Home / Topics / Human Resource / Metode Recruitment Untuk Berbagai Kebutuhan
- This topic has 5 replies, 4 voices, and was last updated 3 days, 5 hours ago by
Albert Yosua.
Metode Recruitment Untuk Berbagai Kebutuhan
July 2, 2025 at 1:24 pm-
-
5 replies
22 views
Up::0Untuk memenuhi kebutuhan Perusahaan Anda, maka Rekrutlah…
1. Orang BODOH
https://media.licdn.com/dms/image/v2/D5622AQHA7Kw1zDlzgg/feedshare-shrink_2048_1536/B56ZfIdkZfH8Ao-/0/1751414886022?e=1754524800&v=beta&t=1qKWrkhuZS5BI01-7WAEO7_S4FFqsr0w85tae1u-RlI
orang bodoh tidak banyak protes, mereka akan bekerja sesuai perintah.2. Orang MALAS
https://media.licdn.com/dms/image/v2/D5622AQG4J-qTOFwyIg/feedshare-shrink_1280/B56ZfIdkZhGoAo-/0/1751414885667?e=1754524800&v=beta&t=HJi_oBsiUiB1ytv5iskQSmaWAdO5JqFXKWw-pUur_7A
orang malas selalu mencari cara paling cepat dan efisien untuk memecahkan masalah.3. Orang CERDAS
https://media.licdn.com/dms/image/v2/D5622AQFiMy-aQPs5zg/feedshare-shrink_1280/B56ZfIdkZ9GoAs-/0/1751414885857?e=1754524800&v=beta&t=fIG-szvHs-gmJYfZ2x-V6XDxuLI34nNAVu3imK1nGLQ
orang cerdas akan membuat sistem yang baik sesuai dengan apa yang kita inginkan.4. Robot/AI
https://media.licdn.com/dms/image/v2/D5622AQFA6sUe-ER0Cg/feedshare-shrink_2048_1536/B56ZfIdkaBG0Ao-/0/1751414886942?e=1754524800&v=beta&t=NARd7KkI2ImsofWfTI8CB3S4-cxc1GjVfJe6I2CbwC4
robot dan AI akan membantu kita dalam pekerjaan dan menekan pengeluaran perusahaan.5. Orang Sok Tau
https://media.licdn.com/dms/image/v2/D5622AQEkD0Q94juwlA/feedshare-shrink_1280/B56ZfIdkauH8As-/0/1751414885861?e=1754524800&v=beta&t=WYy3mikjS2p2xcbR8ZkCkbYWMZn-xHk_yVgPsJSdud8
orang sok tau dan sok pintar akan cuma menjadi hama dan tidak berguna.Jadi kira-kira kalian mau recruit yang mana?
Komen dan kasih alasannya ya. -
Kalau mau milih kandidat yang tepat buat perusahaan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah paham dulu kebutuhan tim atau divisi yang sedang buka lowongan. Misalnya, lagi butuh orang yang bisa langsung eksekusi kerjaan rutin, atau justru lagi nyari orang yang bisa bantu mikirin sistem kerja yang lebih efisien. Dua kebutuhan ini jelas beda, jadi orang yang dicari pun pasti beda pendekatannya. Jangan sampai asal rekrut cuma karena dia terlihat “pintar” atau punya banyak pengalaman, tapi ternyata nggak cocok sama ritme kerja atau budaya tim kita.
Penting juga buat lihat attitude, bukan cuma skill. Orang yang punya keahlian tinggi tapi susah kerja sama, nggak bisa nerima masukan, atau suka merasa paling benar, biasanya bikin suasana kerja jadi nggak enak. Mendingan pilih kandidat yang punya keinginan untuk terus belajar dan berkembang. Yang kalau nggak tahu, dia tanya. Kalau salah, dia mau benerin. Bukan yang gengsi atau nyalahin orang lain.
Hal lain yang sering kelewat tapi penting adalah cara dia komunikasi. Pas wawancara, coba lihat cara dia jawab pertanyaan, cara dia dengerin, dan gimana dia menyampaikan pemikirannya. Bisa jadi dia pintar, tapi kalau cara ngomongnya bikin bingung atau malah suka motong pembicaraan, itu bisa jadi tanda dia susah kerja bareng tim.
Nilai tambah seperti bisa banyak hal itu bagus, tapi jangan sampai kita lupa sama hal dasarnya: dia bisa nggak tanggung jawab sama job desk utamanya? Banyak kasus orang yang bisa desain, bisa presentasi, bisa ini-itu, tapi kerjaan utama malah sering kelupaan atau ditunda-tunda.
Terakhir, pastiin orang ini punya visi dan frekuensi yang nyambung sama perusahaan. Kalau perusahaan kamu dinamis, fleksibel, dan suka eksperimen, rekrutlah orang yang juga fleksibel, nggak kaku, dan siap kerja di situasi yang cepat berubah. Tapi kalau perusahaan kamu butuh orang yang rapi, sistematis, dan taat prosedur, ya jangan pilih orang yang gaya kerjanya terlalu bebas dan suka loncat-loncat.
Intinya, bukan soal cari yang paling keren CV-nya, tapi yang paling cocok buat jalan bareng kamu di realitas kerja sehari-hari.
-
Saya setuju banget bahwa rekrutmen itu bukan soal siapa yang paling hebat di atas kertas, tapi siapa yang paling pas diajak kerja bareng di konteks kita.
Poin Mas Agus tentang kebutuhan tim dan budaya kerja menurut saya krusial, tapi sering diabaikan. Kadang HR atau user terlalu fokus pada “skill set”, tapi lupa mengecek mindset dan team fit. Padahal orang yang skill-nya biasa aja tapi punya semangat belajar dan komunikasi yang baik bisa jauh lebih produktif dalam jangka panjang.
-
-
Saya setuju banget sama Agus di komentar sebelumnya. Memilih kandidat untuk perusahaan bukan hanya soal memilih orang dengan CV terbaik atau keahlian yang paling banyak. Keberhasilan sebuah tim atau perusahaan sangat bergantung pada bagaimana orang-orang tersebut bisa bekerja sama dengan baik dan berkontribusi sesuai kebutuhan yang ada.
Dari 5 tipe yang disebutkan, semuanya punya kelebihan masing-masing, tapi yang paling penting adalah kecocokan dengan kebutuhan tim dan budaya perusahaan. Misalnya, kalau tim sedang membutuhkan solusi kreatif dan sistematis, maka orang cerdas atau bahkan AI bisa menjadi pilihan yang tepat. Tapi kalau tim membutuhkan seseorang yang bisa melakukan tugas rutin dengan cepat dan efisien, seorang yang malas—dalam arti positif—yang fokus pada cara tercepat dan termudah bisa sangat berguna.
Menurut saya, yang paling penting selain skill adalah attitude dan kecocokan budaya. Orang yang memiliki keinginan untuk belajar, berkembang, dan bisa bekerja dalam situasi yang berubah-ubah adalah investasi jangka panjang yang lebih baik daripada yang hanya mengejar gelar atau pengalaman.
Pertanyaan:
Menurut kalian, apakah sebuah tim bisa tetap efektif meskipun memiliki anggota yang sangat berbeda dalam gaya kerja? Atau apakah lebih baik untuk menjaga agar seluruh tim memiliki gaya kerja yang serupa? Dan, bagaimana cara mengidentifikasi kecocokan budaya ini di tahap rekrutmen?
-
Setuju banget sama Agus dan Albert. Aku juga percaya tiap tim itu kayak puzzle lho justru kalau semua orang gayanya sama, kadang malah kurang balance. Yang penting bukan mirip-miripan, tapi saling melengkapi dan bisa kerja bareng tanpa saling tabrakan. 😄
Kadang orang yang beda gaya kerja bisa jadi kunci buat ngebuka cara baru nyelesain masalah. Asal komunikasinya jalan dan semua orang tahu perannya, tim yang “rame warna” malah bisa lebih solid.
Soal rekrutmen, aku pribadi suka ngelihat gimana kandidat merespons situasi nggak terduga pas interview—dari situ biasanya kelihatan karakter aslinya, cocok nggak sama budaya kerja kita.
Kalau menurut kalian, lebih penting mana pas rekrut: chemistry pas ngobrol, atau portofolio dan pengalaman kerjanya?
-
Mbak Lia juga menarik sekali bilang bahwa tim itu seperti puzzle. Saya sepakat banget. Tim yang homogen dalam gaya kerja bisa jadi “adem”, tapi belum tentu efektif. Variasi dalam cara berpikir dan bekerja justru bisa jadi kekuatan, asal komunikasi dan batas peran jelas.
-
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 Agus SalamPoints: 116
- #2 Albert YosuaPoints: 90
- #3 Adhe RizkiyantoPoints: 52
- #4 AjisokoPoints: 52
- #5 AKHRIZAL AWALUDINPoints: 52
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- Valentine Edition: Ungkapkan Cintamu untuk Karier & Perusahaanmu6 February 2025 | General
- Mekari Community Recap 20239 January 2024 | Mekari Update
- Cerita Bagaimana Akhirnya Saya Memilih Jurnal.id31 July 2024 | Finance & Tax