Apakah anda mencari sesuatu?

  • This topic has 2 replies, 3 voices, and was last updated 1 month ago by Albert Yosua.

Perlu Tidak Social Media Cek Sesuatu yang Dilakukan Saat Hire Kandidat?

April 22, 2025 at 3:04 pm
image
    • Faradila Utami
      Participant

      Piooner

      6 Requirements

      • Login ke website sebanyak 20 kali
      • Balas Thread sebanyak 30 kali
      • Buat Thread baru sebanyak 15 kali
      • Ubah foto profil 1 kali
      • Bagikan thread ke media sosial sebanyak 10 kali - Info selengkapnya di Page Share & Claim
      • Bagikan pengalaman kamu menggunakan produk mekari ke media sosial sebanyak 2 kali - Info selengkapnya di Page Share & Claim
      GamiPress Thumbnail
      Image 2 replies
      Image 40 views
        Up
        3
        ::

        Pernah denger nggak sih kalau HR atau user suka “stalking” kandidat di media sosial sebelum proses interview atau saat mau hiring?

        Saya aware dengan praktek ini sebenernya malah dari konten recruiter luar. Apakah di Indonesia hal ini sudah menjadi standard yang dilakukan yah?

        Kalau memang social media dicek,

        Apa tujuannya? Apakah ada nilai plus (personal branding) yang bisa ditemukan recruiter dari social media?

        Pertanyaan ini timbul dari rasa penasaran, dan agak sedikit berkaitan dengan thread yang aku buat sebelumnya (bisa dibaca : https://community.mekari.com/forums/topic/fenomena-oversharing-di-social-media-dan-perang-opini/), kita tahu bahwa social media itu berisi ekspresi seseorang dengan segala emosi dan kehidupanya. Bayangkan orang yang suka share opini di media sosial, yang mana itu hak mereka berekspresi, tenyata tidak sejalan ni dengan recruiter tertentu apakah secara individu ataupun secara organisasi.

        Padahal mungkin by merit skill nya qualified dengan apa yang dibutuhkan posisi itu. Mana yang didahulukan, Culture fit atau Skill to solve the problem?

        Social media platform nya banyak. Sudah berkembang dari tahun 2000an, ada yang masih aktif ada juga yang platform nya sudah ada. Katakanlah platform seperti X atau Instagram yang sudah lumayan lama ada. Kita bisa lho liat growth nya orang dari postingan nya saja. Apa yang di post tahun 2010 mungkin beda dengan yang di post baru-baru ini. Orang bertumbuh.

        Ini beneran penasaran yah. Untuk rekan-rekan yang sedang cari kerja bukan tentang harus sempurna di media sosial. Tapi tentang kesadaran bahwa apa yang kita bagikan hari ini, bisa dilihat siapa saja esok hari—termasuk calon atasan.

        Keep it authentic, but also aware. 🙏

      • Lia
        Participant

        Legend

        5 Requirements

        1. Login ke website sebanyak 50 kali
        2. Balas Thread sebanyak 75 kali
        3. Buat Thread baru sebanyak 60 kali
        4. Bagikan thread ke media sosial sebanyak 25 kali
        5. Bagikan pengalaman kamu menggunakan produk mekari ke media sosial sebanyak 8 kali
        GamiPress Thumbnail
        Achievement ThumbnailAchievement Thumbnail
        Image 2 replies
        Image 40 views

          satu kata sis “Agreed” Keep it authentic, but also aware

        • Albert Yosua
          Participant

          Legend

          5 Requirements

          1. Login ke website sebanyak 50 kali
          2. Balas Thread sebanyak 75 kali
          3. Buat Thread baru sebanyak 60 kali
          4. Bagikan thread ke media sosial sebanyak 25 kali
          5. Bagikan pengalaman kamu menggunakan produk mekari ke media sosial sebanyak 8 kali
          GamiPress Thumbnail
          Achievement Thumbnail
          Image 2 replies
          Image 40 views

            Menarik banget pertanyaannya, Faradila! Menurut aku, memang semakin banyak perusahaan yang mulai “stalking” media sosial kandidat sebagai bagian dari proses rekrutmen. Tapi, menurutku, ini bukan sekadar untuk mencari tahu kehidupan pribadi seseorang, melainkan untuk melihat lebih dalam tentang personal branding mereka.

            Di satu sisi, ada yang bisa melihat apakah seorang kandidat memiliki kecocokan dengan budaya perusahaan, dan itu bisa terlihat dari cara mereka berinteraksi di media sosial, opini yang mereka bagi, atau bahkan cara mereka menyampaikan pesan. Namun di sisi lain, memang ada risiko bahwa hal-hal yang dibagikan secara emosional di media sosial bisa jadi mengganggu, apalagi kalau itu bertentangan dengan nilai-nilai perusahaan.

            Mengenai pertanyaan, mana yang lebih didahulukan antara culture fit atau skill, menurut aku itu bergantung pada posisi yang dicari. Kalau untuk posisi yang membutuhkan keahlian teknis yang tinggi, skill tentu menjadi prioritas utama. Tapi kalau untuk posisi yang lebih fokus pada kerja tim dan komunikasi, culture fit bisa jadi lebih penting.

            Penting banget untuk tetap otentik, tapi dengan kesadaran bahwa apa yang kita bagikan di media sosial bisa memberikan gambaran lebih tentang kita, baik itu positif atau negatif, ke calon atasan.

        Viewing 2 reply threads
        • You must be logged in to reply to this topic.

        Peringkat Top Contributor

        1. #1
          Albert Yosua
          Points: 554
        2. #2
          Lia
          Points: 390
        3. #3
          WIDDY FERDIANSYAH
          Points: 386
        4. #4
          Qubeel
          Points: 136
        5. #5
          Davin Khertadinata
          Points: 132
        Image

        Bergabung & berbagi bersama kami

        Terhubung dan dapatkan berbagai insight dari pengusaha serta pekerja mandiri untuk perluas jaringan bisnis Anda!