.

        Misalnya, seorang akuntan yang dulunya hanya fokus pada pembukuan manual kini harus belajar software akuntansi, analitik data, dan bahkan AI. Tanpa growth mindset, ia mungkin akan menolak belajar hal baru karena “itu bukan bidang saya”. Tapi dengan growth mindset, ia akan berpikir, “Oke, saya belum paham, tapi saya bisa belajar.”

        Mindset inilah yang membedakan siapa yang bertahan dan tumbuh, dan siapa yang tertinggal.

        5. Bagaimana Cara Menumbuhkan Growth Mindset
        Berita baiknya: growth mindset bisa dilatih.
        Berikut beberapa langkah konkret untuk menumbuhkannya dalam kehidupan dan karier:

        a. Ubah kata “tidak bisa” menjadi “belum bisa”
        Kalimat sederhana ini mengubah makna kegagalan dari akhir menjadi awal.

        “Saya tidak bisa bicara di depan umum” … “Saya belum bisa bicara di depan umum, tapi saya bisa berlatih.”
        b. Fokus pada proses, bukan hanya hasil
        Orang dengan growth mindset lebih menghargai perjalanan belajar dibanding sekadar hasil akhir.
        Rayakan kemajuan kecil. Tulis jurnal belajar. Akui setiap langkah yang kamu ambil menuju kemajuan.

        c. Anggap kesalahan sebagai data, bukan drama
        Kesalahan bukan berarti kamu gagal  itu hanya informasi tentang apa yang perlu diperbaiki.
        Alih-alih berkata “Aku gagal”, katakan “Aku menemukan cara yang belum berhasil”.

        d. Kelilingi diri dengan orang yang juga ingin tumbuh
        Lingkungan berpengaruh besar terhadap mindset.
        Berada di sekitar orang-orang yang suka belajar, bereksperimen, dan tidak takut gagal akan menulari pola pikir yang sama padamu.

        e. Cari umpan balik dan gunakan untuk berkembang
        Jangan takut menerima kritik. Justru, lihatlah kritik sebagai bahan bakar untuk perbaikan.
        Mintalah saran secara aktif dan gunakan itu sebagai panduan belajar.

        f. Tantang diri keluar dari zona nyaman
        Tidak ada pertumbuhan tanpa ketidaknyamanan.
        Setiap kali kamu merasa “takut” atau “tidak siap”, ingatlah  itu tanda kamu sedang tumbuh.

        6. Dari “Aku Tidak Bisa” ke “Aku Sedang Belajar”
        Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang dengan growth mindset memiliki performa yang lebih baik dalam jangka panjang.

        Salah satu eksperimen terkenal oleh Carol Dweck melibatkan dua kelompok pelajar.
        Kelompok pertama dipuji karena “kepintarannya”, sedangkan kelompok kedua dipuji karena “usahanya”.

        Hasilnya?
        Kelompok yang dipuji karena usaha mereka lebih berani mengambil tantangan baru dan bertahan lebih lama dalam menghadapi kesulitan.

        Sebaliknya, kelompok yang dipuji karena “pintar” justru cenderung menghindari tantangan karena takut kehilangan label tersebut.

        Artinya, keyakinan tentang bagaimana kita melihat diri sendiri sangat memengaruhi cara kita bertindak.
        Begitu seseorang percaya bahwa kemampuan bisa tumbuh, ia akan bertindak dengan lebih berani dan tekun.

        7. Mindset di Dunia Profesional: Dari Junior ke Pemimpin
        Dalam konteks karier, growth mindset adalah fondasi utama untuk naik level.

        Seorang junior dengan growth mindset akan:

        Aktif mencari tantangan baru,
        Menerima kritik dengan terbuka,
        Belajar dari kesalahan, dan
        Meningkatkan diri secara konsisten.
        Sementara seorang pemimpin dengan growth mindset akan:

        Melihat potensi dalam setiap anggota tim,
        Tidak mudah menghakimi,
        Mendorong karyawan untuk berkembang,
        Dan menciptakan budaya belajar di tempat kerja.
        Pemimpin seperti ini bukan hanya membangun hasil, tapi juga membangun manusia.
        Ia percaya bahwa semua orang bisa belajar, tumbuh, dan berubah — asal diberi kesempatan dan lingkungan yang tepat.

        8. Tantangan: Dunia Masih Suka Menilai dari Hasil
        Meski konsep growth mindset semakin populer, realitanya dunia kerja sering kali masih lebih menghargai hasil ketimbang proses.

        Karyawan dinilai dari target, pelajar dari nilai, dan profesional dari portofolio.
        Namun, jika kita ingin benar-benar membangun budaya yang berkelanjutan, kita perlu mengubah cara menilai keberhasilan: tidak hanya dari apa yang dicapai, tapi juga bagaimana seseorang belajar dan berkembang untuk mencapainya.

        Growth mindset bukan berarti mengabaikan hasil, tapi menghargai proses menuju hasil itu.
        Karena tanpa proses belajar yang berulang, tidak akan pernah ada kompetensi sejati.

        Kita sering lupa bahwa setiap ahli dulunya adalah pemula.
        Setiap pemimpin dulunya adalah pengikut.
        Setiap orang yang tampak “kompeten” hari ini pernah melewati fase ragu, takut, dan gagal.

        Jadi, ketika kamu merasa “kurang kompeten”, berhentilah menyalahkan diri sendiri.
        Mungkin kamu hanya belum punya growth mindset yang cukup kuat.

        Karena kuncinya bukan seberapa pintar kamu hari ini, tapi seberapa besar keyakinanmu bahwa kamu bisa belajar dan menjadi lebih baik besok.

        Dan ketika kamu mulai berkata pada diri sendiri:

        “Aku belum bisa… tapi aku sedang belajar,”
        saat itulah kamu sedang berubah  bukan hanya menjadi lebih kompeten, tapi juga lebih tangguh, rendah hati, dan manusiawi.

        Di dunia yang terus berubah, kita tidak selalu bisa mengontrol keadaan, tapi kita selalu bisa mengontrol cara berpikir kita.

        Growth mindset bukan sekadar teori motivasi, tapi cara hidup yang membuat kita lebih terbuka terhadap kemungkinan, lebih sabar terhadap proses, dan lebih percaya pada potensi diri sendiri.

        Jadi, lain kali kamu merasa tertinggal atau tidak cukup baik, ingatlah:
        Bukan kamu yang kurang kompeten  kamu hanya sedang belajar untuk tumbuh.

      • Lia
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 5 replies
        View Icon 2  views

          “Dan bagian ‘Pendidikan, karakter, dan keberanian mengambil risiko’ ini adalah benang merah yang kuat. Growth mindset menumbuhkan karakter yang tangguh, yang esensial untuk seorang pemimpin yang credible dan otentik. Bukan hanya pintar, tapi berani mengambil langkah, belajar dari kegagalan, dan terus menantang diri keluar dari zona nyaman. Pada akhirnya, mindset inilah yang membentuk bagaimana kita menggunakan ‘peta’ hidup yang kita miliki untuk mencapai nasib yang kita inginkan. Terima kasih banyak,  K’amilia, untuk pencerahan yang mendalam ini!

        • Lia
          Participant
          GamiPress Thumbnail
          Image 5 replies
          View Icon 2  views

            Poin tentang pentingnya growth mindset di era perubahan cepat ini adalah sorotan utama. Saya sebagai praktisi di bidang keuangan dan pajak sangat merasakan bagaimana regulasi dan teknologi berkembang pesat. Tanpa kesediaan untuk terus belajar hal baru, seperti software akuntansi, analitik data, atau AI  kita pasti akan tertinggal. Growth mindset inilah yang membedakan mana yang bertahan dan mana yang tidak, dan ini adalah modal utama untuk menjaga relevansi dan kredibilitas profesional.

          • Lia
            Participant
            GamiPress Thumbnail
            Image 5 replies
            View Icon 2  views

              Saya sangat setuju dengan poin bahwa kompetensi itu bisa dilatih dan bukan bakat alami. Ini sejalan dengan bagaimana kita harus melihat kredibilitas profesional; bukan sesuatu yang statis, melainkan terus diasah melalui pengalaman, umpan balik, dan kemauan untuk tumbuh. Menganggap kesalahan sebagai ‘data, bukan drama’ adalah mindset yang sangat penting untuk membangun kepercayaan diri dan mendorong inovasi, terutama di lingkungan yang bergerak cepat seperti saat ini.

            • Lia
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 5 replies
              View Icon 2  views

                K’amilia, tulisan ini benar-benar berbicara pada pengalaman panjang saya di dunia profesional. Seringkali, fokus kita terlalu terpaku pada ‘hasil akhir’ dan angka-angka, padahal esensi dari performa yang berkelanjutan itu berakar pada ‘cara berpikir’ yang benar. Konsep growth mindset ini, bagi saya, adalah core dari kepemimpinan efektif, terutama dalam membangun tim yang bukan hanya sekadar mencapai target, tapi juga berani bereksperimen dan tumbuh. Saya sangat percaya, leader yang ber-growth mindset akan memberdayakan individu, bukan sekadar menuntut performa.

                • Amilia Desi Marthasari
                  Participant
                  GamiPress Thumbnail
                  Image 5 replies
                  View Icon 2  views

                    Banyak organisasi jatuh pada jebakan output obsession mengejar angka, target, dan KPI  tanpa menyadari bahwa performa terbaik justru muncul dari budaya belajar, keberanian mencoba, dan ruang untuk berkembang.

                    Tanpa fondasi mindset yang benar, target sering hanya memaksa orang bekerja keras tanpa bertumbuh. Dengan mindset yang kuat, target menjadi konsekuensi natural dari pertumbuhan tim.

                    Pada akhirnya, pemimpin sejati tidak hanya menilai performa timnya, tetapi mengangkat kapasitas mereka.

                    Leader ber-growth mindset akan memberdayakan individu, bukan hanya menuntut performa.
                    Inilah jenis pemimpin yang bukan hanya mengejar hasil…
                    tetapi membangun manusia, budaya, dan masa depan.

              Viewing 4 reply threads
              • You must be logged in to reply to this topic.
              Image

              Bergabung & berbagi bersama kami

              Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!