Home / Topics / Human Resource / Si Kutu Loncat, Pindah Kantor Demi Naik Gaji
- This topic has 10 replies, 5 voices, and was last updated 1 month, 4 weeks ago by
Amilia Desi Marthasari.
Si Kutu Loncat, Pindah Kantor Demi Naik Gaji
July 3, 2025 at 11:00 am-
-
Up::0
Mereka dijuluki βkutu loncatβ, karena pindah kerja tiap tahun, dianggap nggak loyal, nggak sabaran, dan terlalu ambisius. Masa kerja paling lama 2 tahun bahkan dengan bangganya masa kerja dibawah 1 tahun pun di cantumkan di dalam CV Si Kutu Loncat.
Tapi, mereka yang sering loncat justru sering jadi yang paling cepat naik gaji, paling cepat naik jabatan.
Mereka si Kutu Loncat sering dianggap kurang loyal terhadap perusahaan, bahkan cenderung lebih senang mencari hal-hal baru demi mendapatkan apa yang di inginkan.
Data dari Indonesia Salary Guide 2025 menunjukkan bahwa kenaikan gaji tahunan rata-rata cuma 5β8% bagi karyawan yang bertahan. Tapi di luar sana, perusahaan-perusahaan rela menggelontorkan lebih dari itu demi menarik talenta baru. Di sektor keuangan, teknologi, bahkan komunikasi, counter-offer besar-besaran jadi hal biasa.
Nggak heran kalau banyak profesional muda lebih memilih βlompat ke yang menghargai,β daripada menunggu pengakuan yang tak kunjung datang.
Tapi⦠apakah kutu loncat itu selalu bagus? Salary guide membuka mata kita bahwa harga pasar itu nyata. Dan kadang, yang bikin kita stuck bukan karena kurang hebat, tapi karena terlalu betah di zona nyaman.
Nah, kamu tim setia di satu tempat, atau tim lompat asal naik kelas?
Jangan lupa baca juga Thread Soal Loyalita Vs Kutu Loncat disini
-
Saya sendiri kadang merasa dilema antara loyalitas terhadap perusahaan atau mengejar peluang yang lebih besar. Di satu sisi, loyalitas dan sense of belonging itu penting, tapi di sisi lain, kenaikan gaji dan jenjang karir yang lebih cepat kadang lebih bisa didapatkan dengan pindah tempat kerja.
Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Misalnya, meskipun gaji mungkin lebih tinggi di tempat baru, apakah pengalaman dan pengembangan diri yang kita dapatkan sebanding dengan apa yang kita relakan (seperti kehilangan koneksi dengan rekan kerja lama, atau merasa “baru mulai” lagi)?
Juga, apakah ada risiko jangka panjang yang perlu dipikirkan, seperti reputasi dalam industri yang mungkin bisa jadi pertanyaan jika terlalu sering pindah kerja? Mungkin ada yang setuju bahwa “kutu loncat” ini memberi keuntungan cepat, tapi apakah itu cukup untuk membangun karier jangka panjang?
Pertanyaan:
Bagaimana menurut kalian, apakah βkutu loncatβ lebih cerdas dalam menghadapi dinamika pasar kerja yang kompetitif, atau malah mereka justru mengorbankan peluang untuk pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dalam jangka panjang? Dan, apakah ada hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi fenomena ini, selain hanya menaikkan gaji?
-
Wah, ini menarik banget. Fenomena βkutu loncatβ emang sering jadi bahan perdebatan, ya. Di satu sisi, mereka dianggap nggak loyal, tapi di sisi lain, mereka juga sering jadi yang paling cepat berkembang β baik dari segi karier maupun penghasilan.
Kalau dipikir-pikir, pindah tempat kerja itu kadang bukan soal nggak sabar, tapi soal keberanian buat bilang, βAku berhak dapat lebih, dan aku akan mencarinya.β Di dunia yang berubah cepat, loyalitas itu harus dua arah. Kalau karyawan dituntut loyal, apa perusahaan juga benar-benar memberi ruang tumbuh yang nyata?
Tapi tentu, loncat kerja juga bukan tanpa risiko. Bukan cuma soal adaptasi terus-menerus, tapi juga bagaimana kita memastikan setiap loncatan itu benar-benar membuat kita bertumbuh, bukan cuma lari dari masalah.
Aku jadi ingat satu kutipan yang relevan:
“Donβt just climb the ladder fast. Make sure itβs leaning against the right wall.”
Yang penting bukan seberapa cepat kita naik, tapi apakah kita tahu kenapa kita naik dan ke mana kita mau menuju.
Tanggapan lanjutan nih buat kita semua mikir bareng:
Apakah kita benar-benar naik kelas atau cuma ganti ruangan?
Kalau loyal, loyal ke siapa? Ke perusahaan, ke pekerjaan, atau ke mimpi dan masa depan kita sendiri?
Dan yang paling penting, apakah pindah kerja bikin kita lebih dekat ke versi terbaik dari diri kita?
Nah, kalau kamu sendiri…
Pernah nggak merasa stuck di tempat kerja, tapi takut dicap kutu loncat kalau pindah? Atau justru kamu lagi mikir mau loncat sekarang-sekarang ini?-
Mas Agus, saya setuju banget dengan kutipan yang Mas sampaikan: “Donβt just climb the ladder fast. Make sure itβs leaning against the right wall.” Kadang kita terlalu fokus ingin cepat naik, sampai lupa bertanya: sebenarnya kita sedang naik ke arah yang benar atau tidak? Itu jadi pengingat penting buat saya pribadi, agar setiap langkah benar-benar punya arah dan alasan.
-
-
Aku relate banget sama yang dibilang Albert dan Agus. Rasanya kayak ada tarik-ulur antara pengen βsetiaβ dan pengen βberani cari yang lebih baik.β Kadang bukan karena nggak loyal, tapi lebih ke βloyal ke pertumbuhan diri sendiri.β
Tapi aku juga percaya kalau keputusan buat stay atau pindah itu nggak bisa disamain untuk semua orang. Ada yang di fase hidupnya butuh stabilitas dulu, ada juga yang lagi semangat eksplorasi. Sama-sama valid. π
Dan menurutku, loncat kerja itu sah-sah aja asal kita tahu arah dan alasannya jelasβbukan cuma karena bosnya ngeselin minggu ini atau FOMO lihat teman-teman di LinkedIn. Kalau setiap pindahan punya nilai tambah buat skill, pengalaman, atau mentalitas kita, kenapa enggak?
Justru yang penting bukan βberapa kali pindahβ, tapi apa yang dibawa dari setiap tempat yang pernah kita lewati.
Ngomong-ngomong, aku jadi penasaran:
π Buat teman-teman yang pernah pindah kerja, apa hal paling berharga yang kalian dapat dari tempat lama yang sekarang bantu banget di tempat baru?-
Mbak Lia, saya juga relate dengan pernyataan βloyal ke pertumbuhan diri sendiri.β Rasanya memang makin ke sini, loyalitas bukan sekadar ke perusahaan, tapi ke visi hidup dan versi terbaik dari diri kita. Dan betul juga, keputusan untuk pindah atau bertahan tidak bisa disamaratakanβada fase hidup yang butuh eksplorasi, ada yang butuh stabilitas. Dua-duanya valid.
-
-
Saya jadi makin yakin kalau yang paling penting bukan seberapa sering kita pindah, tapi apa yang kita pelajari dan bawa dari setiap tempat.
Pertanyaan lanjutan dari saya:
Menurut teman-teman, apakah ada cara terbaik untuk menjaga sense of ownership saat kita berada di tempat kerja yang belum tentu akan kita tempati lama?
Apakah mungkin tetap βall inβ secara profesional, meski kita tahu ini mungkin hanya tempat persinggahan?Penasaran banget dengan pengalaman teman-teman lain juga soal ini.
-
Jawabannya : ya, sense of ownership tetap bisa dijaga, meski kita tahu ini bukan βrumah permanen.
meskipun ini hanya βpersinggahan,β tetap all in itu mungkin bangetβkarena pada akhirnya yang paling diuntungkan adalah diri kita sendiri: reputasi, skill, dan rasa percaya diri meningkat.
-
-
Wah, pertanyaan yang bagus banget, Albert. Aku juga sempat mikir hal yang sama lho mungkin kita gak akan lama di satu tempat kerja, tapi apakah masih bisa kasih yang terbaik?
Menurutku bisa banget. Justru kadang, knowing itβs temporary bikin kita lebih niat buat ninggalin jejak yang positif. Kayak, βAku mungkin gak di sini selamanya, tapi selama aku ada di sini, aku pengen bawa dampak.β
Aku percaya sense of ownership itu bukan soal berapa lama kita stay, tapi soal sikap. Kita bisa all in tanpa harus forever in.
Dan kalau kita memang punya standar kerja yang tinggi buat diri sendiri, di mana pun kita berada, tetap akan berusaha kasih yang terbaik. Bukan buat perusahaan semata, tapi buat integritas diri kita juga.
Yang menarik, kadang tempat kerja yang kita kira cuma βpersinggahanβ justru jadi titik balik besar dalam hidup atau karier. Kita gak pernah tahu, kan?
Aku jadi penasaran juga nih teman-teman pernah gak merasa underestimate satu tempat kerja, tapi ternyata justru di situ kalian tumbuh paling banyak?
-
Nah, ini relate banget
Banyak orang awalnya ngeremehin satu tempat kerja, entah karena perusahaannya kecil, nggak sesuai ekspektasi, atau jobdesc yang kelihatan biasa aja. Tapi justru sering di situ kita belajar paling banyak:
Lingkungan kecil = kesempatan besar
Di perusahaan/role yang nggak βwahβ kadang kita lebih banyak dikasih kepercayaan, pegang banyak hal, bahkan ambil keputusan sendiri. Itu jadi growth hack terselubung.Belajar hal yang nggak ada di textbook
Di tempat yang sederhana, kita sering dituntut kreatif, βdo more with lessβ. Skill improvisasi, leadership, dan problem-solving biasanya ditempa di sini.Kesadaran akan diri sendiri
Kadang justru di tempat kerja yang kita underestimate, kita jadi benar-benar kenal strengths & weakness pribadi. Itu bikin kita siap naik level.Relasi yang lebih tulus
Budaya kerja di tempat yang sederhana sering lebih humanis, dan relasi inilah yang akhirnya jadi modal karier panjang.Jadi, sering kali bukan tempatnya yang βbesarβ atau βkecilβ yang menentukan, tapi seberapa all in kita saat menjalaninya. Tempat yang awalnya kelihatan sepele bisa jadi turning point.
-
-
Ini poin yang menarik bangetttt
βKutu loncatβ alias sering pindah kerja memang punya dua sisi:
β Sisi Positif
Gaji lebih kompetitif β Salary guide memang jadi pengingat bahwa pasar punya βharga wajarβ. Kadang, pindah kerja adalah cara paling cepat untuk menyesuaikan value dengan bayaran.
Skill cepat berkembang β Pindah ke lingkungan baru bikin kita adaptif, belajar banyak hal, dan tidak terjebak rutinitas.
Networking luas β Semakin banyak tempat kerja, semakin banyak koneksi profesional yang bisa mendukung karier.
β οΈ Sisi Negatif
Dilihat kurang loyal β HR atau atasan bisa ragu memberi posisi strategis kalau riwayat kerja terlalu singkat.
Adaptasi berulang β Tidak semua orang kuat terus-menerus memulai dari nol (budaya, sistem, relasi).
Risiko stagnasi jangka panjang β Kalau hanya pindah demi gaji, tanpa peningkatan kompetensi, karier bisa terlihat βloncat-loncatβ tapi tidak solid.
Jadi, kutu loncat itu tidak selalu bagus atau jelek.
Kuncinya: kalau pindah kerja didasari strategi pengembangan diri + peningkatan value, maka itu sehat. Tapi kalau hanya βlari dari masalahβ atau sekadar ngejar nominal, bisa jadi bumerang. jadikan setiap loncatan sebagai strategi, bukan sekadar pelarian.
Kalau begitu, βkutu loncatβ bisa jadi jalan karier yang sehat dan menguntungkan.
-
- You must be logged in to reply to this topic.
Login terlebih dahulu , untuk memberikan komentar.
Peringkat Top Contributor
- #1 LiaPoints: 225
- #2 Albert YosuaPoints: 41
- #3 Deni DermawanPoints: 30
- #4 Amilia Desi MarthasariPoints: 29
- #5 Veronica WidyantiPoints: 23
Artikel dengan topic tag terkait:
Tag : All
- Kuis Spesial Menyambut Tahun Baru 2025!11 December 2024 | General
- Mekari Community Giveaway Tiket Mekari Conference 202423 July 2024 | General
- 7 Hari Perjalanan Kecil Menuju Versi Terbaikmu16 September 2025 | General
- Suara Rakyat, Antara Harapan dan Tantangan4 September 2025 | General
- Karyawan Teng-Go Pulang Tepat Waktu8 July 2025 | General