Apakah anda mencari sesuatu?

  • This topic has 17 replies, 3 voices, and was last updated 1 week ago by Albert Yosua.

Bukan Kurang Kompeten, Cuma Belum Punya Growth Mindset

October 29, 2025 at 10:50 am
image
    • Amilia Desi Marthasari
      Participant
      GamiPress Thumbnail
      Image 17 replies
      View Icon 7  views
        Up
        1
        ::

        Dalam dunia kerja dan kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang menilai keberhasilan hanya dari hasil akhir  jabatan, gaji, prestasi, atau pencapaian akademik. Seseorang dianggap “kompeten” ketika ia mampu menunjukkan performa tinggi, sedangkan yang belum berhasil sering kali dilabeli “kurang kompeten”, “tidak berbakat”, atau “tidak cocok”. Namun, benarkah setiap kegagalan atau keterlambatan dalam mencapai sesuatu berarti kita kurang kompeten?

        Jawabannya belum tentu.
        Sering kali, persoalannya bukan pada kurangnya kemampuan, tetapi pada cara berpikir.

        Itulah yang disebut dengan growth mindset, sebuah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Carol S. Dweck, profesor psikologi dari Stanford University. Dweck membedakan dua jenis pola pikir utama: fixed mindset dan growth mindset.

        Dan di sinilah letak perbedaannya  banyak orang yang sebenarnya punya potensi besar, tapi terjebak dalam pola pikir tetap (fixed mindset) yang membuat mereka sulit berkembang, padahal kemampuan bisa dilatih dan ditumbuhkan.

        1. Apa Itu Growth Mindset?
        Secara sederhana, growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan, kecerdasan, dan bakat bisa dikembangkan melalui usaha, pembelajaran, dan pengalaman.

        Sebaliknya, fixed mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan seseorang bersifat tetap  kalau kamu tidak pandai matematika, kamu akan selamanya tidak pandai; kalau kamu tidak berbakat memimpin, kamu tidak akan pernah bisa jadi pemimpin.

        Orang dengan growth mindset akan berkata:

        “Saya belum bisa, tapi saya bisa belajar.”
        Sementara orang dengan fixed mindset cenderung berkata:

        “Saya memang tidak bisa, jadi percuma mencoba.”
        Perbedaan sederhana dalam cara berpikir ini dapat mengubah seluruh perjalanan hidup seseorang.

        Dalam dunia kerja misalnya, dua orang dengan latar belakang sama bisa memiliki hasil karier yang berbeda jauh hanya karena perbedaan mindset. Seseorang yang memiliki growth mindset akan memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar, sementara yang berpikir tetap akan melihat tantangan sebagai ancaman terhadap harga diri atau reputasi.

        2. Kompetensi Bisa Dilatih, Asal Mau Tumbuh
        Ketika seseorang dianggap “kurang kompeten”, sering kali itu hanya cerminan dari kurangnya pengalaman atau latihan, bukan bukti bahwa ia tidak mampu. Kompetensi sejatinya adalah hasil dari proses belajar yang panjang, bukan bawaan lahir.

        Mari kita ambil contoh nyata di dunia kerja.

        Banyak karyawan baru merasa minder ketika melihat rekan-rekan senior mereka bekerja cepat dan efisien. Mereka mungkin berpikir:

        “Wah, mereka hebat banget. Aku nggak akan pernah bisa kayak gitu.”
        Padahal, senior tersebut juga dulu memulai dari titik yang sama  canggung, lambat, dan sering salah. Bedanya, mereka tidak berhenti belajar. Mereka mencoba, gagal, memperbaiki diri, dan tumbuh.

        Artinya, yang membedakan antara orang “kompeten” dan “kurang kompeten” bukanlah bakat alami, melainkan mindset terhadap proses belajar itu sendiri.

        Growth mindset membantu seseorang untuk memahami bahwa setiap kesalahan adalah bagian dari perjalanan menuju kompetensi.

        Orang yang berpikir tumbuh tidak takut gagal, karena ia tahu kegagalan adalah guru yang berharga.

        3. Gejala Seseorang Belum Punya Growth Mindset
        Kita semua sebenarnya memiliki campuran antara fixed dan growth mindset. Namun, dalam konteks tertentu, salah satunya bisa lebih dominan.

        Berikut beberapa tanda bahwa seseorang belum memiliki growth mindset yang kuat:

        Mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.
        Alih-alih mencari solusi, ia langsung menganggap dirinya tidak berbakat atau tidak mampu.
        Takut terlihat bodoh atau salah.
        Ia menghindari mencoba hal baru karena takut gagal di depan orang lain.
        Membandingkan diri secara negatif dengan orang lain.
        Setiap melihat orang lain lebih sukses, ia langsung merasa dirinya tidak cukup baik.
        Menghindari umpan balik.
        Ia menolak kritik atau saran karena merasa itu serangan terhadap harga dirinya.
        Cepat puas dengan kemampuan yang ada.
        Ia merasa sudah cukup tahu dan tidak perlu belajar lebih banyak.
        Jika kamu merasa beberapa hal di atas pernah terjadi padamu, jangan khawatir. Itu bukan berarti kamu tidak bisa berubah  justru kesadaran itu adalah langkah pertama menuju growth mindset.

        4. Mengapa Growth Mindset Penting di Era Sekarang
        Kita hidup di zaman yang berubah dengan sangat cepat. Teknologi berkembang, pekerjaan lama menghilang, dan keahlian baru bermunculan setiap tahun.

        Dalam situasi seperti ini, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi menjadi kunci utama kesuksesan.

        Dulu, seseorang bisa mengandalkan satu keahlian selama puluhan tahun. Sekarang?
        Keahlian yang relevan hari ini bisa jadi usang tahun depan.

        Growth mindset menjadikan seseorang lebih fleksibel terhadap perubahan, lebih terbuka terhadap pembaruan, dan lebih tangguh menghadapi kegagalan.

        Misalnya, seorang akuntan yang dulunya hanya fokus pada pembukuan manual kini harus belajar software akuntansi, analitik data, dan bahkan AI. Tanpa growth mindset, ia mungkin akan menolak belajar hal baru karena “itu bukan bidang saya”. Tapi dengan growth mindset, ia akan berpikir, “Oke, saya belum paham, tapi saya bisa belajar.”

        Mindset inilah yang membedakan siapa yang bertahan dan tumbuh, dan siapa yang tertinggal.

        5. Bagaimana Cara Menumbuhkan Growth Mindset
        Berita baiknya: growth mindset bisa dilatih.
        Berikut beberapa langkah konkret untuk menumbuhkannya dalam kehidupan dan karier:

        a. Ubah kata “tidak bisa” menjadi “belum bisa”
        Kalimat sederhana ini mengubah makna kegagalan dari akhir menjadi awal.

        “Saya tidak bisa bicara di depan umum” … “Saya belum bisa bicara di depan umum, tapi saya bisa berlatih.”
        b. Fokus pada proses, bukan hanya hasil
        Orang dengan growth mindset lebih menghargai perjalanan belajar dibanding sekadar hasil akhir.
        Rayakan kemajuan kecil. Tulis jurnal belajar. Akui setiap langkah yang kamu ambil menuju kemajuan.

        c. Anggap kesalahan sebagai data, bukan drama
        Kesalahan bukan berarti kamu gagal  itu hanya informasi tentang apa yang perlu diperbaiki.
        Alih-alih berkata “Aku gagal”, katakan “Aku menemukan cara yang belum berhasil”.

        d. Kelilingi diri dengan orang yang juga ingin tumbuh
        Lingkungan berpengaruh besar terhadap mindset.
        Berada di sekitar orang-orang yang suka belajar, bereksperimen, dan tidak takut gagal akan menulari pola pikir yang sama padamu.

        e. Cari umpan balik dan gunakan untuk berkembang
        Jangan takut menerima kritik. Justru, lihatlah kritik sebagai bahan bakar untuk perbaikan.
        Mintalah saran secara aktif dan gunakan itu sebagai panduan belajar.

        f. Tantang diri keluar dari zona nyaman
        Tidak ada pertumbuhan tanpa ketidaknyamanan.
        Setiap kali kamu merasa “takut” atau “tidak siap”, ingatlah  itu tanda kamu sedang tumbuh.

        6. Dari “Aku Tidak Bisa” ke “Aku Sedang Belajar”
        Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang dengan growth mindset memiliki performa yang lebih baik dalam jangka panjang.

        Salah satu eksperimen terkenal oleh Carol Dweck melibatkan dua kelompok pelajar.
        Kelompok pertama dipuji karena “kepintarannya”, sedangkan kelompok kedua dipuji karena “usahanya”.

        Hasilnya?
        Kelompok yang dipuji karena usaha mereka lebih berani mengambil tantangan baru dan bertahan lebih lama dalam menghadapi kesulitan.

        Sebaliknya, kelompok yang dipuji karena “pintar” justru cenderung menghindari tantangan karena takut kehilangan label tersebut.

        Artinya, keyakinan tentang bagaimana kita melihat diri sendiri sangat memengaruhi cara kita bertindak.
        Begitu seseorang percaya bahwa kemampuan bisa tumbuh, ia akan bertindak dengan lebih berani dan tekun.

        7. Mindset di Dunia Profesional: Dari Junior ke Pemimpin
        Dalam konteks karier, growth mindset adalah fondasi utama untuk naik level.

        Seorang junior dengan growth mindset akan:

        Aktif mencari tantangan baru,
        Menerima kritik dengan terbuka,
        Belajar dari kesalahan, dan
        Meningkatkan diri secara konsisten.
        Sementara seorang pemimpin dengan growth mindset akan:

        Melihat potensi dalam setiap anggota tim,
        Tidak mudah menghakimi,
        Mendorong karyawan untuk berkembang,
        Dan menciptakan budaya belajar di tempat kerja.
        Pemimpin seperti ini bukan hanya membangun hasil, tapi juga membangun manusia.
        Ia percaya bahwa semua orang bisa belajar, tumbuh, dan berubah — asal diberi kesempatan dan lingkungan yang tepat.

        8. Tantangan: Dunia Masih Suka Menilai dari Hasil
        Meski konsep growth mindset semakin populer, realitanya dunia kerja sering kali masih lebih menghargai hasil ketimbang proses.

        Karyawan dinilai dari target, pelajar dari nilai, dan profesional dari portofolio.
        Namun, jika kita ingin benar-benar membangun budaya yang berkelanjutan, kita perlu mengubah cara menilai keberhasilan: tidak hanya dari apa yang dicapai, tapi juga bagaimana seseorang belajar dan berkembang untuk mencapainya.

        Growth mindset bukan berarti mengabaikan hasil, tapi menghargai proses menuju hasil itu.
        Karena tanpa proses belajar yang berulang, tidak akan pernah ada kompetensi sejati.

        Kita sering lupa bahwa setiap ahli dulunya adalah pemula.
        Setiap pemimpin dulunya adalah pengikut.
        Setiap orang yang tampak “kompeten” hari ini pernah melewati fase ragu, takut, dan gagal.

        Jadi, ketika kamu merasa “kurang kompeten”, berhentilah menyalahkan diri sendiri.
        Mungkin kamu hanya belum punya growth mindset yang cukup kuat.

        Karena kuncinya bukan seberapa pintar kamu hari ini, tapi seberapa besar keyakinanmu bahwa kamu bisa belajar dan menjadi lebih baik besok.

        Dan ketika kamu mulai berkata pada diri sendiri:

        “Aku belum bisa… tapi aku sedang belajar,”
        saat itulah kamu sedang berubah  bukan hanya menjadi lebih kompeten, tapi juga lebih tangguh, rendah hati, dan manusiawi.

        Di dunia yang terus berubah, kita tidak selalu bisa mengontrol keadaan, tapi kita selalu bisa mengontrol cara berpikir kita.

        Growth mindset bukan sekadar teori motivasi, tapi cara hidup yang membuat kita lebih terbuka terhadap kemungkinan, lebih sabar terhadap proses, dan lebih percaya pada potensi diri sendiri.

        Jadi, lain kali kamu merasa tertinggal atau tidak cukup baik, ingatlah:
        Bukan kamu yang kurang kompeten  kamu hanya sedang belajar untuk tumbuh.

      • Lia
        Participant
        GamiPress Thumbnail
        Image 17 replies
        View Icon 7  views

          “Dan bagian ‘Pendidikan, karakter, dan keberanian mengambil risiko’ ini adalah benang merah yang kuat. Growth mindset menumbuhkan karakter yang tangguh, yang esensial untuk seorang pemimpin yang credible dan otentik. Bukan hanya pintar, tapi berani mengambil langkah, belajar dari kegagalan, dan terus menantang diri keluar dari zona nyaman. Pada akhirnya, mindset inilah yang membentuk bagaimana kita menggunakan ‘peta’ hidup yang kita miliki untuk mencapai nasib yang kita inginkan. Terima kasih banyak,  K’amilia, untuk pencerahan yang mendalam ini!

          • Albert Yosua
            Participant
            GamiPress Thumbnail
            Image 17 replies
            View Icon 7  views

              Tulisanmu tentang hubungan antara growth mindset, karakter, dan keberanian mengambil risiko sangat menarik. Aku setuju bahwa ketiganya memang saling berkaitan erat dan menjadi fondasi penting dalam membentuk kepemimpinan yang autentik. Seorang pemimpin yang memiliki growth mindset tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada proses pembelajaran di balik setiap keberhasilan maupun kegagalan. Hal ini membuatnya mampu tumbuh secara berkelanjutan dan tetap rendah hati dalam menghadapi tantangan.

            • Albert Yosua
              Participant
              GamiPress Thumbnail
              Image 17 replies
              View Icon 7  views

                Selain itu, bagian tentang keberanian mengambil risiko juga mengingatkanku bahwa tidak semua orang siap keluar dari zona nyaman, meskipun mereka tahu hal itu penting untuk berkembang. Kadang, rasa takut gagal atau pandangan orang lain menjadi penghalang utama. Menurutmu, bagaimana cara terbaik menumbuhkan keberanian ini, terutama dalam konteks pendidikan atau dunia kerja yang sering menuntut hasil cepat dan minim toleransi terhadap kesalahan?

              • Albert Yosua
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 17 replies
                View Icon 7  views

                  Aku juga penasaran bagaimana penerapan konsep growth mindset ini bisa membentuk karakter pemimpin di dunia nyata. Apakah ada contoh tokoh atau pengalaman pribadi yang bisa menggambarkan transformasi seseorang dari mindset tetap (fixed mindset) menjadi growth mindset yang lebih terbuka dan berani? Aku rasa contoh konkret seperti itu akan sangat membantu memperkuat pemahaman kita semua di forum ini.

              • Lia
                Participant
                GamiPress Thumbnail
                Image 17 replies
                View Icon 7  views

                  Poin tentang pentingnya growth mindset di era perubahan cepat ini adalah sorotan utama. Saya sebagai praktisi di bidang keuangan dan pajak sangat merasakan bagaimana regulasi dan teknologi berkembang pesat. Tanpa kesediaan untuk terus belajar hal baru, seperti software akuntansi, analitik data, atau AI  kita pasti akan tertinggal. Growth mindset inilah yang membedakan mana yang bertahan dan mana yang tidak, dan ini adalah modal utama untuk menjaga relevansi dan kredibilitas profesional.

                  • Albert Yosua
                    Participant
                    GamiPress Thumbnail
                    Image 17 replies
                    View Icon 7  views

                      Apa yang kamu sampaikan benar-benar menggambarkan realitas dunia profesional saat ini, terutama di bidang keuangan dan pajak yang sangat dinamis. Perubahan regulasi yang begitu cepat dan perkembangan teknologi seperti AI memang menuntut kita untuk terus beradaptasi. Growth mindset menjadi kunci agar para profesional tidak sekadar mengikuti perubahan, tetapi juga mampu mengantisipasi dan memanfaatkannya untuk menciptakan nilai tambah. Dalam konteks ini, belajar bukan lagi sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan untuk bertahan dan berkembang.

                    • Albert Yosua
                      Participant
                      GamiPress Thumbnail
                      Image 17 replies
                      View Icon 7  views

                        Menarik juga ketika kamu menyinggung soal menjaga relevansi dan kredibilitas profesional. Banyak orang mungkin ahli di bidangnya, tetapi tanpa kemauan untuk belajar hal baru, mereka bisa kehilangan daya saing. Menurutmu, bagaimana cara terbaik menumbuhkan budaya growth mindset di lingkungan kerja yang cenderung kaku atau hierarkis, di mana perubahan sering kali dianggap sebagai gangguan, bukan peluang?

                      • Albert Yosua
                        Participant
                        GamiPress Thumbnail
                        Image 17 replies
                        View Icon 7  views

                          Selain itu, aku juga penasaran apakah kamu punya pengalaman pribadi atau contoh konkret di tempat kerja yang menunjukkan bagaimana penerapan growth mindset benar-benar membantu seseorang beradaptasi atau bahkan berinovasi. Rasanya cerita nyata seperti itu bisa memberi inspirasi dan gambaran lebih jelas bagi kita semua di forum ini tentang pentingnya terus belajar di tengah perubahan yang begitu cepat.

                      • Lia
                        Participant
                        GamiPress Thumbnail
                        Image 17 replies
                        View Icon 7  views

                          Saya sangat setuju dengan poin bahwa kompetensi itu bisa dilatih dan bukan bakat alami. Ini sejalan dengan bagaimana kita harus melihat kredibilitas profesional; bukan sesuatu yang statis, melainkan terus diasah melalui pengalaman, umpan balik, dan kemauan untuk tumbuh. Menganggap kesalahan sebagai ‘data, bukan drama’ adalah mindset yang sangat penting untuk membangun kepercayaan diri dan mendorong inovasi, terutama di lingkungan yang bergerak cepat seperti saat ini.

                          • Albert Yosua
                            Participant
                            GamiPress Thumbnail
                            Image 17 replies
                            View Icon 7  views

                              Pandanganmu tentang kompetensi sebagai sesuatu yang bisa dilatih benar-benar relevan, terutama dalam konteks profesional modern yang menuntut kemampuan beradaptasi tinggi. Banyak orang masih berpikir bahwa keahlian adalah hasil dari bakat alami, padahal sebenarnya hasil dari latihan yang konsisten dan refleksi terhadap pengalaman. Cara berpikir seperti ini—melihat kesalahan sebagai “data, bukan drama”—juga menunjukkan kematangan dalam menghadapi tantangan dan tekanan di tempat kerja. Dengan begitu, seseorang tidak mudah terjebak pada rasa takut gagal, melainkan fokus pada proses belajar yang berkelanjutan.

                            • Albert Yosua
                              Participant
                              GamiPress Thumbnail
                              Image 17 replies
                              View Icon 7  views

                                Aku juga tertarik dengan poinmu tentang kredibilitas profesional yang dinamis. Kredibilitas memang tidak dibangun dalam semalam, tetapi tumbuh seiring waktu melalui akumulasi pengalaman dan kemampuan menerima umpan balik dengan terbuka. Dalam praktiknya, sering kali sulit untuk benar-benar menerima kritik tanpa merasa diserang. Menurutmu, bagaimana cara terbaik menumbuhkan sikap terbuka terhadap umpan balik agar tidak defensif, tetapi justru menjadikannya bahan untuk berkembang?

                              • Albert Yosua
                                Participant
                                GamiPress Thumbnail
                                Image 17 replies
                                View Icon 7  views

                                  Selain itu, konsep melihat kesalahan sebagai data bisa menjadi budaya organisasi yang sangat positif jika diterapkan secara kolektif. Namun, tidak semua lingkungan kerja mendukung hal itu—ada yang justru menghukum kesalahan sekecil apa pun. Menurutmu, apa langkah nyata yang bisa dilakukan oleh pimpinan atau manajer untuk menanamkan mindset ini dalam tim, sehingga setiap anggota merasa aman untuk bereksperimen dan belajar dari prosesnya?

                              • Lia
                                Participant
                                GamiPress Thumbnail
                                Image 17 replies
                                View Icon 7  views

                                  K’amilia, tulisan ini benar-benar berbicara pada pengalaman panjang saya di dunia profesional. Seringkali, fokus kita terlalu terpaku pada ‘hasil akhir’ dan angka-angka, padahal esensi dari performa yang berkelanjutan itu berakar pada ‘cara berpikir’ yang benar. Konsep growth mindset ini, bagi saya, adalah core dari kepemimpinan efektif, terutama dalam membangun tim yang bukan hanya sekadar mencapai target, tapi juga berani bereksperimen dan tumbuh. Saya sangat percaya, leader yang ber-growth mindset akan memberdayakan individu, bukan sekadar menuntut performa.

                                  • Amilia Desi Marthasari
                                    Participant
                                    GamiPress Thumbnail
                                    Image 17 replies
                                    View Icon 7  views

                                      Banyak organisasi jatuh pada jebakan output obsession mengejar angka, target, dan KPI  tanpa menyadari bahwa performa terbaik justru muncul dari budaya belajar, keberanian mencoba, dan ruang untuk berkembang.

                                      Tanpa fondasi mindset yang benar, target sering hanya memaksa orang bekerja keras tanpa bertumbuh. Dengan mindset yang kuat, target menjadi konsekuensi natural dari pertumbuhan tim.

                                      Pada akhirnya, pemimpin sejati tidak hanya menilai performa timnya, tetapi mengangkat kapasitas mereka.

                                      Leader ber-growth mindset akan memberdayakan individu, bukan hanya menuntut performa.
                                      Inilah jenis pemimpin yang bukan hanya mengejar hasil…
                                      tetapi membangun manusia, budaya, dan masa depan.

                                    • Albert Yosua
                                      Participant
                                      GamiPress Thumbnail
                                      Image 17 replies
                                      View Icon 7  views

                                        Apa yang kamu sampaikan benar-benar menyoroti akar dari banyak persoalan dalam organisasi modern. Obsesi terhadap output dan target sering kali membuat orang lupa bahwa performa yang berkelanjutan tidak lahir dari tekanan angka, tetapi dari budaya yang menumbuhkan semangat belajar dan keberanian bereksperimen. Ketika organisasi hanya fokus pada KPI, karyawan cenderung bermain aman—menghindari risiko, takut gagal, dan akhirnya kehilangan kreativitas. Sebaliknya, budaya belajar yang kuat mendorong pertumbuhan alami yang justru menghasilkan performa unggul tanpa harus dipaksakan.

                                      • Albert Yosua
                                        Participant
                                        GamiPress Thumbnail
                                        Image 17 replies
                                        View Icon 7  views

                                          Aku sangat setuju bahwa pemimpin dengan growth mindset tidak hanya menilai hasil, tetapi juga melihat potensi dan proses di baliknya. Pemimpin seperti ini mampu menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai dan punya ruang untuk berkembang. Namun, dalam praktiknya, tidak semua organisasi punya pemimpin yang berani mengambil pendekatan seperti ini. Menurutmu, langkah apa yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan pemimpin agar mereka beralih dari pola pikir “menuntut hasil” menjadi “membangun kapasitas”?

                                        • Albert Yosua
                                          Participant
                                          GamiPress Thumbnail
                                          Image 17 replies
                                          View Icon 7  views

                                            Selain itu, menarik juga jika kita melihat kaitannya dengan sistem penilaian kinerja. Bagaimana menurutmu cara terbaik untuk menyeimbangkan antara tuntutan hasil (target) dan ruang untuk bertumbuh (proses)? Karena sering kali, ketika perusahaan mencoba memberi ruang belajar lebih besar, muncul kekhawatiran akan turunnya performa jangka pendek. Padahal, seperti yang kamu bilang, justru dari proses belajar itulah performa jangka panjang terbentuk.

                                      Viewing 4 reply threads
                                      • You must be logged in to reply to this topic.
                                      Image

                                      Bergabung & berbagi bersama kami

                                      Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!