::
Pemerintah terus memperbarui informasi terkait penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa tarif impor 19 % yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump bersifat final, namun penerapannya tidak otomatis berlaku pada 1 Agustus 2025. Menurut Airlangga, pemberlakuan tarif tersebut masih menunggu pengumuman resmi dalam bentuk joint statement dari pemerintah AS.
Menko Airlangga menyampaikan bahwa waktu pelaksanaan kebijakan itu bisa lebih cepat atau lambat dari tanggal yang diperkirakan, tergantung pada keputusan Presiden Trump. “Nah ini [kapan waktunya] akan ditentukan menunggu pengumuman lanjutan. Bisa lebih cepat, bisa lebih lama [dari 1 Agustus],” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang dikutip dari Bisnis.com pada Senin (21/07).
Sementara menunggu pengumuman resmi, Indonesia bersama negara-negara lain seperti Inggris, Vietnam, dan China yang telah mencapai kesepakatan serupa, tidak akan lagi dikenai tarif resiprokal tinggi. Produk ekspor dari negara-negara tersebut hanya akan dikenakan tarif dasar sebesar 10 % dan tarif most favored nation (MFN) sesuai ketentuan yang berlaku.
Secara umum bagi Indonesia kesepakatan tersebut akan menurunkan bea masuk produk AS terhadap 12 % dari total 11.555 pos tarif menjadi 0 %. Selain itu, sekitar 47 % komoditas akan dikenakan tarif mendekati 5 %. Sebelumnya pemerintah Indonesia juga memperluas kebijakan bea masuk 0 % melalui berbagai perjanjian dagang seperti CEPA dan FTA, termasuk dengan negara-negara seperti Kanada, Jepang, Selandia Baru, serta negara-negara ASEAN.
Namun sebagai kompensasi, Pemerintah Indonesia masih menegosiasikan beberapa komoditas asal Indonesia seperti minyak kelapa sawit (CPO), kopi, coklat, rempah-rempah, kulit kayu manis, hingga nikel, untuk memperoleh bea masuk 0 % di pasar AS. Produk-produk ini dinilai strategis karena tidak diproduksi di AS dan hanya tersedia di Indonesia. Pemerintah Indonesia pun optimistis AS akan menerima usulan pembebasan tarif tersebut.