- This topic has 4 replies, 4 voices, and was last updated 2 days, 3 hours ago by
Albert Yosua.
Mengapa Mindset Lebih Krusial dari Skill Teknis
May 27, 2025 at 8:22 pm-
-
4 replies
16 views
Up::2Di era yang serba disruptive, serba cepat berubah, dan penuh ketidakpastian, ‘pinter’ doang tuh udah nggak cukup buat jadi bekal utama. Kita butuh ‘bener’ juga. ‘Bener’ apanya? ‘Bener’ cara pandangnya, ‘bener’ cara mikirnya, ‘bener’ cara meresponsnya, alias mindset-nya.
Kenapa bisa gitu? Jawabannya ada di ekspektasi generasi baru ini, yang udah nggak bisa lagi kita anggap remeh. Milenial dan Gen Z itu bukan cuma ngejar cuan (meskipun itu penting, ya, realistis aja) atau jabatan dengan titel keren di kartu nama buat dipamerin di Instagram. Mereka itu generasi pencari makna (purpose-driven generation). Mereka pengen kerjaannya punya impact nyata, sekecil apapun itu. Mereka pengen jadi bagian dari lingkungan kerja yang suportif, inklusif, adil, dan genuinely peduli sama mental health dan work-life balance mereka – bukan cuma lip service pas lagi kampanye employer branding.
Dan yang paling krusial, mereka mendambakan atasan yang bisa jadi mentor yang inspiring dan bisa kasih arahan jelas, coach yang suportif dan bisa bantu mereka berkembang, sekaligus leader yang bisa dipercaya, transparan, dan diajak diskusi dua arah, bukan cuma satu arah dari atas ke bawah kayak zaman feodal.”
Skill teknis, kayak jago data analytics sampai bisa nemuin insight tersembunyi, nguasain tools project management terbaru macam Asana atau Jira, bikin konten viral di TikTok yang engagement-nya gila-gilaan, presentasi pitching ke investor pakai istilah-istilah startup yang lagi nge-tren dan bikin kelihatan intelek, atau bahkan coding dengan berbagai bahasa pemrograman, itu semua bisa dikejar dan dipelajari. Sekarang, akses buat upskilling dan reskilling itu gampang banget, bahkan seringkali gratis atau terjangkau. Ada segudang online course dari platform global, bootcamp intensif, webinar tiap minggu, podcast inspiratif, bahkan micro-learning via aplikasi yang bisa diakses kapan aja, di mana aja. Tinggal niat, disiplin, dan kemauan buat scrolling yang produktif aja.
Tapi, mindset?
Nah, ini soal ‘daleman’, soal ‘sistem operasi’ yang ter-install di otak kita sebagai seorang pemimpin. Ini tentang gimana kita ngadepin tekanan!
Panik, nyalahin orang lain, dan pengen menghilang dari peradaban.
Atau tetap tenang, analisis situasi, dan fokus cari solusi konstruktif!
Gimana kita ngerespons kegagalan?
Ngerasa jadi loser paling payah sedunia dan nyerah gitu aja, atau bangkit lagi dengan pelajaran baru yang berharga dan semangat yang lebih membara?
Gimana kita membangun psychological safety di tim biar mereka berani berinovasi?
Berani ambil risiko yang terukur, dan berani ngasih feedback jujur tanpa takut dihakimi. Atau dicap ‘nggak loyal’?Mindset yang tepat itu kayak charger fast charging original buat smartphone. Bikin semua aplikasi (baca: skill, potensi, dan semangat tim) berjalan optimal, nggak gampang error atau lag, selalu siap buat update ke versi terbaik, dan bikin ‘baterai’ motivasi mereka awet.
-
Faisal Faisal
ParticipantPiooner
4 Requirements
- Log in to website 10 times
- Reply to a topic 3 times
- Create a new topic 1 time
- Watch any video 1 time (Optional)
4 replies
16 views
May 28, 2025 at 3:15 pmSetuju banget kak, Bisnis ku juga didominasi oleh Gen Z dan mereka untuk masalah skill udah ibarat prosessor paling terbaru lah. Asalkan atasan ngasih direction yang jelas, cuman mungkin masalah yang agak beda dengan kita yang Gen Millenial adalah komunikasi. Kita dengan paparan budaya Generasi Kolonial selalu berusaha untuk intens berkomunikasi satu sama lain.
Untuk di Gen Z kami (disclaimer: mungkin beda di Gen Z yang lain) mereka dikasih se abrek tasks, pasti mereka start dengan headset di telinga kemudian dengerin playlist kesukaan mereka, humming atau ketawa sendiri di depan laptop, eh… tugasnya kelar dan perfect. Kalau di Gen Millenial masih becanda, bersosialisasi, basa-basi ala tongkrongan dan… kelar juga tugasnya dan perfect juga.
Harus perbaiki mindset untuk bisa menyelami gaya nya Gen Z nih
-
Albert Yosua
ParticipantLegend
4 Requirements
- Log in to website 50 times
- Reply to a topic 50 times (Optional)
- Watch any video 10 times (Optional)
- Create a new topic 20 times
4 replies
16 views
May 30, 2025 at 10:18 amBetul sekali, Rizki Ardi! “Pinter” doang memang tidak cukup, tapi juga harus “bener” dalam hal mindset. Ini adalah poin yang krusial di tengah dinamika kerja yang serba cepat dan menuntut adaptasi.
Saya sangat setuju dengan argumen bahwa generasi baru (Milenial dan Gen Z) adalah “purpose-driven generation”. Mereka tidak hanya mencari gaji atau jabatan, tapi juga mencari makna dan dampak nyata dari pekerjaan mereka. Lingkungan kerja yang suportif, inklusif, dan peduli pada mental health serta work-life balance bukan lagi sekadar bonus, melainkan kebutuhan dasar.
Apa yang Anda sebutkan tentang atasan sebagai mentor, coach, dan leader yang bisa dipercaya juga sangat relevan. Di era ini, atasan yang hanya memberikan perintah satu arah akan kesulitan untuk membangun engagement dan loyalitas tim. Kemampuan untuk membangun psychological safety agar tim berani berinovasi dan memberikan feedback jujur adalah tanda mindset pemimpin yang maju.
Kemampuan teknis memang bisa dipelajari dengan mudah sekarang, karena akses ke upskilling dan reskilling sangat melimpah. Tapi, cara kita merespons tekanan, kegagalan, dan bagaimana kita membangun lingkungan kerja yang positif, itulah yang membedakan. Itu semua berakar pada mindset.
Seperti analogi charger fast charging original yang Anda berikan, mindset yang tepat memang membuat semua potensi tim berjalan optimal dan baterai motivasi mereka awet. Ini adalah pondasi yang harus dimiliki, baik oleh individu maupun organisasi, untuk bisa bertahan dan berkembang di masa depan.
-
Lia
ParticipantLegend
4 Requirements
- Log in to website 50 times
- Reply to a topic 50 times (Optional)
- Watch any video 10 times (Optional)
- Create a new topic 20 times
4 replies
16 views
May 30, 2025 at 3:54 pmSebagai pembaca, tulisan ini tuh nyentil banget dan relate-nya tinggi, apalagi buat kita yang lagi ada di dunia kerja bareng Gen Z dan milenial. Bener banget, skill teknis itu bisa dilatih, tapi soal mindset itu yang susah—karena nyangkut ke cara berpikir dan respon kita pas lagi ditekan atau gagal. Sekarang tuh bukan zamannya atasan galak dan serba tahu, tapi zaman leader yang bisa jadi role model, transparan, dan supportif. Dan yang paling ngena, generasi sekarang nggak cuma butuh kerjaan, tapi butuh makna. Jadi, tulisan ini semacam wake-up call buat kita semua, terutama yang udah jadi leader atau pengen jadi leader—nggak cukup cuma “pinter”, tapi harus “bener” juga, dari dalam.
-
Albert Yosua
ParticipantLegend
4 Requirements
- Log in to website 50 times
- Reply to a topic 50 times (Optional)
- Watch any video 10 times (Optional)
- Create a new topic 20 times
4 replies
16 views
June 15, 2025 at 6:32 pmSetuju banget, mindset adalah fondasi utama dalam kepemimpinan. Dari pengalaman saya memimpin tim akuntansi, skill teknis bisa dipelajari, tapi keberanian untuk jujur, bertanggung jawab, dan membangun kepercayaan tim datang dari mindset yang sehat. Di era sekarang, bukan cuma soal bisa kerja, tapi bagaimana cara kita berpikir, merespons tekanan, dan menciptakan makna di tempat kerja. Mindset inilah yang bikin pemimpin layak dipercaya.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 WIDDY FERDIANSYAHPoints: 357
- #2 Albert YosuaPoints: 257
- #3 LiaPoints: 141
- #4 QubeelPoints: 134
- #5 Davin KhertadinataPoints: 132
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- Mekari Community Recap 20239 January 2024 | Mekari Update
- Cerita Bagaimana Akhirnya Saya Memilih Jurnal.id31 July 2024 | Finance & Tax